—5— Syasa si cewek ajaib

"Arya, bangunin kakak kamu gih," Anggun menghampiri Arya duduk santai di ruang tamu sembari menonton tv. Arya mengunyah biskuit cokelat di temani dengan segelas susu. Hari ini Arya tidak sekolah karena Guru-guru sedang mengadakan rapat.

Anggun menarik telinga Arya sebab tak menuruti perkataannya. Arya meringis dan mengusap telinganya yang dijewer oleh Anggun. Arya berdiri secara ogah-ogahan, ia menghentakkan kakinya kesal menaiki anak tangga. Syasa bisa dibilang cewek yang sangat sulit di bangunkan. Syasa semalam telah menitip pesan kepada Anggun untuk membangunkannya pukul 9 pagi. Syasa memiliki jadwal kuliah jam 10 pagi.

Syasa begadang hingga jam 2 pagi mengerjakan makalah. Maka dari itu, Syasa memberitahu Anggun untuk membangunkannya takut bila ia kesiangan. Arya malas mengetuk pintu karena ia tahu jika Syasa tidak akan mendengarnya. Arya membuka pintu, ia menggerutu sebal melihat kakaknya masih terlelap memeluk guling dengan tubuh yang dibungkus oleh selimut tebal.

Arya menggoyangkan bahu Syasa begitu keras agar gadis itu bangun.

"Kak bangun oi,"

Syasa tidak bangun. Arya menggaruk keningnya malas. Arya mendapatkan ide. Ia mendekatkan wajahnya tepat ke telinga Syasa. Arya membuka lebar mulutnya bersiap untuk berteriak keras di telinga Syasa.

"RISA ARDANI SYAQILLA BANGUN!!!!!" pekik Arya di telinga Syasa.

Syasa terlonjak kaget. Gadis itu bangkit dari tidurnya. Ia mengelus dadanya pelan karena kaget. Syasa memukul pundak Arya kesal berteriak di telinganya.

"Bukannya terima kasih malah main tabok aja. Udah jam setengah 10 noh," Arya menunjuk jam di dinding menggunakan dagunya. Syasa mengikuti arah pandang Arya.

"GAWAT!" Syasa tergesa-gesa turun dari ranjang dan menyambar handuk memasuki kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Syasa keluar dari kamar mandi dengan segar bugar. Syasa memakai bedak dan lipstik secara terburu-buru. Syasa mengambil makalah yang ia kerjakan semalam tak lupa tasnya. Syasa keluar dari kamar, di ruang tv terlihat Arya dan Anggun sedang berbicara.

"Ma, Syasa pamit yah," Syasa mencium pipi kanan dan kiri Anggun. Syasa tidak memiliki waktu banyak. Syasa sudah memastikan dia akan telat masuk kelas. Syasa menyempatkan untuk mencium pipi Arya.

"Take care kak, jangan balap," Arya mengingatkan Syasa. Arya tahu kebiasaan Syasa jika terburu-buru maka gadis itu akan mengemudi dengan ugal-ugalan yah bermodal nekad karena aslinya Syasa penakut.

Syasa melajukan mobilnya menuju kampus. Syasa berdoa dalam hati agar dosennya pun ikut telat setengah jam.

****

Sesampainya di kampus. Syasa mengatur napasnya yang memburu. Syasa berlari dari parkir menuju gedung fakultasnya dan menaiki anak tangga hingga lantai 6. Syasa menghela napasnya dalam-dalam sekali lagi. Syasa mengetuk pintu.

"Assalamualaikum,"

"Cepat masuk,"

Syasa mengembuskan napasnya lega. Syasa berjalan menuju tempat duduknya. Winda berbisik, "lo dari mana aja?"

"Gue kesiangan," jawab Syasa.

"Kamu jangan gosip baru datang udah buat ulah," tegur pak Darman menangkap basah Winda dan Syasa mengobrol.

Syasa dan Winda memandang satu sama lain mereka tersenyum menahan tawa.

Satu jam penuh, pak Darman menjelaskan materi di depan para mahasiswa. Pak Darman merasa cukup. Ia mengakhiri kelas hari ini. Lingkaran hitam terlihat mengitari bawah mata Syasa. Gadis itu meraih tas hendak mengambil cermin dan bedak. Ia ingin menutupi lingkaran hitam itu.

"Lo emang tidur jam berapa sih?"

"Jam 2,"

"Sya, lo nggak lupa bawa KTP kan?"

"Hm, bawa kok, KTP gue mah selalu ada di dompet,"

Syasa dan Winda akan mengurus kartu mahasiswa khusus jurusannya dan mengharuskan mereka membawa KTP sebagai salah satu persyaratan. Syasa membuka dompetnya. Ia mencari KTPnya. Syasa mengeluarkan beberapa kartu dari dompetnya, ia tak menemukan KTP di dalam dompetnya. Syasa mulai panik dibuatnya.

"Jangan bilang lo lupa," kata Winda.

"Lebih dari itu, kayaknya KTP gue hilang deh, Win, seingat gue, KTP itu ada di dompet gue nggak pernah mindahin ke mana pun," Syasa masih membongkar dompetnya.

Winda membatu memilah milih kartu yang dikeluarkan Syasa, barang kali ada terselip. Syasa menggaruk keningnya, berpikir mengingat di mana ia menyimpan KTPnya.

"Coba lo ingat-ingat lagi di mana lo terakhir kali pakai KTP,"

Syasa berpikir keras mengingatnya. Jari-jari Syasa bermain di daerah jidatnya sedang berpikir. Gerakan jarinya terhenti beberapa saat kemudian Syasa telah mengingatnya. Sepertinya, KTP miliknya tertinggal di rumah sakit saat ia membayar pengobatan Gara.

"Kita ke rumah sakit yuk, KTP gue ketinggalan di sana, waktu gue bayar pengobatan cowok itu. Uang cash gue nggak cukup makanya gue pakai atm trus gue gak sengaja keluarin KTP karena atm gue terselip dan ya udah gue lupa gitu aja," ungkap Syasa.

"Pikun lo kayak nenek-nenek, lo yakin kalau balik ke sana lo bakal dapat KTP lo? Apalagi kejadian itu kan udah seminggu yang lalu, emang lo masih ingat perawatnya?"

"Ingat kok,"

"Tapi kan Sya, kalau kita ke sana tuh gak keburu waktunya. Ini udah jam 12 lho, kalau kita ke sana paling lama setengah jam perjalanan belum lagi kalau macet apalagi jam makan siang para pegawai pasti nyari makan dan lo tau jalanan ramainya kayak apa,"

"Yah terus gue gimana dong? Kan hari ini terakhir pengurusan," lirih Syasa.

"Tunggu, waktu lo ngurus biaya rumah sakit kan pasti lo nyebutin nama cowok itu kan? Dan pasti ada tertera di sana dong terutama ruangan dia. Nah, siapa tau si perawat itu balikin KTP lo ke dia,"

"Iya juga sih, tapi kalau perawat itu liat KTP gue, kalau nggak udah hilang dah,"

"Coba aja dulu tanya ke cowok itu siapa tau emang benar ada kan dari pada lo pusing sendiri di sini nggak ketemu juga," saran Winda.

"Tapi lo temanin gue yah?" Winda menganggukkan kepalanya. "Eh, tunggu tapi gue nggak tau Gara di jurusan apa, trus gimana kita tau dia di kelas apa, ruangan mana dan dia punya jadwal kuliah hari ini atau nggak," pikir Syasa pusing.

"Wait," Winda mengangkat telapak tangannya pada Syasa. Ia membalikkan tubuhnya hendak bertanya pada salah satu temannya, "Jas, lo tau Gara gak?" tanyanya.

Anjas-cowok yang ditanya oleh Winda. Anjas adalah ketua tingkat kelas Winda dan Syasa. Anjas juga cukup aktif di organisasi kampus. Winda pikir jika Anjas pasti tahu mengenai Gara yah minimal tahu Gara jurusan apa.

"Iya, emang napa? Lo suka?"

"Idih, ngaco banget lo. Gue cuma pengen nanya lo tau dia di jurusan apa?"

"Itu sih, kurang tau tapi coba deh lo ke warung samping kampus, gue sering liat dia di sana,"

"Oh, oke, thanks,"

Winda dan Syasa tak menunggu lama lagi menuju tempat yang Anjas katakan. Winda dan Syasa berjalan kaki karena jaraknya pun tidak terlalu jauh. Syasa sebenarnya tidak berani dan gugup bertemu Gara. Sudah seminggu sejak kejadian dirinya menjadi sandera Thio untuk melawan Gara. Sejauh ini Syasa masih berpikir mengapa ia di hadapkan dengan kejadian itu, sehari setelah kejadian itu pun Syasa berucap syukur dan berharap tidak akan bertemu dengan orang-orang seperti Gara lagi. Lalu kenapa sekarang Syasa harus bertemu Gara lagi?

"Kok sepi?" gumam Syasa melihat sebuah warung tepat di samping kampusnya. Dari arah kejauhan, warung itu terlihat kecil dan hanya menjual cemilan-cemilan kecil saja.

"Mungkin mereka di dalam," ujar Winda. Tepat di depan warung itu, nyatanya apa yang dipikir Syasa salah. Selain menjual cemilan ternyata warung itu menjual berbagai makanan dan minuman.

Syasa dan Winda mendongakkan kepalanya sedikit mengintip mengecek orang-orang di dalam sana. Syasa mengedarkan pandangannya mencari sosok Gara. Winda mendorong bahu Syasa hingga muncul di ambang pintu. Seketika semua mata tertuju pada Syasa.

Syasa tersenyum kikuk, ia memaki Winda dalam hati dan siap menumpahkannya setelah ini. Syasa menggigit bibir bawahnya gugip entah apa yang haru ia katakan terlebih dulu.

Seorang cowok berambut gondrong mengangkat bokongnya lalu melangkah kan kakinya menghampiri Syasa. Cowok itu masih memegang rokok yang terapit antara jari tengah dan jari telunjuknya.

"Lo cewek itu kan?" Heri mengangkat satu alisnya.

Syasa menganggukkan kepalanya ragu.

"Oh," Heri berbalik. Syasa terpengarah. Sungguh jawaban yang sangat memuaskan sehingga Syasa rasanya ingin memberikan hadiah manis pada Heri.

Syasa memaki Heri karena respon cowok itu.

"Mang ada yang beli tuh," seru Heri memanggil pemilik warung.

Heri bergabung kembali dengan teman-temannya. Syasa kesal sendiri dibuatnya. Ia tidak ingin membeli apa pun melainkan mencari Gara.

"Mau beli apa neng?" datang seorang pria setengah baya memakai kaos oblong dan sarung.

"Hm, maaf pak, saya sebenarnya nggak mau beli apa-apa kok, saya ke sini-" Syasa memainkan jari-jarinya bingung.

"Saya lagi nyari Ga-ra pak,"

"Lo nyari Gara? Ada urusan apa lo?" celetuk Ciko. Ia berdiri mendekati Syasa di abang pintu. Ciko meneliti penampilan Syasa dari ujung rambut hingga ujung kaki. Syasa terlihat canggung, Ciko memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana yang ia pakai.

"Kenapa nggak cari aku aja sih sayang, abang Rendi mah lebih gagah dibandingin si pembuat masalah," cowok beramput cepak alias Rendi datang mendekati Syasa berniat untuk menggoda gadis itu.

Syasa bergidik geli melihat tampang Rendi yang sok ganteng.

"Jangan gangguin anak orang," tegur mang Supri memukul pundak Rendi.

"Aduh mang, siapa tau dia naksir sama Rendi nggak kasihan sama jomblo butuh belaian ini," Rendi mengedipkan matanya pada Syasa.

"Ganjen lo, norak," kini giliran Ciko memberikan pukulan di bahu Rendi.

"Gara nggak ada mending lo pulang sana, dari pada di sini jadi mangsa si buaya," usir Ciko.

"***** buaya,"

"Kamu datang setengah jam lagi, nak Gara pasti udah datang," ujar mang Supri.

"Terima kasih pak, saya pergi dulu, permisi," pamit Syasa membalikkan tubuhnya.

Winda muncul di balik pohon. Ia menghampiri Syasa. Sedari tadi Winda bersembunyi, jujur ia takut bertemu dengan perkumpulan cowok yang suka tawuran. Syasa menarik rambut Winda kesal.

"Lo ih, jahat yah ninggalin gue sendiri, katanya mau bantuin gue tapi mana," cerocos Syasa.

"Ngomel aja terus," gerutu Winda.

"Gimana gue nggak ngomel lo aja ninggalin gue tadi. Lo harus tau, gue kayak orang oon tau nggak yang salah alamat. Si Gara nggak ada di dalam dan KTP gue udah fix sih hilang. Gue katanya harus nunggu setengah jam lagi, lha capek gila gue nunggu. Untung kalau gue nunggu KTP gue balik kalau nggak? Sia-sia dong waktu gue, mana lagi panas banget,"

Winda mengangkat tangannya lalu meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibirnya seolah menyuru Syasa untuk diam tapi Syasa tidak mengerti.

"Lo apaan sih. Lo enak nggak ketemu sama cowok-cowok itu nah gue? Apalagi nih yah, semua cowoknya pada aneh-aneh. Ada yang sok cuek, judes, bahkan ada yang sok ganjen. Aneh,"

"Sya-"

"Lo kenapa sih? Heran deh gue, yang ketemu gue kenapa lo yang ikutan aneh,"

Winda sudah kehilangan kesabaran. Syasa sama sekali tidak mengerti dengan bahasa tubuhnya. Winda memegang kepala Syasa lalu memutarnya sehingga Syasa melihat sosok cowok memakai jaket jeans sobek di bagian lengannya. Mata dan mulut Syasa tak sadar terbuka lebar. Syasa terkejut. Ia meringis dan meruntuki kebodohannya sendiri yang tak mengerti maksud Winda. Syasa membenarkan rambutnya.

Syasa menarik kedua sudut bibirnya tersenyum canggung.

"Hai," kata itu keluar begitu saja dari bibir Syasa. Di sebelahnya Winda ingin sekali tertawa melihat tingkah Syasa.

Seperti biasa, Gara hanya memasang wajah datarnya seperti papan. Mata Gara tertuju pada manik mata Syasa. Mata hazel Gara lagi-lagi membuat Syasa terkesima. Sejak waktu itu, Syasa sepertinya sangat mengidolakan mata hazel Gara. Syasa memujinya dalam hati. Syasa rasanya ingin sekali melihat manik mata Gara dengan jarak begitu dekat hingga tak ada celah bagi Syasa bisa menikmati keindahannya.

Winda menyenggol lengan Syasa berniat untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Winda mendekatkan wajahnya lalu berbisik, "jangan pasang tampang oon lo deh, malu sama cowok ganteng,"

Syasa kembali salah tingkah dibuatnya. Syasa menenggakan badannya dan memasang senyum termanisnya.

"Sorry, gue ke sini cuma pengen nanya sama lo, itu, hm-lo nyimpan KTP gue gak? Eh maksud gue itu, apa ada perawat yang kasih lo KTP gitu? Kalau iya, itu punya gue, hm gue boleh minta nggak? Lha kok minta kan KTP itu punya gue," Syasa memukul pelan bibirnya berkali-kali sepertinya ia salah ucap. Syasa membasahi bibirnya.

Gara merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sebuah kartu. Syasa melihatnya pun tersenyum puas. Kartu itu adalah KTP miliknya. Gara mengulurkan tangannya ke depan yang memegang KTP.

Syasa menerimanya dengan senang hati tak lupa dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

"Alhamdulillah, KTP gue balik akhirnya identitas gue udah balik lagi. Hampir aja gue bingung bakal jawab apa kalau orang nanya nama gue siapa sedangkan KTP gue aja hilang kan yak?"

Winda memukul jidatnya meringis kebodohan Syasa.

"Jangan halu deh lo. Kalau orang nanya nama lo yah tinggal jawab aja nggak perlu pakai KTP oon,"

"KTP itu kepanjangannya apa?"

"Kartu tanda penduduk,"

"Nah itu tau, kalau KTP gue hilang sama aja identitas gue juga ikut hilang dong,"

"Apaan sih, Sya, pantes aja lo langgeng sama Jody. Oon sih gampang dikibulin lo,"

"Ih, jomblo diam baek lo, iri kan sama gue?"

Gara mengamati pertengkaran dua makhluk aneh di depannya. Syasa terlihat begitu lucu. Untuk kedua kalinya Gara tersenyum. Senyuman itu sangat tipis hingga tak ada yang menyadarinya. Hanya Gara yang tahu. Syasa menyengir kuda saat menyadari bahwa Gara masih di depannya berdiri menatapnya lekat.

"Eh, maaf, ribut banget yah? Udah deh, gue pergi dulu yah. Btw, lo udah sembuh? Eh pasti udah kan yak, secara lo udah kelihatan segar bugar,"

"Banyak bacot aelah, udah yuk panas ini," Winda menarik lengan Syasa pergi.

"Sabar, kayak Vampire aja lo,"

Lihat sekarang. Tadi aja Syasa mengeluh panas, saat Winda yang mengeluh Syasa malah mengatainya. Sungguh konyol.

Gara menggelengkan kepalanya masih memandang punggung Syasa mulai menjauh. Senyumnya kembali muncul namun lebih terlihat jelas dari sebelumnya. Di ambang pintu Ciko nyatanya melihat semuanya.

"Cewek asing itu akan merubah kehidupan Gara,"

---

Please, vote+comment dong:))

Janji bakal rajin up kalau commentnya byk:)

---

RA

Terpopuler

Comments

Ney Maniez🍒⃞⃟🦅

Ney Maniez🍒⃞⃟🦅

😍😘

2022-08-03

0

Ney Maniez🍒⃞⃟🦅

Ney Maniez🍒⃞⃟🦅

💪💪💪💪

2022-08-03

0

Ney Maniez🍒⃞⃟🦅

Ney Maniez🍒⃞⃟🦅

🤗🤗🤗🤗

2022-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 —1— (Begining)
2 —2– Gara?
3 —3– First Meet
4 —4– Risa Ardani Syaqilla?
5 —5— Syasa si cewek ajaib
6 —6— Dia adalah Gara
7 —7— Memandang Sebelah Mata
8 —8— Arya Vs Jody
9 —9— Bimbang
10 —10— Kata Maaf Berujung Pertolongan
11 —11— Akan kah?
12 —12— Selingkuh?
13 —13— Putus?
14 —14— Aneh
15 —15— Cinta?
16 —16— Mulai Terungkap
17 —17— Mendua?
18 —18—
19 —19—
20 —20—
21 —21— kekonyolan Syasa
22 —22—
23 —23—
24 —24—
25 —25—
26 —26—
27 —27—
28 —28_
29 —29—
30 —30—
31 —31—
32 —32—
33 —33—
34 —34—
35 —35—
36 —END— (Sesion 1)
37 —Take Me Back!— Gara(Sya) Sesion 2
38 —Satu—
39 —Dua—
40 —Tiga—
41 —Empat—
42 —Lima—
43 —Enam—
44 —Tujuh—
45 —Delapan—
46 —Sembilan—
47 —Sepuluh—
48 —Sebelas—
49 —Duabelas—
50 —Tigabelas—
51 —Empatbelas—
52 —Limabelas—
53 —Enambelas—
54 —Tujuhbelas—
55 —Delapanbelas—
56 —Sembilanbelas—
57 —Duapuluh—
58 —Duapuluhsatu—
59 —Duapuluhdua—
60 —Duapuluhtiga—
61 —Duapuluhempat—
62 —Duapuluhlima—
63 —Duapuluhenam—
64 —Duapuluhtujuh—
65 —duapuluhdelapan—
66 —Duapuluhsembilan—
67 —TigaPuluh—
68 —Tigapuluhsatu—
69 —Tigapuluhdua—
70 —Tigapuluhtiga—
71 Promosi dulu yah
72 —Tigapuluhempat—
73 —Tigapuluhlima—
74 —Tigapuluhenam—
75 —Tigapuluhtujuh—
76 —Tigapuluhdelapan—
77 —Tigapuluhsembilan—
78 —Empatpuluh—
79 —Empatpuluhsatu—
80 —Empatpuluhdua—
81 —END (Season 2)—
82 —Extra Chapter 1—
83 —Trilogi Gara(Sya) My Stupid Wife—
84 —My Stupid Wife (1)—
Episodes

Updated 84 Episodes

1
—1— (Begining)
2
—2– Gara?
3
—3– First Meet
4
—4– Risa Ardani Syaqilla?
5
—5— Syasa si cewek ajaib
6
—6— Dia adalah Gara
7
—7— Memandang Sebelah Mata
8
—8— Arya Vs Jody
9
—9— Bimbang
10
—10— Kata Maaf Berujung Pertolongan
11
—11— Akan kah?
12
—12— Selingkuh?
13
—13— Putus?
14
—14— Aneh
15
—15— Cinta?
16
—16— Mulai Terungkap
17
—17— Mendua?
18
—18—
19
—19—
20
—20—
21
—21— kekonyolan Syasa
22
—22—
23
—23—
24
—24—
25
—25—
26
—26—
27
—27—
28
—28_
29
—29—
30
—30—
31
—31—
32
—32—
33
—33—
34
—34—
35
—35—
36
—END— (Sesion 1)
37
—Take Me Back!— Gara(Sya) Sesion 2
38
—Satu—
39
—Dua—
40
—Tiga—
41
—Empat—
42
—Lima—
43
—Enam—
44
—Tujuh—
45
—Delapan—
46
—Sembilan—
47
—Sepuluh—
48
—Sebelas—
49
—Duabelas—
50
—Tigabelas—
51
—Empatbelas—
52
—Limabelas—
53
—Enambelas—
54
—Tujuhbelas—
55
—Delapanbelas—
56
—Sembilanbelas—
57
—Duapuluh—
58
—Duapuluhsatu—
59
—Duapuluhdua—
60
—Duapuluhtiga—
61
—Duapuluhempat—
62
—Duapuluhlima—
63
—Duapuluhenam—
64
—Duapuluhtujuh—
65
—duapuluhdelapan—
66
—Duapuluhsembilan—
67
—TigaPuluh—
68
—Tigapuluhsatu—
69
—Tigapuluhdua—
70
—Tigapuluhtiga—
71
Promosi dulu yah
72
—Tigapuluhempat—
73
—Tigapuluhlima—
74
—Tigapuluhenam—
75
—Tigapuluhtujuh—
76
—Tigapuluhdelapan—
77
—Tigapuluhsembilan—
78
—Empatpuluh—
79
—Empatpuluhsatu—
80
—Empatpuluhdua—
81
—END (Season 2)—
82
—Extra Chapter 1—
83
—Trilogi Gara(Sya) My Stupid Wife—
84
—My Stupid Wife (1)—

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!