Setelah meeting, Ken langsung kembali ke ruangannya. Dihempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan itu. Tak lama, Dafa yang merupakan asisten sekaligus sekretarisnya itu ikut mendaratkan bokongnya di sofa yang berhadapan dengan Ken.
Ken kini memegang perusahaan Ayahnya yang bergerak di bidang properti. Perusahaan ini sangat maju, jangkauan bisnisnya sangat luas hingga ke luar negri. Sedangkan Danial sendiri memegang beberapa hotel berbintang miliknya.
Ken tampak memijat pangkal hidungnya dengan tubuh bersender di sofa dan mata yang terpejam. Hal ini tak luput dari penglihatan Dafa.
"Kenapa Lo? Pusing?" tanyanya pada Ken. Dafa memang asisten merangkap sekretaris Ken, tapi dia juga merupakan sahabat Ken dari kecil. Sehingga walaupun sedang berada di kantor ia tidak menggunakan bahasa formal jika sedang berdua.
Ken menghembuskan napasnya. "Entahlah."
"Masih tentang gadis itu?"
"Gue masih belum bisa menemukannya, padahal sudah lima tahun. Pintar juga ia bersembunyi!" jawab Ken frustasi.
"Ck. Lo yakin dia bersembunyi?"
Ken mengangkat satu alisnya ke atas. Ia tidak mengerti atas pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. Apalagi namanya kalau bukan bersembunyi. Ken sudah mencari ke alamat rumahnya tidak ada, pemilik kontrakan bilang sudah pindah. Ia mencoba mencari informasi melalui teman kerja gadis itu juga mereka semua tidak ada yang tahu. Terakhir ia dapat informasi dari agen travel yang dinaiki gadis itu yang mengatakan gadis itu pergi ke Bandung. Tapi setelah Ken datang ke tempat itu, tak ada satu pun orang yang tau keberadaan gadis itu.
"Gini lho Ken maksud gue itu, lo yakin dia masih hidup? Kita tau sendiri 'kan mana ada cewek akan baik-baik aja setelah sesuatu berharga miliknya telah hilang."
"Ma-maksud lo, gimana? Dia bunuh diri gitu?" tanya Ken ragu.
"Nah!" jawab Dafa sambil menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya. "Tapi belum pasti juga sih. Bisa juga gadis itu depresi terus dibawa keluarganya ke tempat rehabilitasi atau rumah sakit jiwa."
Ken dengan segera menggelengkan kepalanya.
"Nggak! Nggak mungkin Daf. Lu jangan sembarangan deh kalau ngomong." Mata Ken mendelik tajam ke arah sahabatnya itu.
"Ya...siapa yang tau 'kan," ucap Dafa enteng.
Ken berdoa dalam hati semoga saja apa yang diucapkan Dafa tidak benar-benar terjadi. Selama ini saja Ken sudah sangat merasa bersalah apalagi jika yang dikatakan Dafa menjadi kenyataan. Ken akan merasa sangat-sangat menyesal. Mungkin ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
"Kalau misalnya suatu saat nanti lo bertemu gadis itu, apa yang akan lo lakuin?" tanya Dafa.
"Yang pastinya pertama gue mau minta maaf, ya...walaupun kejadian itu gak sepenuhnya salah gue."
"Trus kalau dia gak mau maafin lo?"
"Yang penting gue udah minta maaf Daf. Gue tau banget...maaf aja gak akan mengembalikan keperawanan nya lagi. Tapi yang jelas biar dia tau gue selama ini hidup gak tenang."
Dafa masih penasaran, maka dia pun bertanya lagi kepada sahabatnya.
"Seandainya nih, ternyata karena kejadian itu dia hamil dan punya anak gimana?"
"Gue mau kok tanggung jawab," jawabnya tegas.
"Lo mau tanggung jawab karena ada anak, terus kalau gak ada anak lo mau lepas tanggung jawab gitu? Cuma mau minta maaf doang?"
Ken tak bisa menjawab, seketika mulutnya terkatup rapat. Entahlah apa yang akan dilakukannya nanti. Yang sekarang dia inginkan hanyalah bisa bertemu gadis itu lagi.
***
"Sore Mam," sapa Ken pada Maminya yang sedang berjibaku dengan koleksi tanamannya. Ken menghampiri Carol hanya untuk memberikan kecupan di pipi wanita yang telah melahirkannya.
"Eh...tumben udah pulang. Biasanya kalau belum jam 9 belum keliatan batang hidungnya," sindir Carol.
"Pusing Mam. Pengen cepet istirahat aja," jawab Ken.
"Makanya, cari istri dong Ken. Kalau pusing karena kerjaan 'kan bisa ambil cuti. Liburan deh sama Istri."
"Mulai deh Mami ini. Kalau mau, Ken nggak perlu nunggu punya istri hanya untuk liburan. Sama aja ada atau gak punya istri." Ken mulai kesal pada Carol yang selalu menyinggung-nyinggung tentang nikah.
"Beda dong Ken. Kalau liburan bareng istri kan ada yang diajak enak-enak." Carol meletakan beberapa pot yang telah diisi tanaman serta pupuk di teras rumahnya. Lalu wanita paruh baya itu mendekati putranya.
"Jadi gimana? Mau yah kenalan dengan Clara? Mami jamin kamu nggak bakal nyesel." Carol mencoba mempengaruhi Ken.
Maksud hati pulang cepat ingin menenangkan pikiran dari tumpukan masalah pekerjaan dan juga rasa bersalah yang terus menghantuinya eh nyampe rumah malah denger ocehan Maminya dengan tema yang sama 'nikah'.
"Masalah itu...nanti kita bicarakan lagi lain waktu. Aku mau mandi dulu Mam, lengket semua ini badan." Ken berusaha menghindar dari Carol.
"Mandi gih biar seger. Pokoknya setelah ini jangan harap bisa menghindar dari Mami." Rupanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik ini tau Ken hanya beralasan.
Setelah berada di kamarnya, Ken segera melempar tas kerjanya di atas kasur. Begitu juga dengan jas, dasi dan kemeja turut serta meluncur disebelah tas itu.
Sepertinya aku butuh berendam air hangat, supaya pikiranku rilex.
Ken segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyiapkan air hangat tak lupa ditaburkannya garam mandi dengan aroma kasturi. Ia juga menyiapkan lilin aroma terapi.
Kurang lebih satu jam Ken berendam dan hal itu membuatnya cukup nyaman. Badan yang tadinya terasa sakit pun sudah hilang sakitnya. Setelah memakai baju rumahan Ken keluar kamar menuju ruang santai. Ternyata disana sudah ada Mami dan Papinya sedang ngobrol.
Mau mengurungkan niatnya pun tak mungkin karena Danial telah melihatnya. Pria paruh baya itu juga memanggilnya dan mengajaknya bergabung di ruang santai sebelum mereka menyantap makan malam.
"Bagaimana pekerjaan kamu Ken? Tidak ada masalah 'kan?" tanya Danial.
"Masalah pasti ada Pa, tapi sejauh ini aku masih bisa mengatasinya." Ken memang cukup handal memegang bisnis yang di warisi Papinya. Terbukti dalam kurun waktu 6 tahun ini omset perusahaannya meningkat pesat. Ditambah dengan didirikannya beberapa anak cabang perusahaan di beberapa kota di Indonesia.
"Kalau begitu sekarang waktunya kamu memikirkan untuk menikah. Papi sudah atur semua dengan rekan bisnis Papi. Besok kita makan malam bersama sekaligus memperkenalkan kamu dengan anak gadis Pak Hendrik Subagyo." Danial berbicara seolah tak mau ditentang.
"Bener itu, mau sampai kapan kamu sendiri terus Ken. Kalau menurut Mami langsung saja saat makan malam kita bicarakan pertunangan mereka. Toh selama nanti mempersiapkan menuju pernikahan mereka bisa saling mengenal." Carol pun tak mau kalah dengan pendapatnya.
"Terserah kalian saja! Menolak juga percuma!"
Ken berdiri dari duduknya lalu segera pergi meninggalkan orangtuanya yang terlihat masih ingin bicara dengannya.
Ken memasuki kamarnya lalu membanting pintu. Ia mengambil rokok di atas nakas menuju ke balkon. Duduk dengan kaki kanan diatas kaki kiri lalu mulai menyalakan korek, dibakarnya ujung rokokitu kemudian dihisap ujung yang lain hingga ia mengeluarkan asap dari mulutnya.
Pikiran yang tadi sudah sedikit tenang hilang begitu saja. Karena perkataan Mami dan Papinya. Ken tau pria dengan umur 33 tahun memang sudah pantas menikah, bahkan banyak teman-temannya yang sudah memiliki anak. Tetapi Ken masih belum menemukan wanita yang tepat, yang bisa menggetarkan hatinya. Sebelum kejadian 5 tahun lalu, Ken memang sering gonta ganti pasangan. Tapi wanita-wanita itu hanya untuk senang-senang saja. Paling lama Ken menjalin hubungan dengan wanita-wanita itu hanya 3 bulan.
Setelah kejadian Ken meniduri Anyelir, entah kenapa Ken tidak pernah mencari wanita untuk bersenang-senang lagi. Bersenang-senang disini hanya untuk teman kencan, tidak lebih dari itu.
Karena tertekan dengan sikap kedua orangtuanya, Ken merasa ia butuh liburan. Ia pun segera menghubungi Dafa untuk mengurus cutinya mungkin selama satu minggu atau lebih. Ia juga meminta Dafa untuk memesan tiket pesawat tujuan New York.
Setelah menghubungi asistennya, ia kini menghubungi sepupunya yang bernama Christ. Christ inilah yang nantinya menjadi orang yang dituju Ken. Christ sudah lama tinggal di New York. Ayahnya merupakan warna negara Amerika sedangkan ibunya merupakan adik dari Danial. Meskipun orangtua Christ juga tinggal di New York, tetapi Christ memilih tinggal sendiri di apartemennya di daerah Manhattan. Sedangkan orangtuanya tinggal di daerah Brooklyn.
Setelah mendapatkan persetujuan Christ, maka Ken segera bebenah. Ia memasukan beberapa potong baju dan celana ke dalam koper. Tak lupa juga ia membawa kaos kaki, syal dan segala perlengkapannya untuk di bawa ke New York.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Neti Jalia
aku mampir kk, mampir jg dikaryaku ya🤗🙏
2021-10-29
2