Bakat Elena dan kebahagiaan Anyelir

Anyelir keluar ruangan dengan menuntun tangan Elena. Ya, mereka baru saja dari ruang dosen. Emily, dosen seni musik itu berbicara dengan Anye mengenai bakat yang dimiliki oleh Elena. Emily mengusulkan supaya Elena sering berlatih supaya bakatnya dalam memainkan biola lebih terasah. Ia juga mengatakan bahwa setiap setahun sekali di Manhattan diadakan pagelaran musik.

"Nanti saya undang secara khusus kalian berdua untuk melihat pagelaran itu, saya yakin pasti Elena menyukainya," ucap Emily.

"Ok, nanti saya bicarakan lagi dengan Elena," ucap Anye lalu pamit.

Ibu dan anak itu kini sedang menikmati makan siangnya yang sedikit tertunda lantaran perbincangan dengan Emily. Setelah makan mereka pun langsung pulang dengan naik bus.

"Sejak kapan kamu bisa memainkan biola Sayang?" tanya Anye pada anaknya yang duduk disampingnya sambil melihat ke luar jendela bus.

Elena menoleh ke arah Ibunya serta menjawab hanya dengan mengangkat kedua bahunya. Anak itu pun kembali menikmati pemandangan diluar jendela.

Anyelir tersenyum sambil mengusap-usap rambut anaknya dengan sayang. Bus berhenti mereka pun turun lalu jalan kaki menuju rumah.

"Mandi yang bersih Elen," perintah Anye sambil mengecup pipi putrinya.

Elena pun mengangguk cepat kemudian ia berlari menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Anyelir yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

***

Seperti biasa setelah makan malam Anye akan menemani Elena di ruang melukis. Elena sedang menyelesaikan salah satu lukisannya yang akan diikutsertakan dalam pameran seni yang diselenggarakan oleh pemerintah di Manhattan dua minggu lagi.

Tentu saja itu membuat bangga Anyelir, apalagi kali ini pameran tersebut akan diikuti oleh para pelukis terkenal di seluruh dunia.

"Berapa lukisan yang akan kamu ikut sertakan nanti Elen?" tanya Anyelir ingin tahu.

Elena menjawab dengan menunjukan kelima jarinya sambil nyengir memperlihatkan gigi kelincinya.

Bahagia, itulah yang tergambar dari raut wajah putrinya. Anyelir merasa bersyukur karena bisa melewati cobaan hingga sampai saat ini ia bahagia menemani tumbuh kembang putrinya. Meskipun sekarang ia tak mengingat-ingat malam terpuruk itu tapi kadang melintas di benaknya bagaimana kalau nantinya Elena menanyakan keberadaan Papanya.

Elena menghampiri Mamanya ia pun menuliskan sesuatu di notebook nya.

"Kamu yakin tidak akan capek kalau harus ikut les biola juga?" tanya Anyelir setelah membaca tulisan putrinya bahwa mulai besok Mamanya harus mencarikan tempat les biola.

Elena mengangguk lalu ia menuliskan bahwa ia akan merasa senang karena akan punya kegiatan tambahan. Nantinya ia juga mempunyai banyak teman di tempat les barunya.

"Lalu bagaimana lukisanmu?" tanya Anyelir lagi.

"Aku akan terus melukis Mama, karena melukis adalah hidupku sedangkan bermain biola adalah cintaku."

"Terus Mama, kamu anggap apa?" tanya Anye dengan sengaja memanyunkan bibirnya.

"Mama itu jantung hatiku, belahan jiwaku, pokoknya aku sayang Mama."

"Hahahahaa." Anye tertawa mendengar ungkapan putrinya.

Bagi Anye, seperti ini saja sudah lebih dari cukup, ia sangat bahagia putri kecilnya ini selalu memberi warna dalam hidupnya. Selain bakat melukisnya yang tidak diragukan lagi ternyata Elena juga mampu memainkan biola dengan bagus, seperti apa yang dikatakan oleh Emily.

Dalam satu tahun ini, hampir setiap bulan Elena menerima undangan untuk ikut pameran seni di kota New York ini. Anyelir akui semenjak Elena lahir rejeki terus mengalir secara deras, bahkan selama lima tahun di negara orang, Anye sudah memiliki rumah yang cukup besar dan juga mobil yang cukup mewah, meskipun mobil itu jarang digunakan mengingat ia lebih sering berpergian menggunakan kendaraan umum.

"Sudah malam, sekarang waktunya tidur. Besok sudah mulai 'kan kelas melukisnya?"

Elena mengangguk lalu ia mencium pipi ibunya dan segera menuju kamarnya. Elena merupakan guru termuda di kota ini, bahkan mungkin di negara Amerika. Karena mulai besok ia akan mengajarkan anak-anak sekitar rumahnya untuk belajar melukis.

Anye pun segera merapikan peralatan melukis putrinya, sebelum ia keluar ruangan dan mengunci pintu tersebut. Anye menyempatkan menemui putrinya hanya untuk memberikan ciuman dan mengucapkan selamat tidur.

***

Di belahan bumi lain, tepatnya di Jakarta seorang pria terlihat tengah berbicara melalui ponselnya sambil menghisap rokoknya.

"Lima tahun Al, kalian selama ini kerjanya ngapain aja sih?!! Ok, kalau dalam setahun ini kalian tidak ada hasil, saya akan gunakan jasa yang lain." ucapnya lalu memutus sambungan telepon dengan kesal.

"Aarrgghhh!" teriaknya sambil meninju udara kosong.

Ya, pria itu adalah Ken. Pria yang telah merenggut kesucian Anyelir lima tahun yang lalu.

Ken terbangun dan merasakan sedikit pusing. Matanya mengedar ke seluruh ruangan, dan dia baru sadar ternyata dia tertidur di hotel. Ia berniat untuk segera mandi dan langsung pulang ke rumah, saat ia menyibakkan selimutnya, ia terkejut melihat dirinya tidur tanpa sehelai benang pun.

Kemudian ia teringat kejadian semalam. Ia yang mabuk berat masuk ke kamar khusus untuknya di hotel milik orang tuanya. Saat akan memasuki kamar ia melihat gadis yang sangat cantik, lalu tanpa ragu ia pun menyeret gadis itu ke kasurnya.

Meskipun mabuk, tapi ia masih bisa mengingat apa yang telah dilakukannya terhadap gadis yang ia temui di dalam kamar hotelnya. Ia juga mengetahui bahwa gadis itu merupakan salah satu karyawan hotel.

Karena rasa bersalahnya, Ken pun memutuskan untuk mencari tau gadis itu. Tapi ia terlambat karena saat ia ingin menemui gadis itu, ternyata gadis itu sudah resign dua bulan yang lalu. Tak menyerah ia pun mengunjungi alamat tempat tinggal gadis yang baru ia ketahui bernama Anyelir itu, dan hasilnya pun nihil. Anyelir sudah tidak lagi tinggal disana, menurut informasi pemilik rumah kontrakan yang pernah Anyelir tempati.

"Ken."

Suara dan sentuhan lembut dari ibunya membuyarkan lamunannya. Ken menoleh ke arah Ibunya. Wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu tersenyum.

"Melamun?"

"Tidak Mam, Ken sedang menikmati rokok," jawabnya berusaha mengelak.

"Dipanggil berkali-kali tidak ada jawaban lalu apa namanya? tuli? masa anak Mami yang ganteng ini tuli sih?" ucap sang ibu sambil terkekeh.

"Ayo sarapan, Papi sudah menunggu di meja makan," ajak Carol.

"Mami duluan aja, Ken mau gosok gigi dulu. Gak enak rasanya habis ngerokok langsung makan."

"Tumben banget sih kamu ngerokok, ada masalah?"

"Pengen aja Mam, sesekali mencoba gak apa-apa kan?" ucap Ken.

Carol menyetujui ucapan anaknya."Tapi jangan setiap hari Ken, ingat kesehatan. Ya sudah Mami tunggu di bawah," ucapnya sambil keluar kamar Ken.

Mereka kini sedang sarapan di meja makan. Seperti biasanya mereka sarapan bertiga karena memang Ken merupakan anak tunggal.

"Besok malam kita akan makan malam dengan keluarga Subagyo. Kita akan membahas bisnis dan juga mengenalkan kalian," ucap Danial kepada Ken.

"Kalian? maksud Papi?" tanya Ken yang tak mengerti arah pembicaraan Papinya.

"Ken umur kamu sudah tiga puluh tiga tahun, Papi rasa usia segitu sudah cukup matang untuk menikah, jadi Papi dam Mami ingin kamu berkenalan dengan putri Pak Daru," kali ini Carol yang menjelaskan.

"Ck, Ken gak suka dijodoh-jodohin."

"Kenalan aja dulu, Papi liat anaknya cantik dan pintar kok kelihatannya juga baik," ucap Danial.

"Memangnya kamu gak ingin punya istri, biar ada yang ngurusin kebutuhan kamu." Kali ini Carol yang ikut bersuara.

"Emang selama ini Ken gak bisa urus diri apa? Nanti ajalah Mam, Pap. Kalau Ken sudah siap Ken pasti nikah kok."

"Papi gak memaksa kamu untuk langsung menikah, paling gak kenalan dulu aja," imbuh Danial.

Ken hanya bisa menarik napasnya dalam. Ia memilih diam. Terserah orang tuanya yang berencana ingin mengenalkannya kepada putri dari rekan bisnisnya. Masih ada hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan.

Terpopuler

Comments

Tukanghalu(Ig:Novi_Rahajeng08)

Tukanghalu(Ig:Novi_Rahajeng08)

Namanya mirip tokohku kak, Ken dan juga Carol ibu dan anak juga taoi beda cerita. Ceritanya bagus, lanjutkan kak Rinjani💪💪💪

2021-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!