Alam Tak Kasat Mata,
Gemuruh guntur mengiringi kilatan-kilatan lidah petir menjiilat-jilat menerangi Istana berwarna emas. Pekat kelamnya langit seakan-akan ikut menyelimuti seisi istananya dimana Kalas Pati, Raja Siluman Monyet terlihat sangat murka.
Wajahnya tergambar jelas menunjukkan kemarahan yang amat sangat. Sorot mata merahnya menyapu para Petinggi-petinggi kerajaan yang tertunduk ketakutan. Empat taringnya keluar disela-sela bibir tebalnya menambah seram wajah bengis Sang Raja Siluman Monyet.
“Kurang ajar sekali manusia yang bernama Kosim itu..! Dia sudah mengingkari perjanjian dan dia berani melawan dengan berlindung meminta bantuan murid-murid Kiyai Sapu Jagat..! Kita sudah banyak dirugikan oleh manusia bernama Kosim. Bangsa kita banyak yang musnah gara-gara manusia ingkar itu!” Seru Kalas Pati.
"Dimana Ronggo Geni, Anggada Putih, Anggada Hitam, Kelabu dan Kuning..?” Tanya Kalas Pati dengan rahang gemeretak sembari celingukkan, menahan amarah.
“Lima pimpinan perang utama kita juga musnah dalam penyerangan itu. Empat manusia itu sangat tinggi ilmunya. Mereka mampu menembus alam kita bahkan segala tipu daya yang kita lakukan pun selalu dapat digagalkan. Ampun Paduka Raja, apa yang harus hamba lakukan,?” kata Arya, dengan muka tertunduk ketakutan.
“Huuuaaaahhhhkkkk...!” Teriak Kalas Pati, sembari mengayunkan tongkat emas di tangan kanannya.
‘Duarrrrrr!!!’ suara hantaman tongkat emas Kalas Pati menyambar tiang besar penyangga istana di sebelah sudut kanannya membuat istana terguncang menimbulkan suara bergemuruh.
Bersamaan itu langit diatas istana, petir bersahut-sahutan seakan ikut merespon kemurkaan Raja Kalas Pati sehingga menambah suasana kian bergidik.
“Kita harus bikin perhitungan..! Selama ini sudah ratusan tahun tidak ada satu pun manusia yang berani melawan perjanjian. Hanya Kosim, satu-satunya manusia bodoh yang berani mengingkarinya ,” seru Kalas Pati, dengan rahang gemeratak.
Seisi istana tertunduk membisu. Para Petinggi dan Prajurit Siluman Monyet itu tak ada yang berani melihat rajanya. Tak ada yang berani bicara, semuanya terdiam dengan raut muka sangat ketakutan melihat kemurkaan Raja Kalas Pati.
“Anggada Arya, bagaimana pun caranya kamu harus bisa membawa manusia bernama Kosim dihadapanku..!" Seru Kalas Pati kepada Pimpinan Penjemput Tumbal.
"Baik Paduka Raja, aku sudah memiliki rencana membalas kemusnahan pasukan kita. Malam ini juga akan aku kerahkan pasukan yang terkuat yang masih tersisa, Paduka," kata Anggada Arya.
"Percuma! Sia-sia, jika kalian menyerang dengan terang-terangan. Kalian tetap akan kalah bahkan musnah. Pakai cara halus, bikin manusia-manusia itu tersiksa lalu mati..!" Kata Raja Kalas Pati.
"Seret dan paksa manusia bernama Kosim, hidup atau mati..!” lanjut Raja Kalas Pati.
"Huuughh..! Huuugghh..! Huuugghh..!" teriak para petinggi dan prajurit menggema seantero istana.
Kemudian Raja Kalas Pati sejenak mengangkat tangannya menghentikan gemuruh suara teriakan prajurit.
“Anggada Arya, bagaimana dengan Ki Utung, Kuncen penjaga gerbang kita? Tanya Kalas Pati kepada Anggada Arya, pimpinan penjemput tumbal.
“Ampun Paduka Raja, Ki Utung sudah tewas membusuk di gubuknya. Dia tewas dalam penyerangan sehari sebelumnya," jawab Arya dengan suara berat.
"Kala itu dia berusaha menarik paksa sukma Kosim dan sedianya akan berhasil akan tetapi disaat-saat akhir tiba-tiba datang bantuan dari manusia bernama Abdul Basit. Lalu Ki Utung dihantam dan tubuhnya hangus terbakar,” terang Arya.
Kemudian Arya menjentikkan jari telunjuk dan jempolnya, tiba-tiba cermin bulat besar muncul digenggaman tangan Arya. Dia menunjukkannya pada Raja Kalas Pati memperlihatkan suasana pondokkan Ki Utung di Gunung Ng.
Terlihat sosok renta berpakaian putih acak-acakan dengan ikat kepala batik yang hampir terlepas tergeletak disudut ruang tengah pondokkan. Tubuhnya tergolek kaku, terdapat bercak darah di dinding kayu bekas muncratan darah dari mulut Ki Utung. Kepulan asap tipis terlihat masih menyembul dari tubuh kurus kering itu.
Ki Utung atau masyarakat sekitarnya memanggilnya Mbah Utung merupakan seorang Kuncen Pesugihan Gunung Ng di ujung Timur Pulau Jawa. Sehari sebelumnya, Ki Utung yang juga mendapat tekanan untuk mempertanggung jawabkan calon pengabdi Siluman Monyet yang mengingkari akhirnya terpaksa turun gunung.
Malam itu Ki Utung mengerahkan kesaktiannya dengan merasuki tubuh Kosim dan berupaya mencekiknya sampai mati. Upayanya nyaris saja berhasil, hanya hitungan detik nyawa Kosim hampir terlepas dan dibawa ke alam gaib siluman Monyet andai saja tidak keburu diketahui Mahmud.
Dan upayanya seketika gagal, setelah Mahmud berteriak hingga Kosim mendapat pertolongan Abah Dul disaat sedang sekarat.
Saat itu Abah Dul menghantam kepala Ki Utung yang merasuki raga Kosim dengan ilmu dahsyat Ajian mematikan. Seketika dari kepala Kosim mengepul asap hitam lalu asap hitam yang tak lain adalah Ki Utung itu melesat ke udara dan lenyap.
Bersamaan dengan itu di ruangan pondokkan di Gunung Ng, tubuh Ki Utung yang semula duduk bersila langsung terlempar menghantam dinding kayu pondokkan disertai dengan kepulan asap hitam membungkus tubuhnya. Dari mulutnya keluar darah hitam kental dan seketika tubuhnya langsung tak berkutik menggelosoh disudut ruangan.
“Kasihan sekali nasib pengabdi setia kita. Ki Utung itu generasi ke-90 yang sudah banyak menuntun manusia yang ingin menjadi pengikut kita dengan iming-iming harta kekayaan. Ini separuh kehancuran dari kerajaan kita yang sudah beratus-ratus tahun dan sudah ribuan manusia menjadi pengabdi kita,” kata Raja Kalas Pati dengan suara bergetar.
Kemudian Arya menyudahi laporannya, dengan sekali tiup cermin bulat besar itu lenyap dari tangannya.
Raja Kalas Pati mukanya merah membesi. Tertegun namun tak dapat menyembunyikan kemurkaannya. Matanya kian bersinar merah lalu berteriak sangat kencang hingga menggetarkan istana.
"Huaaaaakkkkkhhh, manusia laknaaaaatttt..!" teriak Raja Kalas Pati.
"Kita akan balas semuanya..!" sambungnya dengan suara menggelegar.
Kilatan-kilatan petir kembali saling bersahutan menjilat-jilat di pekatnya langit alam Siluman Monyet. Gemuruhnya dirasakan hingga di alam kasat mata disekitar lereng Gunung Ng. Getaran dan gemuruhnya seolah-olah gunung tersebut seperti hendak meletus.
......................
Gunung Ng,
Sudah sehari semalam tidak ada seorang pun yang mengetahui kondisi Ki Utung yang sudah menjadi mayat. Selain letak pondokkan Ki Utung berada di lereng Gunung Ng yang sangat jarang dilewati penduduk sekitar, juga hanya orang-orang seperti Kosim saja yang mau menyambanginya.
Kosim merupakan salah satu manusia yang gelap mata yang berniat berseketutu dengan siluman monyet. Dia mau melakukan ritual pesugihan melalui tuntunan Ki Utung, juru kuncen Pesugihan Monyet di Gunung Ng.
Padahal saat itu Ki Utung sudah memperingatkannya berkali-kali bahwa apa yang akan dilakukannya itu tidak baik dan dosa besar. Bahkan Ki Utung pun sudah memberitahukan resikonya selain harus menyediakan tumbal, kehidupannya setelah meninggal di dunia arwahnya akan menjadi penghuni Gunung Ng hingga akhir jaman.
Pada saat itu, semua yang sudah diperingatkan Ki Utung tak mengurungkan tekad Kosim. Dia tetap ingin melakukan ritual pesugihan karena akal pikiran sehatnya sudah tertutup oleh tuntutan istrinya dan persoalan-persoalan perekonomian rumah tangganya.
Didalam otaknya, hanyalah berisi harta kekayaan agar membuat senang istrinya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Liani Purnapasary
teganggg baca x 😃😃
2023-07-12
0
Shartikha Septiani
cerita,ya keren bnget thour semngat💪
2021-10-23
4