Dilangit masih hitam pekat diatas rumah Mahmud gulungan awan hitam disertai petir berkilatan seakan-akan berlomba-lomba tak sabar ingin menyambar yang ada dibawahnya.
Dari pandangan tak kasat mata, dibalik awan hitam ratusan pasukan monyet siluman berbaris rapih membentuk berkotak-kotak sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Huuhh! Huhhh! Huhh...!" Suara pasukan monyet menggema seantero jagat.
Deretan pasukan monyet siluman itu terbagi dalam 5 kelompok membentuk kotak-kotak. Didepan masing-masing kotak berdiri monyet tinggi besar lengkap dengan pakaian perang didadanya melingkar perisai berwarna emas. Tangan kanannya memegang toya panjang dari besi kuning sedang tangan kirinya memegang pedang panjang keperakkan.
"Kita tunggu waktu pergantian siang ke malam, tunggu aba-aba penyerangan..!!!" Seru monyet tinggi besar yang menjadi pimpinannya.
"Huuhh! Huhhh! Huhh...!" Teriakan pasukan kembali menggema.
Dari latar rumah Mahmud kilatan petir terlihat menjilat-jilat dibawah gumpalan awan-awan pekat sesekali dibarengi gemuruh guntur.
Sebentar lagi memasuki waktu magrib dimana pergantian waktu dari siang ke malam hari.
Sementara itu di ruang tengah rumah Mahmud, Gus Harun, Abah Dul, sukma Ustad Baharudin dan sukma Ustad Basyari duduk melingkar.
Sedangkan Mahmud, Kosim dan Mang Ali yang sebelumnya ditugaskan menyirami air yang diberikan Gus Harun untuk memagari sekeliling rumah, kini berkumpul di ruang tamu mengemban tugas baru melakukan zikir.
"Dul, ente periksa benteng yang dipasang tadi," kata Gus Harun kepada Abah Dul.
"Njihh, Gus.." jawab Abah Dul.
Abah Dul langsung merubah duduknya dengan bersilah konsentrasi menundukkan kepalanya dengan mata terpejam.
Mata batin Abah Dul melihat dengan takjub, diatas rumah Mahmud dilingkupi sinar putih keperak-perakkan berbentuk menyerupai kubah besar mengurung bangunan rumah Mahmud.
Setelah melihat dengan teliti benteng yang dibuat Gus Harun dan memastikan tak ada celah sedikitpun, Abah Dul perlahan membuka matanya seraya berucap, "Alhamdulillah.."
"Gimana menurut ente Dul?" Tanya Gus Harun.
"Sungguh kokoh Gus. Kubah putih keperakan rapat melindungi rumah ini," jawab Abah Dul.
Gus Harun manggut-manggut sejenak. Disamping kanan kirinya sukma Ustad Baharudi dan Ustad Basyari terlihat kusyuk berzikir meniti tasbih dijemari kanannya masing-masing.
"Ini dinamakan benteng perangkap Dul. Biar mereka turun menyerang, mereka tak akan bisa melihat kubah putih ini dan itu salah satu keistimewaannya dan pada saat mereka turun akan menghan....," kalimat Gus Harun terhenti oleh suara dentuman keras menggetarkan seisi rumah.
"Duarrrrrr...!" Dentuman keras itu terdengar tepat diatas rumah Mahmud.
...----------------...
Dialam tak kasat mata, seruan "Seraaaaang...!" Menggema seantero langit. Bersamaan dengan itu melesat cahaya-cahaya kelabu turun dari balik awan hitam membentuk formasi tombak besar menghujam tepat diatas rumah Mahmud.
"Duarrrrrr...!" Suara benturan keras menggelegar akibat formasi tombak besar menghantam kubah putih hingga lantai terasa bergetar.
Tiga meter diatas rumah Mahmud, terlihat berpendaran cahaya merah bersamaan dengan suara dentuman keras. Cahaya-cahaya merah itu terpental kesegala arah tak ubahnya seperti cahaya kembang api.
Dalam pandangan tak kasat mata, pendaran cahaya-cahaya merah itu tak lain merupakan sosok monyet-monyet siluman yang terpental terbakar setelah menghantam benteng kubah putih diatas rumah Mahmud.
Bersamaan itu dari dalam salah satu kamar rumah Mahmud terdengar suara bocah kecil menangis keras. Abah Dul bergegas beranjak dari duduknya menuju kamar dimana suara Dede menangis secara tiba-tiba.
Dilihatnya tubuh Dede kejang-kejang, kedua tangannya mengepal kuat, matanya melotot namun tak ada setetes air mata pun yang menetes dipipinya meskipun sedang menangis dan meronta-ronta liar.
Sementara Arin ibu Dede berdiri menyudut saling berpelukkan dengan Dewi, penuh kepanikan bercampur takut melihat reaksi liar Dede.
Abah Dul melihat dengan jelas ada tali menyerupai akar pohon kecoklatan melilit leher, pergelangan tangan serta pergelangan kaki Dede.
"Allahu Akbar..!" Seru Abah Dul mengibaskan telapak tangannya berbarengan dengan hentakan kakinya.
Satu jeratan tali akar di leher Dede terputus, tapi tangis Dede belum juga mereda. Abah Dul kembali menggerakkan tangannya. Satu kilatan cahaya putih keluar dari telapak tangan Abah Dul dan menghantam tali akar dikedua pergelangan tangan. Tali akar kecoklatan pun putus seketika dengan mengeluarkan asap hitam seperti terbakar.
Tangisan Dede mulai melemah, matanya tak lagi melotot dan tubuhnya pun tak lagi mengejang. Kini hanya kedua kaki Dede yang masih bergerak liar, bocah 3 tahunan itu hanya bisa menggerakkan kakinya dengan menekuk lalu diluruskannya berulang-ulang.
Tatkala matanya melihat ibunya, tangan kanannya menggapai-gapai kearah ibunya yang sedang panik dan ketakutan disudut kamar, "Ibuuuu.... ibuuuuu.... ibuuuuu...!"
Abah Dul kembali mengerahkan tenaga dalamnya menghantam ikatan tali akar yang tinggal mengikat dikedua pergelangan kaki bocah kecil itu.
"Praakkk..!" suara dua kekuatan besar beradu hingga menimbulkan kepulan asap hitam yang membumbung lalu hilang menembus atap kamar.
Usai lepas dari ikatan tali akar tersebut Dede langsung berguling-guling kearah ibunya. Arin langsung menangkap dan menggendongnya lalu bergegas membawanya keluar kamar disusul Dewi.
Di ruang tamu, Mahmud, Kosim dan Mang Ali tak bergeming masih melakukan zikir meskipun didalam hatinya merasa cemas, panik dan ketakutan. Hal itu terlihat jelas dari ekspresi wajah-wajahnya yang berubah menjadi tegang.
Sedangkan di ruang tengah, tubuh Gus Harun diam tak bergerak. Dialam tak kasat mata, bersama sukma Ustad Basyari dan sukma Ustad Baharudin, Gus Harun melesat ke langit menembus gulungan awan hitam diatas rumah Mahmud.
Dibalik awan hitam tersebut Gus Harun, sukma Ustad Basyari dan sukma Ustad Baharudin berdiri dalam kepungan lima ekor monyet besar. Ketiganya saling merapatkan punggungnya satu sama lain.
Desiran angin keras tiba-tiba datang dari sisi kiri hendak menghantam Gus Harun, akan tetapi mental oleh kibasan tangan sukma Baharudin. Luput dari serangan pertama, kilatan cahaya kuning sebuah tongkat menghujam mengarah ke kepala ketiga orang sakti itu.
Ketiganya serentak mengangkat lengannya menangkis hujaman tongkat. Tak ada pilihan lain selain harus menangkisnya jika tidak ditangkis akan membahayakan salah satu atau dua orang dari mereka yang pasti akan terkena hantaman.
"Duarrrrr...!" Suara benturan dua kekuatan besar beradu nyaring dan menggema di angkasa.
Akibat benturan tersebut menimbulkan kilatan-kilatan cahaya putih kemerahan berpendaran kesegala arah. Gus Harun melihat kesempatan untuk balas menyerang, dengan gesit ia melompat sejengkal diatas kepala sukma Ustad Baharudin dan Ustad Basyari, lalu menghantamkan setengah tenaga dalamnya melalui telapak tangan kearah monyet tinggi besar berwarna kelabu yang berada lurus dihadapannya.
"Duarrrrrr...!" Kilatan putih menghantam telak pada kepala monyet kelabu.
Monyet besar kelabu langsung terpental jauh hingga tak terlihat dari pandangan Gus Harun. Sukma Baharudin tak tinggal diam, setelah berkelit menghindari serangan sabetan tongkat emas, kaki kanannya diayunkan kearah perut monyet besar berwarna kuning emas, "Bukkkk..!" kakinya telak menghantam bagian perut.
Monyet keemasan itu jatuh tersungkur, namun bergegas hendak kembali bangkit akan tetapi satu kilatan cahaya putih sudah menyongsongnya saat masih setengah berdiri. Suara dentuman kembali terdengar bersamaan kilatan cahaya putih itu menghantam kepalanya dari arah samping.
Kepulan asap kelabu langsung mengepul dan saat asap itu lenyap, yang terlihat hanya badannya saja tanpa ada kepala. Kepalanya hancur akibat hantaman dari sukma Ustad Baharudin.
Sementara itu sukma Ustad Basyari dikeroyok tiga monyet besar berwarna keperakan. Tak mau ambil resiko, ia segera mengeluarkan kain sorban hanya dengan satu ucapan, "Syehk..!" Sorban putih bergaris hijau tiba-tiba sudah muncul digenggaman tangannya.
Dengan cepat disabetkan sorban itu kearah 3 monyet besar berwarna perak bersenjatakan pedang panjang yang terus merangsak mendesak dirinya.
"Darrrr...! Darrrrr..! Darrrr..!" Suara dentuman tiga kali itu menghanguskan ketiga monyet besar berwarna keperakkan.
Pertempuran dibalik awan hitam pekat itu membuat lima pimpinan regu pasukan monyet siluman berhasil dimusnahkan oleh Gus Harun, sukma Ustad Baharudin dan Ustad Basyari.
Ketiga sukma alumni santri Madura itu langsung kembali turun. Gus Harun kembali masuk kedalam raganya didampingi sisi kanan kirinya sukma Ustad Baharudin dan Ustad Basyari.
Udara yang sedari tadi berhembus tak beraturan arahnya dan kadang besar kadang kecil kini tiba-tiba menjadi tenang. Di langit pun perlahan cahaya bintang-bintang mulai nampak berkedip-kedip. Awan hitam pekat yang menggulung sejak siang diatas rumah Mahmud juga tak lagi terlihat.
"Alhamdulillahirobbil alamiiin..." ucap Gus Harun seraya membuka matanya.
Sejenak Gus Harun memandangi satu persatu orang-orang disekelilingnya, mulai dari Abah Dul, Arin lalu Dede yang nampak sangat kelelahan. Lalu Gus Harun mengusap-usapkan telapak tangannya di ubun-ubun kepala Dede seraya meniupkan doa.
Kemudian Gus Harun beranjak dari duduknya menuju ruang tamu dimana Mahmud, Kosim dan Mang Ali berzikir. Gus Harun menepuk pundak ketiganya satu persatu.
"Sudah, sudah... Alhamdulillah sudah usai.." Kata Gus Harun, melihat ketiganya masih kusyuk berzikir dengan mata terpejam.
"Gus, ane sama Basyari hendak pamitan. Sudah terlalu lama ninggalin raga di rumah, nanti dikiranya kita meninggal lagi, hehehe..." kata sukma Baharudin menghampiri Gus Harun.
"injjiih.. injihhh.. matur nuwun sanget atas bantuan sampeyan-sampeyan.." Kata Gus Harun.
Gus Harun lantas memeluk satu persatu sahabatnya lalu mengucap balas salam, "waalaikum salam warohmatillahi wabatokatuh.."
Dua sukma itu langsung melesat lenyap dari pandangan Gus Harun. Melihat adegan itu, Mahmud, Kosim dan Mang Ali lagi-lagi dibuat terbengong-bengong.
"Ngobrol sama siapa Gus," tanya Mahmud keheranan yang diiyakan Kosim dan Mang Ali.
"Hehehe... sudah ndak usah dibahas," seloroh Gus Harun.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Liani Purnapasary
seruuu bngt aq suka cerita x, bnyk org alim ikut serta 😃😃😃😍😍😍😍
2023-07-12
0
Emery
ceritanya kek nyata...berasa lg nonton tv,bukan baca novel
2023-06-17
0
endang rahayu
baguss, suka bnget critax, mkasih kk othorrr
2022-07-11
2