Awan-awan hitam pekat seolah-olah mengepung rumah Mahmud dari atas langit. Ya, bukan mendung biasa, bukan mendung layaknya akan turun hujan. Nampak pula kilatan-kilatan petir menjilat-jilat dibawah awan hitam menambah tanda cuaca tak wajar.
Waktu menunjukkan pukul 15.25 wib tetapi cuaca sudah terlihat gelap layaknyanya malam hari. Abah Dul, Gus Harun, Mahmud, Kosim dan Mang Ali baru saja selesai menunaikan sholat Ashar berjamaah di ruang tengah.
"Dul dan semuanya, sepertinya kita akan kedatangan tamu," kata Gus Harun.
"Mahmud, Kosim, Mang Ali, kalian jangan kosong hatinya, baca sholawat terus, yah.." sambung Gus Harun.
"Injiiih Gus.." jawab mereka berbarengan.
"Dul, punten ente periksa keadaan diluar. Ini gelapnya nggak wajar," kata Gus Harun lagi.
"Injih Gus, Saya keluar." Sahut Abah Dul.
Abah Dul beranjak keluar ke halaman depan. Ia berdiri dimm sejenak lalu mendongakkan kepalanya memperhatikan gumpalan-gumpalan awan hitam diatas rumah Mahmud dengan mata batinnya.
"Masya Allah..." gumam Abah Dul.
Dalam penglihatan batinnya, dibalik pekatnya awan-awan itu Abah Dul melihat banyak sekali pasukan monyet dengan pakaian perang lengkap dengan senjatanya, tongkat dan pedang ditangan kanannya sedang berbaris rapih. Pasukan monyet tersebut nampaknya sedang menunggu aba-aba dari sang pimpinan.
Abah Dul bergegas kembali masuk untuk memberitahukan kondisi yang dilihatnya pada Gus Harun.
"Gimana Dul?" Tanya Gus Harun, melihat Abah Dul tergesa-gesa.
"Gus, ini bahaya Gus. Diatas dibalik awan-awan pekat itu banyak sekali pasukan monyet, nampaknya siap menyerang," kata Abah Dul.
"Cepat kontak Baharudin dan Basyari, untuk bersiap-siap," kata Gus Harun.
"Baik Gus," kata Abah Dul.
Abah Dul lantas duduk bersila. Kemudian memejamkan matanya, mulutnya terlihat bergerak-gerak membaca doa lalu terhenti tak bergeming. Tubuhnya diam tak ada gerakkan sama sekali.
Mahmud, Kosim dan Mang Ali tak bisa melihat kalau Abah Dul sedang meloloskan sukmanya. Dialam tak kasat mata, dalam sekejap sukma Abah Dul melesat cepat menemui Ustad Basyari di Surabaya.
......................
Surabaya,
Didalam kelas madrasah Al Janah yang berada dilingkungan pesantren, Ustad Basyari sedang mengajar pelajaran Fiqih didepan murid-muridnya. Ia tiba-tiba menghentikan bicaranya saat sedang menerangkan "Suri tauladan Nabi".
"Maaf anak-anak.. Ustad mohon diri sebentar ya, kalian catat saja dulu yang ustad terangkan tadi agar tidak lupa," kata Ustad Basyari kepada murid-muridnya yang sedang kusyuk menyimak.
"Njiiih, ustad..." jawab muridnya serempak.
Ustad Basyari bergegas keluar kelas. Sesaat celingukan didepan pintu, ia nengok kanan-kiri melihat sekelilingnya. Jam pelajaran terakhir kelihatannya semua murid berada didalam kelas, dirasa sepi Ustad Basyari lantas terlihat seperti berbicara pada seseorang.
"Assalamualaikum... Dul, nampaknya panik sekali, ada apa?" Tanya Ustad Basyari pelan-pelan sekali.
Sukma Abah Dul berdiri dibalik pintu kelas berhadapan dengan Ustad Basyari. Jika saja ada orang yang melihatnya, mungkin Ustad Basyari bakal dibilang gila karena terlihat berbicara sendiri tanpa melihat adanya sosok Abah Dul dalam wujud sukma.
"Bas, saya butuh bantuan sekarang. Saya disuruh Gus Harun menghubungimu sekarang," kata sukma Abah Dul.
"Gus Harun? Ente ketemu Gus Harun? Tanya Ustad Basyari memastikan.
"Njihh Bas, ia datang ketempat saya langsung dari Banten atas undangan saya," jawab sukma Abah Dul.
"Sayang sekali saya ndak bisa datang langsung Dul," ujar Ustad Basyari.
"Ndak apa-apa Bas, ya sudah saya pamitan Bas sekalian mau menemui Baharudin," kata sukma Abah Dul.
"Baiklah Dul, sampaikan salamku buat Gus Harun," kata Ustad Basyari.
"Assalamualaikum watohmatullahi wabarokatuh." Sukma Abah Dul pamitan dan langsung menghilang dalam sekejap dari hadapan Ustad Basyari.
"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh..." Gumam Ustad Basyari melambaikan tangannya. Ustad Basyari pun kembali masuk kelas.
"anak-anak.. pelajaran hari ini cukup sekian dulu, insya Allah besok disambung lagi. Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..." kata Ustad Basyari menutup pelajarannya.
"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh..." seru murid-murid kegirangan.
......................
Kutai, Kalimantan Timur,
Dikediaman Ustad Baharurin, di saung taman samping ŕumah nampak Ustad Baharudi kusyuk sedang membaca Alquran. Suaranya yang terdengar mengalun indah melantunkan surat Al Baqoroh mendadak terhenti ketika mendengar ucapan salam.
"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, masya Allah Abdul Basit, sahabatku..." ucap Ustad Baharudin.
"Har, maaf sudah mengganggu..." kata sukma Abah Dul.
"Nggak apa Dul, ada apal? pasti penting sekali ente menemui saya seperti ini.." ucap Ustad Baharudin.
"Iya Har, keadaan disana butuh bantuan ente sekarang," kata Abah Dul.
Ustad Baharudin diam sejenak. Mata batinnya langsung tertuju pada rumah Mahmud nun jauh di tanah Jawa.
"Ada Gus Harun?" tanya Ustad Baharudin kaget.
"Iya Har, saya diminta menghubungi ente untuk membantu. Basyari juga sudah saya hubungi Har.." kata Abah Dul.
"Insya Allah, Insya Allah Dul... Ya sudah sekarang ente kembali, saya bersiap-siap.." kata Ustad Baharudin.
"Asslamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..." Sukma Abah Dul lenyap dari penglihatan Ustad Baharudin.
"Waalaikumsalam watohmatullahi wabarokatuh.." Gumam Ustad Baharudin.
Seperginya Abah Dul, Ustad Baharudin menyudahi baca Al Qurannya dan menaruhnya di rak sudut atas saung. Kemudian kembali duduk ditempat semula beralaskan bantal besar.
Ustad Baharudin memejamkan matanya dengan kusyuk sembari bibirnya komat-kamit membaca doa. Dalam pandangan tak kasat mata perlahan sukma Ustad Baharudin memisahkan diri dari wujud jasadnya yang terduduk diam tak bergerak.
Kemudian sukma Ustad Baharudin melesat cepat menyusul sukma Abah Dul.
......................
Jawa Barat,
Di rumah Mahmud, tubuh Abah Dul diam tak bergerak berlangsung 5 menitan lalu perlahan membuka matanya seraya berucap alhamdulillah.
"Gimana Dul.." tanya Gus Harun.
"Alhamdulillah, kedua sahabat kita sudah siap," jawab Abah Dul.
Belum sempat bertanya lebih jauh, tiba-tiba Gus Harun berseru, "Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, Baharudin, masya Allah... masuk, masuk Har..." kata Gus Harun.
Sementara Mahmud, Mang Ali dan Kosim melongo sambil melempar pandang. Ketiganya tak bisa melihat kedatangan Ustad Baharudin yang berdiri didepan pintu.
Tak lama berselang muncul Basyari mengucapkan salam didepan pintu.
"Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarokatuh, masya allah Basyari, ayo, ayo masuk..." kata Gus Harun kembali membuat Mahmud, Mang Ali dan Kosim dibuat melongo.
Ustad Baharudin dan Ustad Basyari kini sudah bergabung di rumah Mahmud dalam bentuk sukma.
"Kang Mahmud, punten siramkan air ini memutari rumah ya. Kang Kosim dan Mang Ali ikut menemani ya," kata Gus Harun sembari memberikan air mineral 3 botol besar.
"Njiih, Gus.." ucap Mahmud, langsung beranjak dari duduknya diikuti Kosim dqn Mang Ali.
Sepeninggalnya Mahmud, Kosim dan Mang Ali, ke-4 orang satu pesantren dan satu guru, Gus Harun, Abah Dul, Ustad Basyari dan Ustad Baharudin itu nampak serius membicarakan situasi dan kondisi diatas rumah Mahmud yang ditutupi awan hitam pekat.
"Gus, apa yang harus dilakukan? Apakah kita menunggu dulu atau kita serang duluan?" tanya Sukma Baharudin.
"Gimana menurut ente Bas?" Gus Harun bertanya pada sukma Ustad Basyari.
"Kalau menurut saya, hajar saja diatas sebelum mereka turun menyerang. Karena akan sangat membahayakan orang-orang seisi rumah dan pasti akan membuat kegaduhan sekaligus bikin kita kerepotan," kata sukma Ustad Basyari.
"Menurut ente Dul?" Tanya Gus Harun pada Abah Dul.
"Saya setuju dengan pendapat Basyari, Gus. Sebab, jika kita menunggu diserang, bukan saja bertarung menghalau siluman-siluman itu tapi juga harus menangani orang-orang seisi rumah khususnya Kosim, istri dan anaknya. Dua kali kerjaan Gus, mending halau saja diatas sebelum mereka turun bikin keributan disini." ujar Abah Dul.
Gus Harun manggut-manggut sepertinya ia sependapat dengan dua sahabatnya. Keempat alumni pesantren sekaligus pengawal utama Kiyai sepuh Madura itu mulai berembuk mengatur strategi penghalauan.
Dalam hal inipun dibutuhkan taktik dan strategi yang jitu. Menakar kekuatan lawan, menimbang resiko dan melihat situasi dan kondisi agar pertarungan benar-benat tidak berefek pada orang-orang didalam rumah Mahmud.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
sbnarnya gus hasan apa gus harun tor
2022-05-15
3
Rosiyatun
bgs crt ny 😊💪💪
2022-03-23
1
Rere EL Sadat ✅
ada yg kelewat blm ralat, di bab apa ya
2021-11-20
2