Situasi di rumah Mahmud tak nampak baik-baik saja. Diteras depan masih banyak orang yang melekan namun suasana ketegangan masih tergambar jelas dari raut-raut muka orang-orang yang menyaksikan rentetan kejadian demi kejadian di malam ke-6 melawan perjanjian gaib itu.
Beruntung sebelas orang tetangga-tetangga Mahmud yang ikut melekan yang menjadi korban kesurupan masal tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Demikian halnya dengan Kosim, ia juga selamat dari kematian setelah nyaris tewas saat dalam pengaruh kekuatan gaib mencekik lehernya sendiri.
Malam ke-6 ini usai menghadapi dua peristiwa fatal suasana rumah Mahmud belum berubah. Mereka masih diliputi kegundahan, kepanikan dan kecemasan.
Menurut perkiraan Abah Dul, semua kejadian ini masih terus berkelanjutan dan malam ini bukanlah puncak dan akhir dari tuntutan perjanjian gaib. Bahkan perkiraan awal bakal berlangsung selama 7 hari sepertinya meleset.
Pukul 24.11 wib, cuaca di langit pun masih belum berubah, hitam pekat diatas rumah Mahmud. Terbias gumpalan-gumpalan hitam masih menyelimuti langit malam seperti akan turun hujan akan tetapi tak juga kunjung turun hujan.
Angin juga berhembus tipis-tipis namun udara yang dirasakan begitu lembab. Aura mistis sangat kental dirasakan orang-orang yang berada di rumah Mahmud.
Sementara itu kesebelas orang korban kesurupan masal satu demi satu sudah kembali sadarkan diri. Wajah mereka nampak lusuh dan kelelahan yang teramat sangat tak ubahnya seperti kerja rodi (kerja paksa jaman penjajahan belanda).
"Minum teh hangat dulu Mang, kalau dirasa sudah segar kembali silahkan pulang saja, ya Mang," kata Abah Dul.
"Kenapa saya Bah? Kenapa badan saya berasa capek-capek, lemes, bah?" Ujar Mang Sirin.
"Iya, Bah tadi lagi asyik main kartu tiba-tiba pandangan saya gelap terus udah nggak ingat apa-apa lagi," timpal Mang Torih.
"Hehehe... tadi itu kalian mengalami kesurupan. Tuh lihat, mang Juha, Mang Sirin, Mang Asim, Mang Warsid, itu.. itu.. itu... sampe ada sebelas," kata Abah Dul, sambil menunjuk satu-satu yang mengalami kesurupan.
"Kesurupan apa Bah? Tanya Mang Irin.
"Sudah, sudah.. nanti kalau sudah dirasa kondisi kalian bugar lagi, kalian pulang saja istirahat di rumah, ya" sergah Abah Dul.
Abah Dul tak ingin kesebelas orang itu merasa panik, takut dan khawatir jika diceritakan kalau mereka kesurupan monyet siluman. Pastilah akan ada banyak pertanyaan-pertanyaan lagi jika diceritakan yang akhirnya akan menjadi gunjingan di masyarakat setempat kalau keluarga Mahmud ada yang menjalani pesugihan.
Keluarga Mahmud sendiri dilingkungannya tergolong keluarga yang sangat disegani. Bukan karena orang kaya juga bukan pejabat, tapi karena Mahmud dan keluarganya dikenal sangat baik, suka menolong, ibadahnya kuat dan rutin bersedekah kepada tetangga-tetangganya yang kurang mampu.
Contoh paling nyata saja saat ini Mahmud mati-matian menolong keluarga Kosim (adik iparnya) yang sedang menjadi buruan mahluk gaib Siluman Monyet akibat menjalani ritual pesugihan.
"Mud, sekarang sudah jam dua belas malam, coba di cek kondisi Kosim, Arin dan Dede di dalam," kata Abah Dul.
"Oke Bah." Sahut Mahmud lalu beranjak masuk rumah.
Mahmud memperhatikan Kosim nampak sudah lelap tidur di ruang tamu. Wajahnya letih, cemas dan masih tergurat ketakutan dari ekspresinya.
"Kasihan sekali kamu, Sim.." kata Mahmud membatin.
Dibukanya kamar dimana Arin dan Dede tidur ditemani Bi Nuni dan Bi Isah. Kedua ibu-ibu tetangganya yang sudah dianggap keluarganya sendiri terlihat lelap hingga dengkurannya saling bersahutan.
Sementara Dede, bocah 3 tahunan itu juga nyenyak tertidur disamping Arin. Tapi melihat Arin meski matanya tertutup seperti tidur namun ekspresi wajahnya menggambarkan kecemasan dan gelisah.
Sesekali Arin memposisikan badan dan kakinya, kadang miring dengan kaki menumpangi satu kakinya.
Setelah Mahmud memperhatikan situasi dan kondisinya, ia kembali menutup kamar lalu krmbali bergabung dengan Abah Dul dan orang-orang melekan di teras depan.
"Gimana Mud,?" Tanya Abah Dul, begitu Mahmud duduk disebelahnya.
"Kelihatannya sih baik-baik saja Bah. Tapi Bah, lihat wajah Kosim dan Arin itu kaya cemas ekspresinya," jawab Mahmud.
"Ya wajar Mud, mereka baru mengalami kejadian-kejadian aneh tadi. Apalagi melihat Kosim yang nyaris saja mati," kata Abah Dul.
"Oiya Bah, gimana dengan orang yang akan diminta bantuannya. Minimalnya besok harus sudah bisa kesini," tanya Mamud.
"Teman satu pesantren yang siap ada tiga Mud. Tapi yang dua orangnya jauh di Surabaya dan Kalimantan nggak bisa datang, katanya insya Allah akan bantu dari jarak jauh. Satu lagi dari Banten katanya habis subuh làngsung meluncur, ya mungkin kalau nggak ada hambatan magrib atau isya sampe sini," jawab Abah Dul.
"Oh yowis syukurlah. Tapi kapan telponnya Bah tadi kan repot banget ngadepi serangan-serangan siluman monyet," kata Mahmud.
"Tadi, waktu kamu saya suruh memeriksa Kosim dan keluarganya didalam. Masa telpon, yang lebih canggih lah cukup komat-kamit, irit nggak pake pulsa, hehehe.." ucap Abah Dul kalem.
Mahmud hanya geleng-geleng kepala, ia tahu betul dengan maksud Abah Dul, Apalagi kalau bukan pakai telepati.
Telepati merupakan kontak batin yang hanya bisa dimiliki dan tersambung dengan orang-orang yang memiliki kemampuan sejajar atau lebih tinggi ilmunya. Biasanya dengan memakai dua cara hingga keduanya terjalin komunikasi.
Pertama hanya mengirimkan suara batinnya lalu orang yang diajak komukasi akan mendengar melalui telinga yang diawali dengan berdengung di telinganya.
Kemudian cara yang kedua, sukmanya pergi ketempat dimana orang yang hendak dihubungi lalu keduanya berkomunikasi layaknya ngobrol ketemu kasat mata langsung namun tak terlihat oleh orang disekelilingnya.
Orang pertama yang dihubungi Abah Dul bernama Ustad Baharudin di Kalimantan. Ustad Baharudin merupakan sosok yang masih memiliki keturunan darah biru meskipun bukan keturunan langsung dari trah Raja Kutai.
Dia satu pesantren dengan Abah Dul saat mondok di Madura. Selama mondok, Baharudin sangat suka berpuasa dan menggemari berbagai ilmu kebatinan yang diturunkan dari Sang Kiyai. Dia salah satu teman Abah Dul yang Ilmu kebatinannya tergolong tingkat tinggi.
Tapi sayangnya Baharudin tidak bisa memenuhi panggilan Abah Dul untuk datang langsung ketempat Mahmud karena rentang jarak dan waktu. Namun ia berjanji akan membantunya dari jarak jauh dan dia juga mengirkmkan 12 kodam khusus yang diutus untuk ikut menjaga rumah Mahmud mulai malam ini.
Sementara teman seperguruan Abah Dul yang ada di Surabaya bernama Ustad Basyari juga tidak bisa hadir langsung membantu Abah Dul. Tetapi dia pun melakukan hal yang sama dengan Ustad Baharudin.
Usia Ustad Baharudin, Ustad Basyari dan Abah Dul terpaut tak jauh 1 atau 2 tahunan. Diantara ketiganya yang paling tua adalah Abah Dul. Ketiganya semasa di pesantren menjadi pengawal khusus Kiyai Besar dan sama-sama memiliki kemampuan ilmu kebatinan yang luar biasa tinggi yang diturunkan langsung dari Sang Kiyai.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Fitri Norhayati
awalnya lewat aja ka malas bacanya eh pas baca sekali bikin merinding
semangat ka semoga sukses nulis cerita yg lain
2022-06-21
1
Ndo Ndoe lumut
aye sering berdengung telinganya. Thor apa bener ini artinya. ada yg gy mencoba berkomunikasi
2022-02-08
1
Rere EL Sadat ✅
Trimaksih MeyMey selamat menikmati🙏🙏🙏
2022-02-02
4