Dalam kehidupan bersosial terdapat ungkapan hormat menghormati, saling menghargai serta tidak saling mengganggu dengan disertai segala macam peraturannya. Hal itu bukan hanya berlaku didalam kehidupan bangsa manusia saja, namun juga berlaku didalam kehidupan bangsa lelembut penghuni alam gaib.
Jauh dibalik tirai alam gaib, kehidupan mahluk gaib disana pun tak ubahnya seperti kehidupan manusia di dunia. Tatanannya tak begitu berbeda dengan tatanan kehidupan manusia di alam dunia kasat mata.
Mereka bermasyarakat, hidup bersosial, ada pasar, ada rakyat dan ada pemimpin. Mahluk gaib juga mempunyai aturan dan hukum dalam tatanan kehidupannya.
Manusia bisa saja meminta bantuan melalui jasa mahluk gaib dan sebaliknya mahluk gaib juga dapat meminta bantuan manusia. Hantu penasaran salah satu mahluk gaib yang berupaya meminta bantuan manusia untuk menyempurnakan kematiannya.
Namun gawatnya ketika manusia sudah mengusik dan masuk kedalam lingkaran tatanan mahluk alam gaib serta memberikan kesan jejak "ingkar" manusia tersebut akan diburu menuntut perjanjiannya.
......................
Istana Raja Siluman Monyet,
Di Pegunungan Ng, didalam Istana nan megah, Raja Siluman Monyet bernama Kalas Pati terlihat murka. Dihadapan para petinggi kerajaan, Raja Kalas Pati berdiri dari singgahsananya dengan sorot mata membara merah sedang tangan kanannya mengacungkan tongkat emasnya.
"Malam ini, kita serbu tempatnya manusia bernama Kosim. Habisi siapapun yang ada disana..!" Seru Raja Kalas Pati.
"Kalian bawa prajurit secukupnya. Masuk kedalam raga setiap manusia yang ada di rumah Kosim, siksa mereka sampai mampus..!" Sambung Raja Kalas Pati.
"Huu..! huu..! huu..!" Seru para petinggi bersamaan, sembari mengacung-acungkan beragam senjata ditangannya.
......................
Malam ini malam ke-6 upaya Kosim melawan perjanjian gaib dengan mahluk Siluman Monyet penghuni Gunung Ng.
Ia beserta anak istrinya masih berada dalam pengungsian di rumah Mahmud yang berada di desa sebelah yang tak begitu jauh hanya 5 kilo meter jarak dari rumahnya.
Tidak seperti malam-malam sebelumnya, udara malam ini terasa lembab. Di langit sejak memasuki malam tak nampak ada bulan dan kelip cahaya bintang, yang terlihat hanyalah gumpalan-gumpalan seperti mendung pekat tetapi tak nampak tanda-tanda akan turun hujan.
Sementara itu tetangga yang ikut melekan di rumah Mahmud kini bertambah banyak. Semula yang hanya 6 orang, bertambah ada sekitar 20 orang. Sebagian kecil mereka mengetahui apa yang sedang terjadi dan dengan siapa yang dihadapi namun sebagian besar hanya ikut-ikutan dan tidak tahu-menahu persoalannya.
Mengisi sepanjang melekan ada yang bermain kartu remi, ada yang main catur atau pun hanya ngobrol sambil ngopi dan menikmati gorengan pisang sama gorengan singkong. Mereka menggelar tikar diteras depan.
Sementara didalam rumah, Arin dan Dede ditemani Dewi (Kakak Arin) serta dua orang tetangga dekatnya, mak Ijah dan Mak Nuni. Dede sudah tertidur sejak lepas isya, sedangkan Arin, Dewi, Mak Ijah dan Mak Nuni masih asyik ngobrol membahas Mas Al dan Andin episode terbaru sinetron Ikatan Cinta.
Sedang seru-serunya membahas sinetron itu tiba-tiba terdengar dari luar suara teriakan-teriakkan disusul suara tertawa terbahak-bahak serta bercampur suara erangan.
"Wuahahahahahah...!"
"Grrrrrkkkkkhh..!"
Keempat ibu-ibu itu spontan terlonjak kaget lalu bangkit bergegas melihat keluar rumah.
Diluar rumah, Mang Ali, Mahmud dan Abah Dul terlihat sibuk mengatasi tingkah liar 11 orang yang mendadak kesurupan. Ketiganya dibuat sangat kerepotan harus mengatasi dari satu orang ke orang lain.
Bidak-bidak catur beserta papan caturnya berserakan di tanah depan teras rumah yang cukup lapang. Kartu remi hingga gelas-gelasnya terpelanting berserakkan akibat ulah mereka yang mendadak kesurupan mahluk gaib.
Sementara Kosim dan lima orang lainnya hanya bisa melihat dengan tegang dan cemas dari atas teras rumah. Mau membantu sekedar memeganginya pun mereka ketakutan.
"Kosim, Carmin, Sidik dan yang lainnya cepat ambilkan air di ember!" Seru Abah Dul.
Ke-11 orang yang kesurupan itu bertingkah dengan liarnya, melompat kesana-kemari layaknya monyet. Sesaat kemudian merangsak menerjang setiap yang mencoba menahannya.
Mang Ali, dengan kekuatan ilmu kebatinan yang dimilikinya tak putus-putusnya membaca-baca kuncian ilmunya. Begitupun dengan Mahmud yang terus terdesak dikeroyok tiga orang. Sekali hentak, satu dua orang terpental lalu kembali bangkit dan kembali merangsak.
Hal yang sama dialami Mang Ali, ia pun dikeroyok tiga orang. Sesekali gerak-gerakan silat ia gunakan untuk menangkis, menendang bahkan balik balas menghalau dengan pukulan.
Dalam kondisi terdesak batin Mang Ali sempat diliputi kebimbangan. Jika ia gunakan pukulan tenaga dalam penuh, kasihan tubuh orang yang kesurupannya pasti akan ikut merasakan kesakitan.
"Heeeaahhh..!
Happppp..!"
"Allahu Akbarrr.."
Sambil meloncat berkelit, batin Mang Ali berkecamuk bimbang, apakah pakai tenaga dalam penuh atau tidak. Tubuhnya terus menghindari terjangan dan sesekali menangkis cakaran diantara ketiga orang kesurupan siluman monyet itu.
Lain halnya dengan Abah Dul, meski dia menghadapi 5 orang, ia tampak tenang berdiri tegap. Matanya menatap tajam kepada kelimanya, jemari tangan kanannya terus meniti biji-biji tasbih, mulutnya tak henti bergerak membaca amalan, sedang tangan kirinya terbuka lebar siap dihantamkan setiap yang mendekat.
"Allahu Akbar..!" Teriak Abah Dul, dibarengi dengan hentakkan kaki, tangan kirinya dihantamkan pada orang yang merangsak dari sisi kanan.
"Bukkk.." suara gedebuk dua orang jatuh tergeletak tak bangkit lagi.
Sedangkan dua orang lagi tetap merangsak penuh amarah menyerang Abah Dul melihat dua temannya sudah terkapar.
"Kosim, cepat airnya..! Teriak Abah Dul.
Kosim datang tergesa-gesa datang sambil menenteng ember berukuran sedang lengkap dengan gayungnya.
"ini Bah..!" ujar Kosim.
Disusul dibelakangnya dua temannya yang juga membawakan ember berisi air penuh dan menaruhnya disisi Abah Dul. Dengan cepat Abah Dul, mencelupkan tasbihnya dari satu ember ke ember lain.
"Mahmud, Mang Ali, cepat siramkan air di ember ini ke tubuh mereka!" Seru Abah Dul.
Air satu gayung ditangan Abah Dul diayunkan ke arah kelima orang kesurupan tersebut. Air langsung memercik membasahi kaos bagian dada, perut hingga ada yang mengenai muka.
Guyuran air doa itu membuat kelimanya langsung terjengkang seperti dihantam gelombang dahsyat berkekuatan besar menerjang tubuh orang-orang yang kesurupan itu.
Mang Ali dan Mahmud pun melakukan hal yang sama seperti Abah Dul. Guyuran air dari gayung dari tangan keduanya mampu membuat ke enam orang yang kesurupan itu terjengkang dan tidak bangkit lagi.
Belum sempat memeriksa ke-11 orang kesurupan yang sudah tergeletak, tiba-tiba suasana dikagetkan dengan suara tawa menggidikkan bulu kuduk. Suara itu menggema keras dari atas pohon jambu air yang terdengar serak dan berat menggema seantero halaman rumah Mahmud.
"Hahahahaha...! Hahahaha...!"
Bersamaan dengan terdengar suara tertawa itu tiba-tiba meluncur kilatan cahaya kemerahan dari atas pohon Jambu Air melesat cepat mengarah pada tubuh Abah Dul. Abah Dul sedikit terkesiap kaget, ia tidak menyangka dirinya bakal mendapat serangan. Tanpa bergeming Abah Dul mengibaskan tasbih yang melekat digenggaman tangannya.
Duarrr..!
Dua energi besar bertabrakkan, suara dentumannya keras menggelegar dan menggetarkan sekelilingnya. Kilatan cahaya kemerahan dengan kilatan cahaya putih dari tasbih Abah Dul memancar menerangi tempat itu.
Semua orang yang mendengarnya langsung menutup telinga sambil berucap istigfar tak henti-henti.
Bersamaan suara dentuman itu, menyusul dari atas pohon terdengar suara gemerisik. Dedauan dari sumber suara nampak bergerak-gerak liar. Lalu sesaat kemudian melesat cahaya merah keatas langit menuju arah selatan dengan cepat.
Beberapa saat kemudian suasana menjadi senyap seiring hilangnya lesatan cahaya merah itu. Sekilas Abah Dul melihat kalau yang menyerangnya itu tidak lain adalah ulah dari pimpinan penjemput tumbal yang kabur dengan terluka parah.
Abah Dul hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia melihat dengan jelas sosok yang kabur dari atas pohon jambu air itu. Dia adalah Arya, Sang Pemimpin yang bertugas menjemput tumbal yang pernah dikalahkannya.
Sementara itu Mahmud, Mang Ali, Kosim dan yang tiga orang lainnya yang tidak mengalami kesurupan ikut membantu mengurusi ke sebelas korban kesurupan masal.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Susi Permana
bukan nya dh di masukin ke dalam botol yah sm Abah Dul?
2023-02-12
1
Astiah Harjito
Salahnya melekan kok sambil main kartu, seharusnya berzikir gitu
2021-12-09
2