Selepas waktu Magrib di rumah Mahmud sudah berkumpul empat orang, diantaranya Abah Dul, Kosim, Mahmud dan Mang Ali. Rencananya malam ini juga Abah Dul berniat mengobati Kosim dan Mang Ali yang terluka oleh serangan Arin yang dirasuki monyet siluman.
Sementara Arin dan Dede ditemani Dewi sengaja diungsikan di rumah Abah Dul. Hal itu dilakukan agar rahasia Kosim tidak diketahui oleh Arin. Sebab jika Arin tahu yang dilakukan Kosim yang menjadi penyebab datangnya teror mahluk gaib itu urusannya bakal bertambah runyam. Arin pasti akan marah besar.
Abah Dul duduk bersila sejenak matanya mengatup tertutup menerawang kondisi tubuh Kosim dan Mang Ali. Ia mendapatkan adanya mahluk gaib bersemayam dalam diri Kosim. Sedangkan Mang Ali terdapat luka dalam yang cukup serius akibat terkena hantaman pukulan Arin yang sedang dirasuki siluman monyet sebelumnya.
"Sim, kamu harus bertobat atas perbuatanmu yang telah melakukan ritual pesugihan ya... Banyak-banyak baca istigfar minta ampunan pada Allah subhanahu wata'ala," ucap Abah Dul hati-hati.
Mula-mula Kosim terlebih dahulu yang akan diobati oleh Abah Dul. Kosim pun memposisikan diri menggeser duduknya ketengah tepat memunggungi Abah Dul. Raut wajah Kosim nampak datar dan pasrah dengan tingkahnya seperti orang linglung.
"Sekarang pejamkan mata sambil baca Sholawat, cukup Sholawat Jibril saja, bisa kan?" Kata Abah Dul.
Kosim hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Kesadarannya masih setengah-setengah, setengah diri Kosim dan setengahnya lagi dalam penguasaan mahluk gaib.
"Jangan memikirkan apapun, konsentrasi saja dengan bacaan Sholawat Jibril, saya akan menetralisir tubuhmu," sambung Abah Dul.
"Sebentar, sebentar, Bah.." Kosim menoleh ke Kang Mahmud.
"Mas, masih ada pisang nggak, saya laper," sergah Kosim, sekonyong-konyong bereaksi seperti menolak dengan mengulur-ulur waktu.
Wajahnya menyiratkan rasa ketakutan diluar kesadarannya yang tiba-tiba menghinggapi alam bawah sadarnya.
Sesaat Mahmud ragu lalu menoleh meminta persetujuan Abah Dul yang langsung memberikan kode pada Mahmud agar menuruti kemauannya. Abah Dul nampak sabar mengikuti saja apa yang ingin dilakukan Kosim. Ia paham betul dengan kondisi Kosim yang sebagian besar berada dalam pengaruh mahluk gaib.
Mahmud beranjak mengambil pisang di meja makan lalu kembali dan memberikannaya pada Kosim. Dengan cekatan Kosim langsung menyambar pisang yang disodorkan Mahmud. Dengan lihai dan cepat Kosim membuka kulit pisang satu persatu lalu melahapnya dalam dua kali suapan.
"Nyam, nyam, nyam... Mmmmhh, Abah mau apain saya sih Bah," celetuk Kosim yang sedang dalam pengaruh mahluk gaib.
"Sudah, kamu turuti Abah aja ya, Sim.." kata Abah Dul, sembari membaca amalan lalu meniupkannya ke wajah Kosim.
Kosim langsung tertunduk dan mau menuruti perintah Abah Dul. Samar-samar suara Kosim mulai membaca Sholawat,
"Sholallah ala Muhammad... Sholallah ala muhammad.. sholallah ala muhammad..."
Abah Dul menatap punggung Kosim sebentar lalu ia pun konsentrasi sembari membaca doa-doa. Kedua telapak tangannya ditempelkan tepat pada tulang tengah punggung Kosim. Matanya terpejam, mulutnya bergerak komat-kamit.
Berselang satu menitan, Abah Dul kemudian menghentakkan kedua telapak tangannya ke punggung Kosim dibarengi dengan teriakan,
"Allahu Akbarrrrr...!"
Bersamaan itu, Kosim tersedak lalu batuk-batuk spontan membuka mulutnya lebar-lebar seperti hendak memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.
"Hoekhhh... hoekhhh..." Kosim benar-benar muntah.
Semua yang ada disitu beringsut mundur. Mahmud dan Mang Ali dibuat terbengong-bengong bercampur kaget melihat muntahannya. Dari mulut Kosim keluar gumpalan-gumpalan seperti agar-agar sebesar jempol kaki berwarna merah kehitam-hitaman.
"Terus! Muntahkan semuanya, Sim..!" Seru Abah Dul.
Pada muntahan yang ketiga kalinya, keluar satu gumpalan yang besarnya dua kali lipat dari gumpalan-gumpalan muntahan pertama dan kedua hingga membuat klekekan. Usai keluarnya gumpalan besar itu tubuh Kosim perlahan lunglai lalu menggelosoh kesamping dan tergeletak pingsan.
"Apa itu Bah,!" Teriak Mahmud.
"Jangan disentuh, biarkan saja dulu gumpalan-gumpalan itu," cegah Abah Dul kepada Mahmud yang hendak memasukkannya dalam plastik.
"Itu makanan atau minuman yang dulu pernah diberikan Kuncen kepada Kosim saat sebelum melakukan ritual pesugihan," terang Abah Dul.
"Dari terawangan saya sih, Kosim meminum darah monyet," kata Abah Dul lagi.
"Astagfirullah..." ucap Mahmud dan Mang Ali nyaris bersamaan dengan mulut menganga.
Kemudian Abah Dul dibantu Mang Ali meluruskan tubuh Kosim dalam posisi telentang. Mata Kosim masih tertutup rapat dengan tubuh lemas. Raut wajah Mang Ali dan Mahmud bergidik melihat kondisi Kosim yang masih belepotan cairan kemerah-merahan di mulutnya.
Abah Dul kembali duduk bersila disisi kiri Kosim, lalu telapak tangannya dikibas-kibaskan menyisir membersihkan bias-bias negatif yang tersisa mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala Kosim.
"Mud, minta air putih di gelas ya," ucap Abah Dul.
Beberapa saat kemudian Mahmud sudah kembali dan memberikan segelas berisi air putih lalu dibacakan doa oleh Abah Dul. Setelah itu air dituangkan ke telapak tangan kanan dan diraupkan keseluruh muka dan kepala Kosim hingga air di gelas itu tandas.
"Alhamdulillah..." ucap Mahmud dan Mang Ali bersamaan melihat ada reaksi dari mata Kosim yang bergerak-gerak perlahan terbuka.
Kosim merasakan sejuk disekujur tubuhnya usai mendapat raupan air tersebut. Perlahan Kosim membuka matanya. Sungguh menakjubkan, kini sorot mata Kosim yang sebelumnya kosong seperti orang linglung, sudah kembali berbinar.
"Bah, ini sorot mata Kosim yang sebenarnya. Sorot mata penuh semangat seperti Kosim yang dulu," ujar Mahmud.
"Alhamdulillah, Mud. Kini Kosim tak lagi berada dalam pengaruh siluman monyet lagi. Coba kamu tawari pisang," kata Abah Dul.
Mahmud beranjak mengambil satu buah pisang dari atas meja makanan lalu kembali duduk didepan Kosim.
"Ini ada pisang, Sim. Makanlah.." kata Mahmud sambil mengulurkan pisang pada Kosim.
"Nggak ah, Kang Mahmud kan tahu kalau saya nggak doyan pisang. Kalau durian sih, boleh lah mau berapa buah aja, hehehe..." jawab Kosim, terkekeh.
Semuanya dibuat tertawa oleh tingkah Kosim. Padahal mereka tahu barisan dan hari-hari sebelumnya selalu minta pisang sehingga Mahmud sengaja menyediakannya.
"Ya sudah, sekarang gantian Mang Ali. Kamu geser kesana Sim duduknya, biar mang Ali ditengah," ucap Abah Dul.
Mang Ali beringsut maju duduk bersila menghadap Abah Dul dengan memegangi dada sebelah kanannya. Rasa panas dirasakan Mang Ali menjalar disekujur tubuh seperti mengikuti alirah darahnya.
"Untungnya yang kena hantaman sebelah kanan, Mang Ali. Coba kalau sebelah kiri entah hidup entah mati, hehehe.." seloroh Abah Dul dengan nada bercanda.
"Pejamkan mata mang Ali, sambil baca Sholawat.." Sambungnya.
Dalam penglihatan mata batin Abah Dul, pada dada sebelah kanan Mang Ali nampak ada luka dalam yàng menghitam. Abah Dul konsentrasi sambil membaca doa. Dalam satu usapan dibarengi dengan seruan "Allahu Akbar" tanda hitam didada mang Ali musnah seketika.
Mang Ali langsung merasakan tubuhnya menghangat terutama pada bagian dadanya yang terluka. Keringat kecil-kecil pun mengalir dari pori-porinya hingga sedikit menimbulkan basah di kaosnya.
"Ah, sudah nggak sakit lagi Bah," seru Mang Ali kegirangan. Ia spontan menggerak-gerakkan tangan kanannya memutar-mutar.
"Alhamdulillah, siap bertempur lagi, mang Ali?" Tanya Abah Dul setengah bercanda.
"Asyiiaappp.." jawab mang Ali menirukan gaya Atta Halilintar seperti dalam iklan.
"Hahahaha, bisa aja mang Ali, yowis lah Mud, beli nasi goreng dong, jadi kempong nih. Sekalian jemput istrimu, Arin dan Dede di rumah, " ujar Abah Dul.
"Siap, Komandan..!" Jawab Mahmud sambil bergaya prajurit hormat pada Komandannya membuat keempat orang itu terkekeh-kekeh bersamaan.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Susi Permana
untung punya ipar & tetangga yg baik dan peduli
2023-02-12
3
Aqilla
syukaaaaaa 2
2022-02-13
1
Ndo Ndoe lumut
syukaaaaaa
2022-02-08
1