Meskipun ritual itu tak sampai tuntas karena digagalkan oleh Abah Dul, namun perjanjian kontrak sudah terlanjur terikat. Sebab pada saat Kosim berkata bersedia menyanggupi syarat yang diajukan Kuncen, maka sejak saat itulah kontrak itu terikat.
Sepulangnya dari ritual itu kejiwaan Kosim belumlah sepenuhnya normal. Tatapan matanya kosong dan seringkali melamun tetapi tak ada yang diangankan dalam lamunannya. Terkadang tingkahnya tidak wajar, diluar nalar dan kebiasaannya.
Seperti kebiasaannya yang tidak doyan pisang, kini selalu ingin memakannya setiap hari. Kosim sendiri merasakan jiwanya tidak tenang selalu diliputi kegundahan, ketakutan, bingung bahkan tak tahu apa yang harus dilakukan dalam hari-harinya.
Sudah hari keempat Kosim beserta anak dan istrinya dipindahkan sementara ke rumah Kakak iparnya bernama Dewi istrinya Mahmud yang merupakan teman akrabnya Abah Dul yang berada di desa sebelah.
Diungsikannya keluarga Kosim ke rumah Mahmud atas rujukkan Abah Dul untuk menghindari dan mencegah penjemputan tumbal. Sebab rumah yang sebelumnya ditempati Kosim kata Abah Dul sudah ditandai oleh bangsa siluman sebagai target penjemputan tumbal.
Kejadian demi kejadian aneh dialami Kosim dari mulai ia keluar pondokan Mbah Utung sepanjang perjalanan pulang hingga ke rumah.
Semua kejadian aneh itu selalu dibarengi kemunculan monyet. Akan tetapi Kosim sama sekali tidak menyadari kalau monyet-monyet yang dilihatnya itu bukanlah monyet biasa. Monyet itu merupakan monyet siluman yang mengikuti Kosim hingga ke rumahnya.
Hari Rabu siang ini cuaca begitu terik menyengat. Di rumah Mahmud masih terasa diliputi kecemasan akibat teror yang datang silih berganti menerpa Arin dan Dede.
Kini Ibu dan anak itu selalu dalam pengawasan ketat Mahmud semenjak peristiwa hilangnya Arin yang dibawa kabur ke alam gaib oleh Anggada Arya, pemimpin pasukan monyet siluman yang ditugaskan sebagai penjemput tumbal.
Sementara Kosim sudah pergi sejak pagi berpamitan hendak ke rumah temannya untuk menanyakan pekerjaan proyek bangunan. Kosim sendiri sebetulnya bukanlah pemalas, sebaliknya ia suami yang bertanggung jawab, rajin dan giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak istrinya.
Sayangnya, istrinya terlalu menuntut lebih sehingga lama-kelamaan pikirannya kalut. Dan dalam puncak kekalutannya terlintas untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan pintas yang membuat iblis dengan riangnya menggoda pikiran dan hati Kosim sehingga muncul niatan untuk mendapatkan harta kekayaan dengan jalan pintas dengan jalan "Pesugihan."
Petunjuk mendapatkan lokasi pesugihannya pun hanya dari melihat internet yang banyak menerangkan tempat-tempat pesugihan. Dan dari sekian banyak tempat pesugihan, hatinya terpincut pada tempat pesugihan Gunung Ng yang menurutnya mudah dijangkau lokasinya.
Tujuannya hanya satu, yaitu hanya untuk memenuhi semua tuntutan istrinya agar istrinya merasa senang. Namun Kosim tidak terpikirkan kalau konsekwensinya akan berakibat fatal.
Kini, boro-boro membahagiakan anak istrinya, malah sebaliknya anak istrinya ikut terseret kedalam lingkaran target mengancam nyawanya dan ikut menanggung sengsara akibat ritual pesugihan Kosim yang gagal.
Selesai melaksanakan sholat duhur, Mahmud beranjak dari tempat sholat berniat duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi dan rokok.
Dilihatnya Arin di dapur sedang mencuci piring bekas makan siang tadi. Mahmud melangkah melewati kamar yang ditempati Arin dan Dede, sejenak menyempatkan melongokkan kepalanya melihat Dede.
"Syukurlah, kondisinya makin membaik, kamu harus kuat De. Semua ini masih belum berakhir, sabar ya De.. " Gumam Mahmud dalam hati.
Meskipun Dede bukan anak kandungnya tetapi Mahmud amat menyayangi keponakannya itu. Sebab Mahmud dan Dewi sendiri belum juga dikaruniai keturunan hingga menginjak usia perkawinannya di lima tahun jalan.
Mahmud kembali melangkah menuju ruang tamu, tapi belum juga duduk di kursi tamu tiba-tiba suara dering hapenya berbunyi. Dilihatnya layar hape, sejenak Mahmud ragu menerimanya karena dari nomor yang tak dikenalnya.
"Halo, ya halo... iya betul saya kakak iparnya. Dari siapa ini...? Oh, ya.. ya.. ada apa ya mba?" Kata Mahmud berbicara dengan seseorang.
Suara Mahmud menyiratkan kecemasan, ekspresi wajahnya kini benar-benar berubah cemas setelah mendengar penjelasan dari seberang telpon.
"Kosimnya ada dimana sekarang? Oya, ya.. nanti saya otw kesana, makasih ya Mbak." Mahmud menutup telponnya.
Mahmud bergegas menuju motornya lalu pergi menuju tempat yang diberitahukan oleh si penelpon. Mahmud sengaja tidak memberitahukan Arin karena ia tak mau membuat gaduh dan hanya menimbulkan kekhawatiran.
Hanya butuh waktu sekitar 10 menitan, Mahmud sudah sampai ditempat yang dituju. Mahmud membelokkan motornya ke parkiran Minimarket langganannya.
"Misi mbak.. Saya kakak iparnya Kosim. Sekarang dimana Kosimnya?" Tanya Mahmud sedikit panik kepada karyawan minimarket yang ada di kasir.
"Oh, iya pak. Mas Kosim diamankan didalam, silahkan Pak.." kata kasir sambil mempersilahkan Mahmud mengikutinya.
Setelah lebih dulu meminta karyawan lainnya menggantikan posisi kasir, karyawan berhijab biru itu mengajak Mahmud menuju ke ruang dalam melewati rak-rak tempat aneka ragam produk dipajang.
Didalam ruangan yang dijadikan gudang, terlihat kondisi Kosim sangat lusuh terduduk dilantai dengan kedua tangan terikat tali rafia bersandar pada tumpukan kardus.
Kasihan sekali melihat raut muka Kosim yang nampak kebingungan, pandangan matanya kosong seperti orang linglung.
Melihat kedatangan Mahmud, Kosim langsung berdiri dan tangisnya pecah sambil menyandarkan kepalanya di bahu kakak iparnya.
"Kamu kenapa Sim..?" Tanya Mahmud, merasa iba melihat kondisi Kosim.
Kosim tak menjawab, ia hanya tersedu-sedu di bahu Mahmud.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Kosim di minimatket ini, mbak?" Tanya Mahmud kepada karyawan minimarket.
"Maaf, sebelumnya pak. Mas Kosim awalnya membeli pulsa sebesar 50 ribu minta dikirim ke nomor ini," kata karyawan, sambil menunjukkan nomor telpon dan bukti pulsa terkirimnya.
"Lalu dia meminta transfer pulsa lagi sebesar 100 ribu ke nomor ini," sambung karyawan, sambil menunjukkan nomor telpon yang berbeda.
"Setelah itu dia minta transfer lagi dengan nominal makin besar, 150 hingga yang 200 ribu dua kali ke nomor yang berbeda-beda," kata karyawan menunjukkan bukti transfernya.
"Untungnya pada permintaan transfer yang ke lima sebesar 500 ribu saya tolak. Saya diingatkan dibisiki karyawan lain, agar tidak menurutinya karena melihat kondisi Kosim seperti orang kebingungan dan panik. Teman saya menduga kalau dia terkena hipnotis..." terang karyawan minimarket.
"Masya Allah.. Kosim, Kosim.. Ya sudah mbak biar saya bayar semuanya," kata Mahmud datar.
Antara marah, kesal dan kasihan campur aduk jadi satu dibenak Mahmud. Entah apakah harus marah, kesal namun yang jelas rasa iba lebih mendominasi sehingga meredakan kemarahaannya.
Mahmud sadar betul, kondisi Kosim saat ini sedang terguncang hebat dan sedang menanggung resiko akibat perbuatannya.
Setelah Mahmud menyelesaikan permasalahannya dan membayar kerugian minimarket totalnya 408.000 ribu, Mahmud pun membawa pulang Kosim.
Sepanjang perjalanan pulang, Kosim menuturkan saat berjalan kaki dalam perjalanan pulang, dirinya mendapat telpon dari seorang laki-laki. Orang tersebut seperti mengetahui kalau saya sedang butuh kerjaan. Orang di telpon itu menawarkan pekerjaan lalu menerangkan salah satu syarat yaitu ia meminta pulsa katanya untuk telpon ke atasannya.
Mahmud baru memahami apa yang barusan terjadi pada Kosim. Dia menjadi korban penipuan, terlepas Kosim di hipnotis atau tidak, Mahmud belum meyakininya. Sebab melihat psikogis Kosim yang tidak stabil, memang sangat mudah mempengaruhi pikirannya.
Kesialan demi kesialan bertubi-tubi dialami Kosim dan keluarganya. Mungkin saja baru akan berakhir apabila Kosim atau salah satu dari anak istrinya mengalami kematian.
Terlepas dari takdir kematian, ketika mengetahui adanya ancaman yang akan merenggut nyawa, sebagai hamba Tuhan hanya bisa berikhtiar berusaha semampunya melawan ancaman tersebut.
Seperti saat ini yang tengah dialami Kosim dan keluarganya. Dia tahu betul nyawanya sedang dalam incaran siluman monyet untuk ďijadikan abdi golongan siluman monyet sesuai perjanjian.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments