Setelah gagal melaksanakan tugas utamanya menjemput tumbal dan perbuatan isengnya memperdayai Arin, monyet Siluman yang diketahui bernama Anggada Arya itu geram bukan kepalang.
Anggada Arya, monyet siluman yang bertugas menjemput setiap calon tumbal seperti anak Kosim yang telah melakukan ritual pesugihan bapaknya, akhirnya menghadap Sang Raja Siluman Monyet penuh rasa segan dan takut.
Mau tidak mau, Anggada Arya harus menghadap junjungannya Raja Kalas Pati untuk melaporkan kegagalannya ketika menjemput "tumbal".
"Ampun paduka Raja kami, ada manusia sakti sangat tinggi ilmunya yang menggagalkan upaya menjemput sang tumbal.." Lapor Anggada Arya sebagai pemimpin Monyet penjemput.
"Grrrrrrrkkkkhhhhh...! Siapa manusia yang dimaksud sakti itu?!" seru Kalas Pati dengan rahang Gemerutuk menahan amarahnya.
"Ampun Paduka, hamba tidak tau namanya, manusia itu sangat sakti mampu menembus alam kita, Paduka," terang Anggada Arya dengan mimik muka provokativ.
Disaksikan ribuan monyet siluman bala tentaranya, Raja Monyet Siluman langsung berdiri dari kursi singgasananya yang terbuat dari emas berukirkan manik-manik berlian usai mendengar keterangan Anggada Arya.
Raut mukanya merah padam menahan geram, sorot matanya tajam menyapu seluruh ruangan memancarkan sinar merah menyala.
"Tak ada manusia sesakti itu..! Aku lah yang paling sakti!!!" Kata Kalas Pati dengan suara lantang menggelegar menggetarkan seisi istana.
Semua pasukan monyet siluman hanya menundukkan kepala tak ada satupun yang berani menatap wajah Rajanya apalagi berbicara.
"Kita akan balas perbuatan manusia bodoh itu..!!!" Teriak Kalas Pati, yang langsung disambut sorak soray pasukannya.
Mereka melompat-lompat ditempatnya diiringi suara cicitan khas monyet bersahutan menggemuruh seisi istana.
......................
Rumah Mahmud,
Sudah malam keenam melawan perjanjian gaib, rumah mahmud dijaga sepanjang malam hingga matahari terbit yang ďibantu para tetangganya.
Semula hanya enam orang saja yang ikut melekkan, namun kini bertambah banyak ada sekitar 13-an orang. Rasa solideritas para tetangganya yang tinggi dengan suka rela ikut melekan seusai kejadian Arin dikabarkan menghilang sehari lalu.
Mereka duduk-duduk diatas tikar di teras depan rumah Mahmud dengan suguhan ragam jenis kopi dan gorengan singkong. Obrolannya tak tentu arah, apapun bisa menjadi bahan obrolan, seperti halnya yang sedang tren saat ini yakni Vaksin Covid 19.
"Saya mah takut di vaksin mang Ali. Katanya ada yang meninggal setelah suntik vaksin.." kata Mang Sardi.
"Iya, sama Di, saya juga belum vakain, takut. Katanya itu vaksin masih uji coba, ya" timpal Kosim.
"Jangan terpengaruh info hoax, nih saya sudah di vaksin, saya sehat nggak apa-apa. Hari pertama sih mamang badan terasa meriang terus juga ngantuk, itupun hanya sehari. Kesananya mah udah seger lagi," ujar Mang Ali.
"Vaksin itu untuk mencegah agar kita tidak mudah tertular covid. Jadi vaksin itu gunanya untuk memperkuat daya tahan tubuh kita. Malah rugi sendiri loh nggak dimanfaatin upaya pemerintah memberikan vaksin dengan gratis," kata Mang Ali.
"Bisa jadi besok-besok sih bayar, apalagi sekarangkan vaksin dijadikan sebagai salah satu persyaratan. Misalnya bikin KTP ditanya vaksin belum, naik kereta api ditanya vaksin belum, dijalan ada operasi ditanya vaksin belum, hayo ribet sendiri nantinya kan?" Terang Mang Ali.
Lagi seru-serunya membahas vaksin covid, obrolan mereka pun mendadak terhenti seketika karena terdengar jeritan dari dalam rumah Mahmud. Mereka saling pandang satu sama lain sambil memfokuskan pendengarannya untuk memastikan ada suara jeritan.
"Aaaaaaaaaakhhhh....!" Teriakan yang menyerupai jeritan terdengar dengan jelas.
"Hah, itu suata Arin..!" Ayo, Sim, Mang Ali...!" Teriak Mahmud sembari mengajak Kosim dan Mang Ali masuk.
Yang lainnya hanya melihat kedalam rumah melalui kaca depan dan pintu yang terbuka. Ekspresi muka mereka menunjukkan rasa cemas bercampur penasaran.
"Saya khawatir, Mang Ali nggak kuat melawan mahluk siluman itu," kata Sardi, di iyakan yang lainnya.
"Abah Dul nya kemana?" Tanya yang lainnya.
"Tahlilan di rumah Pak RT. Katanya begitu selesai langsung kesini," jawab Sardi.
Setelah Mahmud membuka pintu kamar yang ditempati Arin, ia terkejut bukan main melihat tubuh Arin terlihat menegang kaku. Kedua tangannya mengepal erat, matanya melotot melirik kesana-kemari dengan liar. Ekapresi wajahnya sangat menakutkan nampak menyeringai penuh kemarahan.
Disampingnya tergolek Si Dede anaknya yang juga dengan ekspresi yang sama seperti Arin.
"Astagfirullahal aziiim..!" Ucap mang Ali reflek melongokkan kepalanya kedalam kamar usai melihat keterkejutan Mahmud.
"Mud, ente sama Kosim periksa keadaan diluar dan segera pagari dengan air didalam botol dari Abah Dul itu. Sirami mutar mengelilingi rumah ya, mahluk siluman monyet itu pasti datang lagi.," kata Mang Ali.
"Iya mang," jawab Mahmud singkat lalu bergegas keluar.
Selain Abah Dul, Mang Ali juga dikenal memiliki ilmu kebatinan turunan sejak lahir keturunan dari kakeknya yang menjadi paranormal semasa hidupnya dulu.
Mang Ali duduk bersila, jemarinya sibuk meniti satu-demi satu biji tasbih ditangan kanannya. Mulutnya nampak komat-kamit membacakan mantra.
Sesaat kemudian desiran hawa panas langsung menerpa tubuh Arin dan Dede. Merasakan ada yang mengusik, Arin tiba-tiba terlonjak lalu duduk menghadap dimana mang Ali bersila dengan khusuk. Sementara si Dede terus menerus mengerang dengan tubuh kelojotan.
"Manusia ingkar!" Teriak Arin.
Rupanya Arin kerasukan mahluk siluman monyet. Tingkahnya sama persis layaknya monyet sesekali menggaruk-garukkan tangannya dikepala.
"Serahkan anak ini atau aku bawa semuanya..!!!" Teriak Arin.
Dalam sekejapan mata, tubuh Arin meloncat dengan entengnya menerjang Mang Ali. Mang Ali yang sedang konsentrasi mengerahkan ilmunya, tak menyadari bahaya sedang mengancam dirinya. Sedetik kemudian merasakan ada hawa panas menyongsong, Mang Ali pun reflek membuka matanya namun terlambat.
Bukkk..!
Sodokan kaki Arin tepat mengenai dada kiri Mang Ali. Mang Ali terpelanting, tubuhnya terdorong keras kebelakang membentur tembok kamar. Terlihat ada darah keluar disela-sela bibirnya.
Sesaat kemudian dengan susah payah, Mang Ali berusaha balas menyerang. Tangan kiri memegangi dada sedang telapak tangan kanannya secepat kilat disorongkan ke arah Arin.
Deru angin tenaga dalam dari telapak tangan Mang Ali meluncur deras. Akan tetapi Arin lebih gesit melompat menghindari hantaman itu sehingga pukulan Mang Ali hanya mengenai tempat kosong.
Mang Ali berusaha bangkit dengan susah payah sembari menahan sakit di dadanya. Namun belum juga sepenuhnya berdiri, berkelebat sambaran cakaran dari sisi kiri menerpa wajahnya.
"Ughk!" Teriak Mang Ali.
Nampak tiga garis merah membekas mengucurkan darah dipipi Mang Ali yang terbanting kesisi kanan.
Arin yang dirasuki monyet silumann semakin liar mendapati lawannya tak berdaya. Sedetik kemudian Arin kèmbali melompat menerjang Mang Ali yang terduduk menyender di dinding.
Hanya tinggal 10 centian lagi cakaran Arin merobek mata Mang Ali, tetapi cakar Arin yang mengembang siap mengoyak itu tiba-tiba terpental.
Selarik kilatan cahaya putih menderu menghantam tangan Arin sekaligus menyelamatkan Mang Ali dari luka yang lebih parah.
Berdiri ditengah pintu kamar sosok berbaju koko putih memakai kopyah hitam dengan telapak tangan kanan terbuka. Dialah yang baru saja menyelamatkan mang Ali.
Pukulan telapak tangannya baru saja berhasil menangkis menggagalkan cakaran tangan Arin.
Sosok itu tak lain adalah Abah Dul, ia muncul disaat yang tepat dimana kondisi Mang Ali dalam bahaya besar.
Arin yang dirasuki monyet siluman terkesiap kaget melihat kehadiran Abah Dul. Disorot matanya tampak sudah tak asing lagi baginya, orang yang selalu menggagalkan upaya penjemputan tumbal.
Abah Dul langsung mengambil botol berukuran sedang bekas farfum refil dari dalam sakunya. Disorongkannya botol itu kearah Arin, mulutnya komat-kamit membacakan amalan.
Melihat itu Arin bereaksi sangat ketakutan, ia melompat-lompat bolak-balik ditempat. Jelas terpancar kepanikan dan ketakutan di mimik mukanya.
"Ku masukan kamu dalam botol, ini..!!!" Seru Abah Dul.
"Nyiiiitttt... Nyiiitttt...!" Suara monyet memekik keras dengan tingkahnya berusaha menolak sembari tersurut mundur hingga merapat ke dinding kamar.
Dengan satu hentakkan tangan kanan seolah menarik, nampak kelebatan bayangan hitam seperti tersedot masuk ke dalam botol ditangan kiri Abah Dul.
Dengan cepat Abah Dul menutup rapat botol tersebut. Bersamaan dengan itu tubuh Arin langsung menggelosoh ambruk ke ujung ranjang hingga nyaris jatuh ke lantai.
Sementara kondisi si Dede terlihat semakin kritis. Nafasnya mulai berat tersengal-sengal, tangannya masih mengepal kaku sedangkan matanya melotot liar.
Abah Dul kembali menghentakkan tangan kanannya diarahkan ke tubuh Dede. Nafasnya masih tersengal-sengal berat, telapak tangannya mengepal erat dan matanya melotot berputar-putar liar.
Dalam sekejap mahluk yang merasuki Dede lenyap dibarengi kepulan asap halus kehitaman keluar dari mulut Si Dede yang terbuka. Sedetik kemudiàn tubuh Dede melemas lunglai. Perlahan-lahan nafasnya kembali teratur, tangannya tak lagi mengepal sedang matanya pelan-pelan menutup seperti tidur.
Abah Dul memeriksa denyut nadi di leher Dede sejenak, lalu berpindah ke pergelangan tangan untuk meyakinkan kondisinya.
"Alhamdulillahirobbil alamin.." Ucap Abah Dul sembari meraupkan kedua telapak tangan menyapu mukanya.
Sementara itu Arin terlihat bergerak-gerak, mula-mula jari-jarinya menekuk satu demi satu lalu disusul matanya perlahan membuka.
"Saya dimana... Saya dimana..." Kalimat pertama keluar dari mulut Arin yang telah siuman.
"Kamu ada di rumah kakakmu, tenanglah.. Tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan sambil istigfar.." Ucap Abah Dul.
Lantas Arin baru teringat anaknya, "Dede.. Dede..." Arin memeluk Dede yang tergolek disampingnya.
"Alhamdulillah.. Dede selamat Arin..." kata Abah Dul.
"Mas Kosim dimana, Bah?" Tanya Arin.
"Suamimu ada diluar sedang menyirami memagari rumah dengan air doa. Sudah.. sudah.. kamu istirahat dulu, jangan melamun baca-baca surat Alfatihah atau Al Ikhlas Rin, biar Dewi kakakmu yang menemanimu disini." Ucap Abah Dul, lalu beranjak keluar kamar dan memanggil Kakak Arin.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Susi Permana
yah km kan bukan manusia, km kan monyet
2023-02-12
0
Aqilla
I say no vaksin..
2022-02-13
2
Aniarus
Terkadang kt istri g mnyadari klu tuntutan kt pd suami membebaninya,tp krn ksh syg&tggung jwbnya si suami rela mkakukan apa sj dmi bhgianya sg istri,. nah giliran dh bgini hsil g dpti mlh brakhir teror&tragedi siapa yg kn dislhi??? Smoga crita ini bs mnjdi hiburan&tuntunan.
smoga kt smua pra istri nerimo apa yg dihasilkan bojo kro ati legowo,.Aamiin
2021-11-06
7