Di negeri Tak Kasat Mata,
Arin dan Arya berlarian kecil kejar-kejaran bercanda ria sambil tertawa-tawa ditengah hamparan lapang rerumputan nan hijau. Arya menangkap tangan Arin dari belakang dengan lembut namun Arin hilang keseimbangan lalu tubuhnya terhuyung kesamping. Sebelum terjerembab, Arya dengan sigap menangkap tubuh Arin hingga keduanya sama-sama terjatuh terguling.
Dua insan yang sedang dimabuk kasmaran itu nampak riang gembira menikmati suasana romantis di dunianya Arya, Dunia Alam Gaib. Meski tak nampak matahari namun cuaca tetap tèrang, suasananya tak gelap tapi juga tak terik, seperi terang disenja hari menjelang magrib.
"Arin, kita ke rumahku yuk," kata Arya merajuk.
"He'eh.." balas Arin mengangguk. Arin manut saja tanpa bisa menolak.
Arin sama sekali hilang kesadarannya, ia tidak menyadari sedang berada dimana dan bersama siapa. Dia hanya merasakan bahagia sekali bersama Arya di dunia Antah Berantah. Kekuatan magis dan bunga-bunga cinta telah membuat kesadarannya telah hilang.
Dalam kejapan mata, dihadapan Arin nampak berdiri dengan megah sebuah rumah atau lebih miripnya sebuah istana. Kilauan kuning terpancar dari atapnya menimbulkan cahaya kelap-kelip dari kejauhan.
Halamannya begitu luas terhampar hijau rerumputan. Pot-pot besar berukir dengan bunga-bunga warna-warni diatasnya berjajar dikanan-kiri, seakan menyambut kedatangan dua insan yang dimabuk kasmaran tersebut. Ditengah antara deretan pot-pot kanan-kiri terhampar karpet merah sebagai alas jalanya.
"Kita sudah sampai Arin, lihatlah didepanmu," kata Arya.
"Waaaah, ini rumahmu?!" Tanya Arin takjub dengan mata melotot terkesima.
Lantas Arin berlari menginjak hamparan karpet merah mendahului Arya menuju istana. Dia hampiri pada satu tiang saka istana berlapis emas berdiameter 1,5 meter sebelah kiri, lalu Arin mendekapnya erat seperti tidak ingin melepasnya.
"Ini terbuat dari emas kah..?" Tanya Arin penasaran.
Berulang kali decak kagumnya keluar dari mulut mungilnya. Diusap-usapnya saka itu tak henti sembari menciuminya. Sesaat kemudian Arin berlari lagi kearah saka yang berada disebelah kanan. Dia melakulan hal yang sama, mendekap dan menciuminya berkali-kali.
"Sudah, sudah... Ayo masuk," kata Arya dengan lembut.
Arin bergelayut manja pada lengan kiri Arya, lalu keduanya berjalan ke arah pintu berukuran besar dengan ukiran berwarna emas. Tanpa disentuh pintu itu terbuka dengan sendirinya, seperti tahu ada majikannya hendak masuk.
Mata Arin kembali melotot dan jelalatan dibuat takjub dengan suguhan didalamnya. Ia menatap satu persatu semua perabotan dan benda-benda yang terpajang rapih. Mulutnya ternganga melihat semuanya berwarna kuning emas, kursi tamu besar-besar berderet rapih setengah melingkar.
Ditengahnya sebuah meja putih bening terbuat dari kristal berkilauan memancarkan cahaya kuning emas terbias pantulan dari cahaya emas sekelilingnya.
Pancaran kuning emasnya hingga menyapu wajah Arin membuat matanya nampak jelas jelalatan sibuk berkeliling melihat-lihat apapun yang ada di ruang tamu tersebut.
Pandangannya menyapu kesemua sudut, meja bufet berukir emas, vas bunga, hingga dinding yang berlapis emas tidak luput dari pandangan matanya.
"Kok sepi sekali mas, mana keluargamu?" Tanya Arin yang masih sibuk memandangi kemewahan ruangan itu.
"Aku tinggal sendirian, Arin.." jawab Arya singkat dengan raut muka berubah sedikit mengerut, seolah tidak suka Arin menanyakan keluarganya.
Sebelum banyak lagi pertanyaan Arin tentang keluarganya, Arya langsung menggandeng tangan Arin mengajaknya ke salah satu kamar. Arya menuntunnya melangkah menuju salah satu kamar dengan pintunya yang cukup besar disebelah kanan.
"Arin, kita istirahat, ya.." ucap Arya, membimbing Arin seraya membuka pintu kamar.
Rasa takjub Arin kian bertambah setelah melihat suguhan pemandangan didalam kamar. Diatas kasur bersulam emas terhampar bunga-bunga melati yang siap menyambut tubuhnya berbaring. Ranjang kuno namun berlapis emas manambah kesakralan kamar itu.
Arya melangkah mendekati Arin yang berdiri membelakanginya. Perlahan Arya memeluknya dengan mesra. Arin dibuatnya semakin terhanyut terbuai oleh keromantisan suasana.
Tanpa disadari oleh Arin, tangan Arya mulai menjamah membuka kancing baju Arin mulai dari kancing paling ujung bawah. Satu kancing sudah dilepaskannya, Arin pun tidak menyadarinya. Dia masih larut dalam buaian romantisme yang diciptakan Arya.
Dengusan nafas Arya terasa memburu ditelinga Arin, begitupun dengan Arin seperti tersengat oleh gejolak gairah yang mendadak mendidihkan darahnya.
Tanpa disadari kencing baju Arin tinggal satu lagi yang akan dilepaskan, tetapi disaat bersamaan tiba-tiba sebuah kilatan cahaya putih menghantam punggung Arya dengan telak hingga keduanya terdorong kedepan dan terjatuh diatas ranjang. Tubuh besar Arya menindih diatas punggung Arin diatas kasur.
"Akh..!" Teriak Arin dan Arya kesakitan.
Lantas buru-buru Arya bangkit berdiri dengan raut muka sangat murka. Matanya yang sedari tadi lembut kini berubah dengan tatapan tajam menyorot kemerahan.
Kepalanya berputar liar kesana-kemari mencari sumber hantaman. Belum juga berhasil menemukannya, kembali terdengar suara menderu datang dari satu kilatan cahaya putih dan menghantamnya.
"Nyiiitttt..!!!" Suara kesakitan Arya kini berubah menyerupai suara monyet.
Arya terpental menghantam meja riasan disisi kirinya hingga hancur porak-poranda. Tubuhnya terhuyung sambil memegangi dadanya dengan setengah membungkuk. Ada darah yang menetes dari sudut bibirnya, segera darah itu disekanya dengan lengan baju.
"Mas Arya..!" Arin memikik panik melihat Arya kesakitan akan tetapi suaranya tidak terdengar keluar, hanya gerak-gerak bibirnya saja.
Arin bermaksud hendak bangun menolong Arya yang terhuyung akan tetapi tubuhnya tidak mampu digerakan. Ia mencoba sekuat tenaga untuk bangun, namun tetap saja tidak bisa.
Tubuhnya seperti telah terpaku menempel pada ranjang. Arin hanya bisa meronta-ronta, kepalanya berputar liar tidak terkendali. Arin mendongak lalu ditengokan kekanan dan kekiri dengan panik. Dia pun mencoba kembali berteriak sekencang-kencangnya mengerahkan tenaganya tetapi tetap hanya mulutnya saja yang menggap-menggap seolah mengatakan sesuatu.
Sementara itu Arya sudah kembali berdiri dengan tangan terkepal. Dia nampak geram, wajahnya membesi diselimuti kemarahanbyang tak terbendung lagi. Sorot matanya sangat tajam dan berubah merah menyala dengan beringas terus mencari-cari sumber habtaman. Sambil menggeram menahan sakit dan amarah, mendadak tubuhnya perlahan berubah mengerikan.
Mula-mula ekornya keluar menjulur panjang dari punggung bagian bawahnya. Disusul bulu-bulu berwana kelabu bermunculan memenuhi sekujur tubuh dan mukanya. Seringainya menampakkan taring-taring tajam dikanan kiri diantara giginya.
Kini, Arya telah berubah menjadi seekor monyet besar dengan tubuh tiga kali lipat besarnya dari ukuran monyet dewasa biasa. Kepalanya liar tidak henti-henti berputar kesana-kemari mencari sumber hantaman.
"Siapa yang sudah berani menggangguku..?! Keluar..!!!" teriak Arya dengan suara menggelegar.
Arin yang melihat semua perubahan Arya ditambah dengan suaranya yang telah berubah, membuatnya bergidik ngeri. Arin pun langsung pinsan, kepalanya tergolek kesamping kiri diatas ranjang.
Arya tiba-tiba tersurut mundur selangkah. Kini dihadapannya muncul sesosok laki-laki berpakaian putih dengan menggenggam sorban hijau ditangan kanannya. Lelaki bersorban itu tak lain adalah Abah Dul. (BACA EPISODE SEBELUMNYA)
Sesaat kemudian dengan satu hentakkan, Arya melayang menerjang Abah Dul dengan satu pukulan tangan kanan kearah dada. Mendapat serangan itu Abah Dul bergerak sedikit memiringkan tubuhnya kekiri sehingga pukulan itu lolos hanya mengenai tempat kosong.
Kemudian dengan cepat Abah Dul menggerakkan sikunya diarahkan ke dada Arya,
"Bukkk..!"
Terdengar dengan jelas suara hantaman siku Abah Dul mengenai dada Arya dengan telak.
Tubuh Arya terdorong ke belakang, mulutnya langsung memuntahkan cairan merah akibat pukul itu. Sesaat Arya mengatur nafasnya, lalu merapatkan kedua tangannya didada. Sekejap kemudian dengan teriakkan nyaring, Arya mendorongkan kedua telapak tangannya ke arah Abah Dul.
"Heyyyaaaahhh..!!!"
Satu hempasan angin keras menderu menuju tubuh Abah Dul. Terkesiap mendapat serangan tidak terduga itu Abah Dul reflek mengibaskan sorban hijaunya.
"Duarrrrrr..!!!"
Suara dentuman keras terdengar akibat benturan dua energi berkekuatan besar beradu. Tubuh Abah Dul terdorong satu langkah kebelakang, sedangkan tubuh Arya terbanting keras membentur dinding kamar.
Abah Dul langsung sigap bersiap kembali mengerahkan tenaga dalamnya. Bibirnya komat-kamit sebentar lalu tangan kanannya dengan cepat dihentakkan ke arah Arya yang terlihat masih terduduk memegangi dadanya.
Dibarengi dengan hentakkan kakinya, Abah Dul berteriak, "Allahu Akbar..!!!"
"Duarrr..!"
Dentuman keras kembali menggelegar membuat seisi ruang kamar bergetar hebat sekaligus menghancurkan tembok dibelakang Arya.
"Sialan, dimana monyet siluman itu?!" kata Abah Dul membatin.
Sebelum energi besar menghantam tubuh Arya, ternyata dia sudah lebih dulu kabur menghilang dari tempat itu.
Abah Dul bergegas membopong tubuh Arin yang tergolek pinsan diatas ranjang lalu dalam kejapan mata, keduanya lenyap dari tempat tersebut.
......................
Dirumah Mahmud,
Semenjak hilangnya Arin pukul 16.20 wib, langsung melakukan pencarian keberbagai tempat. Kabar hilangnya Arin dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut di masyarakat sekitar.
Puluhan tetangga sudah berkumpul di teras depan maupun halaman rumah Mahmud. Sudah 3 jam lebih warga berusaha mencari keberadaan Arin namun mereka tak dapat menemukannya.
Sementara didalam ruang tamu duduk melingkar, Abah Dul, Mahmud, Kosim, Mang Ali, Wa Yasir, Mang Sardi saling bersahutan membacakan Sholawat seperti yang diperintahkan Abah Dul.
Sementara Abah Dul duduk bersila dengan tasbih ditangan kanannya meniti satu demi satu biji tasbih dengan cepat. Lalu sesaat kemudian jemari tangannya yang meniti tasbih terlihat melambat, melambat makin melambat lalu terhenti tak bergerak.
Dengan ilmu kebatinannya yang tinggi, Sukma Abah Dul keluar dari jasadnya lalu melesat cepat menembus atap rumah Mahmud dan memasuki alam gaib.
Tiga puluh menit setelah Abah Dul tak bergerak terdengar kumandang azan Isya bersahutan dari mushola ataupun masjid sekitar. Bersamaan itu orang-orang seisi ruang tamu tersentak kaget. Tiba-tiba terasa ada hembusan angin dari atas menghujam masuk kesalam tubuh Abah Dul.
"Astagfirullah..!!! teriak semua orang dii ruang tengah bersamaan.
Belum hilang rasa kagetnya, semua orang di ruang tengah itu diterkejut oleh kehadiran Arin yang tiba-tiba muncul di pangkuan Abah Dul.
"Masya Allah..!"
"Astagfirullah...!"
"Subhanallah..!"
kalimat-kalimat itu saling bersahutan keluar dari teriakkan orang-orang seisi ruang tengah.
"Arin ketemuuu... Arin kembaliiiii..." teriakkan suka cita dari Kakak Arin terdengar lantang hingga membuat penasaran orang-orang yang berkumpul diluar.
Tangis haru tumpah ruah memenuhi seisi ruangan dan langsung mengelilingi tubuh Arin yang sudah diletakan di lantai beralaskan tikar oleh Abah Dul.
Arin masih tergolek lemah tak sadarkan diri. Abah Dul kemudian membacakan doa-doa sejenak lalu ditiupkan ke gelas berisi air putih.
Diraupkannya air doa itu ke wajah Arin kemudian membalurkan air itu kesekujur tubuh Arin. Tidak berapa lama, terlihag pelan-pelan kedua mata Arin bergerak-gerak lalu terbuka. Arin menatap sekelilingnya dengan penuh kebingungan. Kenapa banyak orang, kenapa dirinya dikerubuti orang.
Arin baru saja mengalami peristiwa diluar nalar. Dia dibawa kabur oleh sosok Monyet dari alam gaib. Beruntung Abah Dul dapat menyelamatkannya, jika tidak mungkin Arin tak akan bisa kembali.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Cucu Doank
untung trselamatkan...
2023-10-22
0
Ayu NIngrat
kasihn juga sih ka kalo arin gk pulang dia terhipnotis bukn krna ksadaran ny
2023-06-24
0
endang rahayu
biarin aja si arin sma monyet itu psti senang dia hdup mewah pnuh emas 😅
2022-07-11
2