Disebuah rumah sederhana dalam kamar berukuran 3X4 meter seorang anak laki-laki 3 tahunan nampak bernafas tersengal-sengal, matanya terbelalak liar meronta-ronta. Disamping kiri, ibunya bernama Arin (25) terus memegangi sambil membacakan ayat-ayat Al-Quran sebisa yang dia hafal dengan bercucuran air mata dan kepanikan tiada terkira. Sesekali Arin memanggil-manggil bocah itu,
"De... de... kenapa sih de..." Suara lirih Arin diselingi isak tangis, lalu kembali membaca macam-macam surat Al Quran.
Sementara diluar kamar, beberapa tetangga berdatangan ingin membantunya namun urung dilakukan setelah melihat kondisi Dede. Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi, mereka hanya saling bertanya satu sama lainnya yang juga sama-sama tidak mengerti.
"Kemana Kosimnya?" Salah seorang ibu-ibu bertanya ke tetangga lain.
"Iya mana Kosim, dari tadi nggak ada, didalam hanya ada Arin dan anaknya." Ujar ibu lain menimpali.
"Ahh, kirain dari tadi ada Kosim didalam." Sergah ibu-ibu yang lain.
Beberapa saat kemudian datang kakak perempuan Arin bersama seorang lelaki seusia kakaknya . Dari penampilannya, minimalnya dia seorang ustad, berkopyah hitam dengan sorban melilit dileher sedang tangannya melingkar tasbih. Auranya sangat berwibawa sekali meskipun tergolong masih muda.
Semua orang yang ada diruangan tamu itu kompak memberikan salam hormat dengan menganggukan kepalanya.
Namanya Ustad Abdul Basit orang setempat biasa memanggilnya Abah Dul. Dia diketahui sebagai praktisi Supranatural dan sering dimintai tolong oleh masyarakat sekitar ataupun masyarakat dari luar daerah.
Keduanya langsung masuk kamar Arin, "Astagfirullah al'adzimmm..!" Seru Abah Dul.
Baru saja satu kakinya melangkah masuk, Abah Dul tersentak kaget yang teramat sangat. Mata batinnya melihat bocah kecil itu sedang dikerubuti puluhan monyet. Ada yang menarik-narik tangannya, ada yang memgangi kedua kakinya sedangkan monyet-monyet lainnya melompat-lompat memutari bocah tersebut.
Disaksikan Arin dan kakanya, Abah Dul lalu memejamkan mata, mulutnya komat-kamit membacakan doa-doa sedangkan jari tangannya meniti tasbih.
Sesaat kemudian Abah Dul berteriak seperti menghardik sembari mengibaskan tasbihnya, "Allahu Akbarrrr...!!!!"
Beberapa kali tasbihnya dikibas-kibaskan kesegala arah berusaha mengusir mahluk tak kasat mata itu.
"Pergi kalian, jangan ganggu anak itu..!" Hardik Abah Dul kepada monyet-monyet siluman.
"Tidak bisa! Ini sudah menjadi milik Raja kami," Kata salah satu monyet paling besar yang menjadi pimpinannya.
Percakapan tersebut tentu saja hanya bisa didengar oleh Abah Dul.
"Apa maksud kalian milik Raja?" kata Abah Dul.
"Anak ini sudah diserahkan bapaknya sebagai jaminan tumbal pesugihan!" Sergah Pimpinan Monyet.
"Apapun itu, kalian tidak bisa membawanya.. Pergi kalian! Atau aku musnahkan kalian!" kata Abah Dul mengancam.
Dialam yang kasat mata, pertarungan sengit pun terjadi. Abah Dul diserang dan dikeroyok oleh monyet-monyet itu. Dengan gesit Abah Dul menangkis dan berkelit dari tendangan-tendangan dan cakaran monyet.
Abah Dul melepaskan sorban yang melingkar dilihernya. Sorban warna hijau bergaris putih itu dihentakan tarik ulur menghantam monyet-monyet siluman keberbagai arah. Ada yang terhantam kepalanya hingga terpental, ada yang ambruk terhantam kibasan sorban diperutnya.
"Kabuuuuurrrrr.... Ayo kabuuuurrrr...!" Teriak pimpinan monyet gaib.
Monyet paling besar itu lebih dulu kabur menghilang dari pandangan mata batin Abah Dul. Kemudian disusul secara bersamaan puluhan monyet lainnya pun berhamburan dan menghilang.
Sementara itu Arin dan kakaknya hanya terpana tak mengerti melihat tubuh Abah Dul berguncang-guncang dan mulai bercucuran keringat di dahinya. Hanya teriakan-teriakan Abah Dul yang terdengar oleh Arin dan Kakaknya serta para tetangganya yang berkumpul diruang tamu. Mereka saling bertatapan satu sama lain, tatapan saling bertanya.
"Buuuuu... ibuuuuu... ibuuuu.." Terdengar tangisan histeris Dede kecil yang sedari tadi terbaring kaku sambil memanggil-manggil Arin penuh dengan ketakutan.
"Alhamdulillah de... Dede kenapa sih de..." Tangis Arin membuncah melihat kondisi anaknya kembali sadar.
Matanya tak lagi melotot, tangannya tak lagi mengepal kuat. Arin langsung menggendongnya penuh dengan kasih sayang bercampur kecemasan.
Abah Dul kini sudah membuka matanya kembali, sambil meraupkan telapak tangan ke mukanya dia berucap, "Alhamdulillah.."
"Kosimnya kemana Rin.." Tanya Abah Dul dengan suara berat.
"Nggak tau bah, subuh kemarin dia pergi katanya mau ke orang tuanya di Subang." Jawab Arin.
Abah Dul tak lagi bertanya, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah ia tahu kalau Kosim sedang berada dimana dan sedang melakukan apa, namun Abah Dul tidak mau menceritakannya, biar dipendam saja dihatinya. Jika diceritakan pastilah akan membuat geger orang sekampung.
"Mbak ambilkan air putih ya.." kata Abah Dul kepada Kakak Arin bernama Dewi.
Beberapa saat kemudian Dewi sudah kembali dengan mebawa dua botol air mineral yang satu ukuran sedang dan yang satunya botol besar.
"Yang ini buat Abah," kata Kakak Arin mengulurkan botol kecil kepada Abah Dul.
Sesaat Abah Dul meminumnya hingga setengah botol lalu diletakan disampingnya. Kemudian ia ambil botol air mineral besar dan langsung membuka tutupnya dan dibacakan doa-doa lalu ditiupkan pada mulut botol air mineral itu.
"Rin, ini diminumkan ke dede dan juga kamu ya. Lalu usapkan air itu dikepalanya dede hingga tiga kali dengan membaca Alfatihah," kata Abah Dul.
"Bah, kenapa dengan dede bah.." Tanya Arin penasaran.
"Ah, gak apa-apa hanya gangguan mahluk halus biasa." Jawab Abah Dul menenangkan.
Abah Dul selain memiliki ilmu kebatinan tingkat tinggi, ia juga sangat bijaksana mengerti mana yang harus diceritakan dan mana yang harus ditutupi.
Sebab jika kejadian yang sebenarnya ia ceritakan, bukan saja akan menimbulkan fitnah tapi juga akan mengundang cibiran dari masyarakat sekitar terhadap keluarga Kosim bahkan bisa dikucilkan.
Sebetulnya ketika dialam pertempuran kasat mata dan saat monyet-monyet gaib itu melarikan diri, dengan kemampuan kebatinanya Abah Dul mengikuti kemana larinya mahluk-mahluk tersebut.
Sampai pada satu tempat Abah Dul melihat sebuah pondokan yang terbuat dari kayu ditengah hutan didaerah pegunungan. Kemudian ia memasukinya dan terlihat Kosim sedang terduduk menggelosoh disudut ruangan sambil memegangi dadanya. Abah Dul melihat ada darah yang masih segar meleleh di sudut bibir Kosim.
Ditengah ruangan nampak berserakan macam-macam bunga dan juga lilin. Disudut seberang dihadapan Kosim, nampak kakek-kakek dengan ikat kepala batik berambut putih bertolak pinggang, raut mukanya menyiratkan kemarahan yang luar biasa.
"Hmm, rupanya Kosim sedang menjalani ritual pesugihan." Gumam Abah Dul dalam hati.
Kakek itu terkesiap, rupanya ia melihat kedatangan sosok Abah Dul diruangan itu. Belum sempat Kakek itu berkata-kata, Abah Dul segera menghilang pergi dari tempat tersebut.
Sejenak Abah Dul memandangi dalam-dalam anak kecil yang dipanggil Dede itu sembari mengusap-usap kepalanya.
"Anak secakap ini tega-teganya dijadikan tumbal. Sepertinya ini belum berakhir, pasti akan ada balasan lanjutan." Gumam Abah Dul dalam hati, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Emm, Rin sebaiknya kamu dan anakmu untuk sementara waktu pindah dulu jangan dirumah ini, ya..." Kata Abah Dul.
"Ya udah bah, biar Arin dan Dede menginap dan tinggal dirumah saya," ujar Kakak Arin.
"Ya, itu lebih bagus sebab gangguan seperti ini pasti akan datang lagi. Biar nanti Abah ke rumahmu agar mudah mengontrolnya. Ya sudah Abah pamit ya." Kata Abah Dul lalu beranjak dari duduknya.
Saat pintu kamar dibuka, para tetangga yang sedari tadi berkumpul diruang tamu langsung menyongsongnya.
"Gimana Bah,"
"Kenapa Dede Bah,"
"Gimana keadaan Dede Bah,"
Gelombang pertanyaan langsung menyerbu Abah Dul begitu keluar kamar. Tetapi Abah Dul hanya menjawabnya singkat, "udah, udah nggak apa-apa. Ayo sekarang bubar, bubar kembali kerumah dewe'-dewe (sendiri-sendiri)."
Beberapa saat kemudian para tetangga Arin keluar satu demi satu. Hanya satu dua orang saja yang tetap tinggal. Rupanya penasaran ingin melihat kondisi dede.
"Gimana, Rin keadaan Dede.." Tanya Mak Ijah tetangga sebelahnya yang sudah dianggap emaknya sendiri.
"Alhamdulilah Mak, Dede sudah sadar. Dan sekarang tertidur kelihatan lemas kecapean," kata Arin.
"Ya udah Emak tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa panggil aja emak." Ujar emak Ijah berpamitan.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 330 Episodes
Comments
Jomima Sarioa
cerita nja lanjut dong
2023-09-15
0
selir jansen༻
serem bgt, ya Allah semoga kita di jauhkan dr godaan setan yg kayak gitu,
2023-06-13
1
nur kholifah
ceritanya sama dengan sebelah aku bukan dukun palsu yang plagiat Sono atau sini thor
2023-01-17
0