Rana berlari sekuat tenaga, dengan sebuah lukisan yang lumayan cukup besar berada ditangannya. Dengan perasaan gemetar dan sedikit terharu, ia berlari melewati lorong-lorong sekolah yang sepi karena masih dalam jam belajar. Hampir saja Rana terjatuh ditangga karena terburu-buru menuruni tangga itu.
"Uh, untung lukisan gue gak apa-apa." ucapnya lirih.
"Diri loe lebih penting dari lukisan itu," sahut seseorang dihadapan Rana.
Gadis itu mendongakkan kepalanya ke asal suara. Seorang siswa yang berdiri sembari memegangi tangan Rana yang hampir terjatuh saat menuruni tangga. Rana tertegun dalam diamnya, sesekali ia memandang lukisan lalu melihat siswa itu lagi. Belum sempat Rana mengucapkan sesuatu, siswa itu pergi begitu saja dari hadapannya.
Rana kembali teringat, ia harus segera pergi ke ruang ekskul melukis. "Pak, Kak, saya menang?" ucap Rana seketika setelah ia memasuki ruangan. Dengan nafas yang terengah-engah, Rana mencoba memandangi semua orang yang ada disana. Pak Sani mendekati Rana dengan raut wajah yang datar, ia mencoba menenangkan Rana dengan menepuk pelan kepalanya. Seketika raut wajah Rana berubah enjadi lesuh dan sedih, dan semua orang pun tertawa melihatnya. "Iya Ran, loe menang. Juara satu tingkat nasional. Keren loe Ran," kata Lufias dengan semangat.
"Aaahh, Pak Sani mah, berjandanya gak lucu.." ucap Rana dengan memanyunkan bibirnya. Semua orang tertawa, meliat Pak Sani berasil mengerjai anak didiknya itu. "Berjanda kepalamu. Selamat ya, hebat kamu nak" jawab Pak Sani seraya mengulurkan tangannya kepada Rana. tentu saja Rana menyambut jabatan tangan itu dengan riang gembira. Semua orang disana memberikan selamat kepada Rana dan memujinya.
Ketika jam istirahat....
Dean sedang makan bersama teman-temannya. Rana mengampirinya dan langsung meminum minuman yang ada dihadapan Dean. "Loe tau nggak, gue menang juara 1 loh." kata Rana seraya tersenyum lebar menatap Dean. Dean hanya berdaham mendengar perkataan Rana. "Unch unch, lagi tengkar ya klean" sahut Tito dengan bahasa alaynya. Rana langsung menatap tajam ke asal suara itu. Tanpa sengaja, matanya juga menatap seseorang yang sedang duduk disamping Tito. Sedetik kemudian, siwa disamping Tito pun juga menatap Rana. Siswa itu mengangkat alisnya seakan bertanya kenapa Rana memandangnya.
"A..aa..nu, anunya eh anu bukan" ucap Rana terbata-bata. Semuanya menjadi bingung dengan sikap aneh Rana, tak terkecuali dengan Dean. Dengan inisiatif yang tinggi, Dean memegang kening Rana yang langsung dibalas kernyitan dahi oleh si pemilik kening. "Kayaknya yang sakit jiwanya deh, Yan." celetuk Bayu seenaknya. Rana segera berdiri dan pergi meninggalkan Dean dan teman-temannya tanpa menggubris panggilan Dean.
Dean merasa ada yang aneh dengan Rana, ia pun memutuskan menyusul Rana untuk sekedar meminta maaf.
Terlihat Rana yang sedang berjalan dengan lesuh. Tak sedikit siswa yang berpapasan dengan Rana menanyakan hal yang sama padanya, "Ran, loe lagi sakit? Kok kelihatan lesuh gitu."
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya kepada setiap murid yang bertanya. Dean masih dengan setia mengikuti langkah Rana. Hingga gadis itu memutuskan masuk kesebuah ruangan kelas.
"Kalian lagi berantem?" Tanya seorang siswi yang sedari tadi memperhatikan Dean.
"Lagi PMS kayaknya, sensitif." jawab Dean seenaknya.
"Loe tau gak? ibarat nih ya sebuah hubungan, kalian itu couple goals. Gemes tau gak kalau nyatanya kalian cuma temenan." ucap Siswi yang lainnya.
Dean hanya tertawa garing menanggapi perkataan para siswi itu. Setelah kedua siswi itu pergi, Dean bergegas memasuki ruangan untuk berbicara dengan Rana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Dwi Sulistyaningsih
Jangan-jangan cowo yang ditangga
2024-02-29
1
Dwi Sulistyaningsih
hm 🙃
2024-02-29
1