"Hei Dion apa yang kau pikirkan?"tanya Kak Abi pada Dion yang melamun saat makan. Camelia yang masih mengambilkan makan siang kedua anaknya menoleh pada Dion yang kini menatap Kak Abi.
"Sejak pulang beli makan siang tadi Uncle terlihat cemas," ucap Lucas. Camelia mengingat-ingat, benar Dion terlihat cemas namun tidak mengatakan apapun. Camelia yang sudah lapar tadi tidak terlalu memperhatikannya.
"Tidak ada. Aku hanya cemas dengan Daddy dan Mommy di Kanada sana," sahut Dion. Ia merubah cepat ekspresinya menjadi tersenyum.
"Ah … aku juga," timpal Camelia. Ia sudah sangat merindukan sekaligus cemas tentang Tuan dan Nyonya Shane. Kedua orang tua itu baru saja kehilangan Chris dan di rumah selain para pelayan hanya ada keduanya. Tuan dan Nyonya Shane pasti merasa kesepian dengan ketidakhadiran mereka di mansion besar nan mewah Shane.
"Sekarang di sana masih pukul 11.00 kan?"tanya Kak Abi, memasukkan makanan dengan bantuan sumpit. Kak Abi cukup kesulitan menggunakan sumpit karena baru pertama kali. Cara memegangnya yang belum mahir menjadi alasan. Liam terkekeh pelan melihatnya. Ia dan Lucas sudah diajari sejak dini. Jadi, mau makan pakai sendok ataupun sumpit sudah biasa bagi mereka. Camelia bukan seseorang orang yang lupa akan asalnya, ia tetap mengajarkan budaya dan kebiasaan tanah kelahirannya pada Lucas dan Liam.
"Dion tidak ada sendok kah? Kapan selesainya aku jika makan dengan cara ini?"keluh Kak Abi, meletakkan sumpitnya dengan bibir cemberut.
"Tidak ada," jawab Dion karena restoran yang ia datangi memang tidak menyediakan sendok.
"Makan pakai tangan saja, Aunty!"usul Liam.
"Tangan?" Kak Abi menatap bingung Liam dan makan siang berupa wangsit di depannya.
"Ahh tidak lebih baik coba saja, pasti akan bisa!" Kak Abi kembali mengambil sumpitnya. Memposisikan sumpit mengikuti cara yang dicontohkan Dion sekali lagi. Masih meleset dan sulit untuk makan dengan menggunakan sumpit. Namun, Kak Abi berusaha dengan keras. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Saat yang lain sudah selesai makan siang, Kak Abi baru menghabiskan setengah makan siangnya. Ia menghela nafas kasar, sorot matanya sedikit frustasi namun ia tak berhenti mencoba. Di sisa terakhir makan siang, barulah Kak Abi lancar menggunakan sumpit.
"Aku buang sampah dulu," ucap Camelia setelah membereskan meja makan.
Dion mengikuti langkah Camelia dan menahannya setelah keluar dari pintu. "Ad apa?"tanya Camelia bingung. Wajah Dion cemas bercampur kesal.
"Dia tidak di apartemen ini juga. Tapi, aku tidak tahu dia berada di lantai dan kamar berapa," ujar Dion.
"Dion?" Alis Camelia terangkat satu.
"Dia! B*ajingan itu!"
"Ah?" Camelia kembali menautkan alisnya. Ia tidak tahu siapa yang Dion maksud.
"Jordan!" Nada Dion begitu dingin saat menyebutkan nama mantan kekasih kakaknya.
"Jordan?!" Camelia terperanjat kaget dengan nama yang Dion sebutkan. Camelia juga merasa aneh saat menyebutkan nama yang telah lama tidak ia ucapkan apalagi diingat.
"Jordan tinggal di sini? Kau serius?" Camelia mengguncang bahu Dion. Sorot matanya sama dengan Dion tadi, cemas dan marah. Alasan marah tak perlu ditanyakan lagi. Alasan cemas karena Camelia ingin membalas perbuatan Jordan dengan cara sembunyi-sembunyi. Bukan takut atau pengecut, ia ingin membuat lawannya kebingungan sebelum akhirnya berlutut!
"Benar. Tadi aku melihatnya sendiri!"
"Artinya dia memang tinggal di sini." Jika Jordan kemari untuk mengunjungi seseorang maka pastinya ia akan memakai penyamaran. Sedang ini Dion melihatnya dengan jelas. Camelia menggigit ibu jarinya. Bola matanya bergerak tengah memikirkan sesuatu.
"Tunggu!" Camelia berhenti mondar mandir.
"Kita ambil unit paling atas. Identitas kita sangat dijamin tidak akan bocor. Lima tahun waktu yang cukup lama. Dia mungkin sudah tidak mengenaliku. Asalkan pandai menyamar itu bukan hal besar!"tegas Bella.
"Ah Kakak benar! Aku hampir melupakannya!"
*
*
*
Dion dan Camelia pergi keluar sedangkan Lucas, Liam, dan Kak Abi melepas penat di kamar masing-masing. Tujuan Camelia dan Dion adalah sebuah showroom mobil untuk membeli kendaraan. Entahlah padahal mereka memiliki banyak mobil di Kanada bahkan beberapa minggu lalu baru membeli mobil baru. Namun, Camelia enggan membawanya. Repot rasanya walaupun itu pesawat pribadi.
Pilihan mobil ahlpard menjadi pilihan. Dion yang sudah memiliki SIM begitu juga dengan Camelia membawa pulang mobil pilihan mereka setelah pembayaran selesai.
Sebelum pulang ke apartement keduanya menyempatkan untuk ke kompleks perumahan Tuan dan Nyonya Liang. Mobil berhenti tak jauh dari gerbang kediaman keluarga Liang. Biasanya sebentar lagi Tuan Liang akan pulang.
Camelia dan Dion menunggu dengan sabar. Benar saja, tak akan kemudian mobil yang masih sama, belum berubah sama sekali masuk ke dalam rumah. Gerbang yang masih dibuka membuat keduanya melihat Tuan Liang yang turun dari mobil. Wajahnya jelas terlihat lebih Tuan daripada lima tahun lalu. Camelia dan Dion tidak bisa lama melihat Tuan Liang. Gerbang ditutup rapat. Mata keduanya berkaca-kaca. Rasa rindu membuncah namun keduanya tidak bisa melampiaskan rasa rindu yang merengkuh di hati mereka. Ingin rasanya keluar dan berlari memeluk Tuan Liang. Sayang untuk saat ini itu adalah angan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
TK
sukses
2021-10-15
0
Pangeran Matahari
hai kk novelnya keren....
saling dukung y kk kecucu manja oma
2021-10-13
1
ZasNov
Kakak Author, aku bawa 20 like,Rate bintang 5 & klik favorit ya Kakak..🤗
Bacanya nyicil ya..
Sehat, bahagia dan semakin sukses ya..🥰
Semangat terus Kak.. ⭐❤️❤️❤️❤️❤️⭐
2021-10-13
0