Alunan tuts piano yang begitu menyentuh kalbu terdengar dari kamar ruang musik mansion keluarga Shane. Melodinya melambangkan kesedihan, membuat siapapun yang mendengarnya ikut tenggelam dalam perasaan sang pianis.
"Mommy lebih sedih dari kita. Tapi, dia tidak menunjukkan secara verbal. Hanya dengan sikapnya yang murung dan seperti ini," ucap Lucas yang bersama dengan Liam melihat Mommy mereka yang bermain piano dari depan pintu ruang musik.
Liam tidak menjawab. Tatapannya tertuju pada punggung Mommynya yang begitu tenggelam dalam menekan melodi tuts piano.
"Seminggu ini kita pasti membuat Mommy semakin tertekan."
"Ya. Kau benar." Liam berbalik.
"Kau mau kemana?"tanya Lucas.
"Membuat senyum Mommy kembali," jawab Liam tanpa berbalik.
"Kita harus menyudahi masa berkabung. Mommy butuh dukungan kita untuk bangkit dari kesedihannya," imbuh Liam lagi, kali ini menoleh dengan tersenyum.
"Kau benar!"seru Lucas. Menghampiri Liam, ia merangkul kakak kembarnya itu dengan tersenyum.
*
*
*
"Kakak …." Dion masuk ke ruang musik.
"Ada apa?"tanya Camelia, menghela nafas setelah selesai dengan permainan pianonya.
"Kau masih belum rela?"tanya Dion, berdiri di samping Camelia.
"Seminggu ini rasanya sangat berat, Dion." Camelia menunduk.
"Terasa sangat berat karena kau memendam kesedihanmu," ucap Dion datar. Sejak berita diturunkan, Camelia menunjukkan bahwa dirinya tegar.
"Anak-anak akan semakin terpukul jika aku menunjukkan kesedihanku. Aku harus tegar agar mereka lebih tegar lagi. Kau tahu sendiri bukan bagaimana kedekatan Lucas dan Liam dengan Chris," jawab Camelia pelan.
"Kau merasa sangat kehilangan?"
"Ya." Bohong jika Camelia mengatakan tidak. Tidak ada lagi sapaan pagi yang hangat dari Chris. Tidak ada pelukan lagi dengan Chris. Camelia akui, ia sudah sangat terbiasa dengan sikap manis Chris. Dekapan hangat, kecupan manis pada tangan dan dahi, aroma khas Chris, masih teringat jelas di ingatannya.
"Lantas apa Kakak akan terus tenggelam di dalamnya? Alunan melodi yang Kakak mainkan tadi sangat memberitahu semua penghuni rumah ini, Kakak masih dalam bayang kehilangan kak Chris. Kakak bahkan tidak seperti ini saat kita meninggalkan China." Camelia mendongak, menatap adiknya dengan mengeryit. "Sungguh?"
"Benar!"
"Ahh aku tidak menyadarinya." Camelia berdiri, berjalan mendekati jendela yang langsung terarah ke taman.
"Kau harus bangkit, Kakak!"ucap Dion, tegas.
"Dion … sudah berapa lama kita tidak pulang?"
"Pulang? Pulang ke mana? Ini rumah kita!" Dion bingung dengan pertanyaan Camelia.
"Lima tahun. Waktu yang cukup lama wajar jika kau lupa dengan asal kita."
Hah.
Camelia menghela nafas kasar. Sorot matanya memendam kerinduan. Ia dan Dion sudah berubah kewarganegaraan.
"Maksud Kakak pulang ke China, begitu?" Dion memastikan. Sejak meninggalkan tanah air, bagi Dion Camelia adalah rumahnya. Di mana Camelia berada, di situlah ia ada. Mansion ini adalah rumah keduanya, mengingatnya kembali pada rumah keluarga Liang sebelum Rose hadir, hangat dan penuh kasih.
"Kita bisa merubah kewarganegaraan, tapi asal kita tidak akan berubah. Aku berniat untuk pulang, bagaimana denganmu Dion?" Dion terdiam mendengar pertanyaan Camelia. Selama ini tidak terpikir olehnya untuk pulang ke China. Walau begitu, di relung hati terdalamnya sangat merindukan orang tuanya.
"Ke keluarga Liang?"tanya Dion, kembali memastikan.
"Aku ingin membawa anak-anak mengunjungi leluhur."
Ah benar juga. Pulang ke China bukan berarti pulang ke rumah keluarga Liang bukan? Leluhur? Dion sangat ingin berziarah.
"Berapa lama?" Dion harus mengurus surat izinnya setelah ini. Ia sudah jadi karyawan Shane Group, tidak bisa asal pulang dan meninggalkan tugas.
"Kemungkinan satu sampai tiga bulan. Namun, jika kau ingin pulang lebih dulu tidak masalah. Karena Kakak ada urusan lalu yang harus diselesaikan!" Tatapan Camelia berubah tajam. Dion merasakan keseriusan yang sangat dalam kalimat terakhir. Terlintas di benaknya bahwa urusan lalu itu adalah malam petaka yang membuat kakaknya kehilangan kehormatan.
"Kalau begitu aku harus mempersiapkan segalanya." Dion juga ingin tahu bagaimana sekarang kondisi keluarga kandungnya.
"Aku juga."
*
*
*
"Hallo, Kak." Camelia menghubungi manajernya. Ia masih berada di ruang musik, sedang Dion sudah keluar.
"Aku ingin vakum selama tiga bulan ke depan. Tolong bantu bantu izin cutiku ke agensi."
"Aku baik-baik saja. Aku ingin pulang kampung, menenangkan hati sekaligus mengunjungi leluhur. Sebelum comeback aku ingin Lucas dan Liam mengetahui tanah kelahiranku."
"Tidak masalah."
Camelia menutup panggilannya. Ia tersenyum tipis dan menghela nafas lega. Kesempatan untuk pulang akhirnya terbuka lebar.
"Aku akan memberitahu ini pada mereka." Camelia beranjak. Baru beberapa langkah ia berhenti saat mendengar Lucas memanggil dengan pengeras suara. Arahnya dari taman. Camelia melihat keluar dari jendela. Ia terpana melihat spanduk besar yang dipegang oleh beberapa pelayan dengan Lucas dan Liam berada di depan para pelayan itu. Lucas memegang pengeras suara.
Mommy jangan sedih lagi! Kami selalu ada untukmu! Itulah yang tertulis di spanduk.
"Mommy jangan sedih lagi. Nanti di sana Daddy juga sedih. Mommy harus bangkit! Ada kami yang mendampingi Mommy! Kami tidak akan pernah meninggalkan Mommy, forever!"
"Mom, Daddy sudah tenang di alamnya. Daddy pasti tidak ingin kita terus tenggelam dalam kesedihan."
"Kau bertele-tele!" Liam menggerutu. Ia mengambil alih pengeras suara yang dipegang kakaknya.
"Mom, life goes on!"ucap Liam. Singkat namun mendalam.
Camelia menutup mulutnya. Matanya berkaca-kaca. Setelah ia turun dengan melompat dari jendela yang berjajar sekitar 4 meter dari tanah saat Lucas merentangkan tangannya. Camelia mendapat dengan aman, langsung berlari ke arah dua anaknya. Camelia memeluk erat dua anaknya. Air matanya luluh. Ia menangis mengeluarkan kesedihan yang ia pendam karena kepergian Chris.
Lucas dan Liam tidak lagi menangis. Mereka sudah merelakan Chris. Bersedih dan menangis juga tidak akan merubah apapun.
Seorang pelayan mendekat dengan membawa nampan.
Pelukan ketiganya sudah usai. "Mom." Liam menyodorkan sebuah balon berwarna merah yang belum ditiup.
"Apa ini?"tanya Camelia bingung.
"Tuangkan semua kesedihan Mommy dengan meniup balon ini. Lalu kita terbangkan. Kesedihan kita akan dibawa jauh oleh angin dan mungkin pecah di awan," ucap Lucas. Ia sudah memegang balon berwarna biru yang belum ditiup. Sedang Liam berwarna kuning.
"Baiklah. Kita lakukan bersama-sama."
Ketiganya mulai meniup balon. Setelah semuanya mengembang besar, ketiganya melepas balon lagi tentang ke langit.
"Bagaimana, Mom?"tanya Lucas penuh harap. Ia sangat yakin caranya dan Liam akan berhasil. Camelia mengangguk.
"Mom merasa jauh lebih baik."
"Ah syukurlah." Lucas memeluk adiknya yang tersenyum tipis.
"Lucas, Liam ada yang ingin Mommy katakan."
"Apa itu, Mom?"
"Kita akan pulang ke China, negara kelahiran Mom. Kalian mau, kan?"
Lucas dan Liam saling tatap, "pulang untuk apa?"tanya Lucas.
"Berziarah," jawab Camelia.
"Ziarah? Akan itu bisa membuat Mom lebih baik lagi?"
Camelia mengangguk, "okay!"
"Liam?"
"Apa kita pernah berpisah?" Camelia tersenyum lega.
"Setelah izin kita keluar, kita akan segera berangkat."
*
*
*
Camelia menyampaikan niatnya untuk pulang ke China pada Tuan dan Nyonya Shane. Tuan dan Nyonya Shane yang tidak bisa tidak setuju, mempersilahkan Camelia untuk pulang ke China. Asalkan setelah urusan Camelia di sana usai, harus kembali ke mansion ini lagi. Walau Chris dan Camelia telah bercerai, hubungan Camelia dan keluarga Shane terus berlangsung. Terlebih dengan Dion yang akan menggantikan Tuan Shane lima bulan lagi, dan Liam yang sudah tercatat sebagai ahli waris keluarga Shane.
Izin cuti Camelia, Lucas, Liam, dan Dion telah keluar dalam dua hari. Keesokan paginya, Tuan dan Nyonya Shane mengantar keberangkatan keempat keluarga mereka itu di bandara. Pesawat akan lepas landas lima belas menit.
Mereka menggunakan pesawat pribadi keluarga Shane. Bandara dikosongkan untuk menghindari kerumunan publik. Sebelum berangkat, Camelia, Lucas, Liam, dan Dion bergantian memeluk Tuan dan Nyonya Shane. Pesan pun orang tua itu berikan untuk orang yang sudah seperti anak mereka sendiri.
Lima belas menit kemudian, pesawat lepas landas menuju China. Camelia dan Dion saling tatap dengan senyum penuh arti, China, We're Back!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
TK
like
2021-10-15
0
Umi Ningsih Mujung
😍
2021-10-08
0