Syuting iklan dan pemotretan untuk brand mobil asal Jepang, Toyota berlangsung dengan lancar tanpa kendala. Waktu untuk pemotretan dan pembuatan iklan pun sangatlah cepat namun tepat. Brand ambassador yang didapuk untuk proyek ini sangatlah berbakat dan dapat menyesuaikan diri dengan keinginan sutradara dan pemilik brand.
Menunjukkan sisi bahwa mobil yang menjadi brand terbaru ini adalah mobil yang sangat cocok untuk keluarga. Mereka yang sudah terbiasa berkendara dengan riang, tentu saja sangat mudah untuk menunjukkan kelebihan mobil ini sebagai mobil keluarga.
Tipe SUV, dengan body yang mempesona, potongannya tak kalah dari tipe mobil sport. Didukung dengan fitur-fitur terbaru dan baru pertama kali disematkan, perdana untuk keluaran terbaru ini. Selain itu juga hemat bahan bakar dengan tingkat kebisingan dan getaran rendah. Jadi, sangat cocok untuk berkendara dengan anak-anak tanpa harus merasa terganggu dengan deru mesin mobil.
Dilengkapi pula keamanan tingkat. Ditambah dengan harga yang relatif murah, diharapkan akan mendapatkan best seller di negara terbesar kedua di dunia yang juga dijuluki sebagai Negeri Pecahan Es, Kanada. Menjadikannya sebagai pilihan terbaik sebagai mobil keluarga.
"Dad, aku ingin membelinya," ucap Lucas. Semua agenda syuting iklan dan pemotretan telah selesai. Lucas jatuh hati pada brand yang dibintanginya ini. Ia ingin memilikinya.
Kini ia, Liam, dan Chris berada di ruang istirahat. Sedang Camelia belum masuk.
"Okay. Sebagai brand ambassador tentu harus menggunakan produk yang kita pegang. Baiklah, akan Daddy beli. Kau mau warna apa?" Chris tidak keberatan. Ia bahkan sudah menggenggam ponselnya yang semula berada di atas meja, bersiap untuk menghubungi pihak dealer, mengajukan pembelian mobil.
"No, Dad. Aku mengatakan aku akan membelinya bukan memintamu untuk membelikannya untukku," jelas Lucas.
"Really?" Chris menatap Lucas memastikan.
"Yes!" Liam ikut menjawab. "Kami akan bagi dua untuk membelinya," imbuh Liam. Liam mengalihkan pandangnya dari cemilan yang disediakan pihak brand untuk brand ambassador.
"Hei aku ingin membelinya sendiri!"seru Lucas. Ia terlihat enggan bagi dua dengan adiknya. Ia ingin membelinya sendiri. Liam acuh, "kalau begitu kita beli sendiri-sendiri," jawab Liam setelah menelan makanan yang ia kunyah. Tangan kecil dan pendeknya kemudian meraih minuman yang berada di cup. Rupanya Liam juga jatuh hati pada brand itu.
"Great idea!" Lucas berseru dengan kedua tangan menjulur ke atas. Twins boy itu kemudian saling lirik dan melakukan tos.
Chris, walau sudah tahu sifat kedua anak itu, tetap saja ia terpana.
Chris walau tidak tahu pasti, ia sangat yakin bahwa tabungan Lucas dan Liam pasti berjumlah fantastis. Terlebih Camelia yang pandai mengatur keuangan.
"Daddy tidak setuju!"ucap Chris tegas.
"Why?" Lucas bertanya dengan Liam memberinya tatapan datar.
"Anak-anak, Daddy tahu kalian ini bocah yang kaya. Akan tetapi, kalian masihkah tanggung jawab orang tua. Tanggung jawab Daddy dan Mommy. So, apapun kebutuhan kalian, apapun yang kalian inginkan, kami yang akan memenuhinya. Simpan saja uang kerja keras kalian untuk tabungan masa depan. Kita tidak tahu, apakah kita terus berada di atas atau roda akan berputar dan membuat kita berada di bawah," tutur Chris. Ia masih menjalankan tanggung jawab sebagai seorang ayah.
Anggap saja hadiah perpisahan, gumam Chris dalam hati.
"Dad … mengeluarkan uang sejumlah itu tidak akan membuat kami bangkrut," jawab Lucas. Ia kini bahkan menunjukkan jumlah nominal uangnya pada Chris.
"Lagi … sangat sulit dipercaya bahwa kita akan jatuh. Dad, kita punya akal, lahir dari keluarga terpandang, setiap masalah yang kelak mungkin akan datang dan mengancam kedaulatan keluarga kita, pasti akan dapat diselesaikan dengan baik. Dad, kau punya kami. Tidak perlu takut," tambah Lucas lagi. Liam menunjukkan wajah setuju dengan kakaknya. Ia kembali meraih cup minum dengan tangan kecilnya.
Chris tersenyum. Mungkin jika ia tidak memiliki penyimpangan seksual, niscaya akan jadi pria berbahagia di dunia ini. Istri yang cantik dan berbakat, begitu juga dengan anak-anaknya, tampan, cerdas, dan sangat berbakat. Namun, itu hanya andai yang tidak akan terwujud.
"Daddy mengerti. Daddy sangat paham dengan apa yang kau katakan. Namun, kembali lagi pada status Daddy yaitu orang tua kalian. Mobil ini Daddy akan membelikannya untuk kalian. Tidak ada bantahan lagi!"
Lucas menahan kata yang hendak keluar saat Chris menunjukkan wajah tidak ingin dibantah. Liam tersenyum tipis, "all right, Dad. No problem. Kalau begitu aku ingin yang warna biru," ucapnya. Lucas sedikit terkesiap. Ia lantas menggeleng pelan.
"Lucas?"
"Okay. Aku setuju."
"Warna yang sama dengan Liam?"tanya Chris memastikan.
"Memangnya Daddy mau beli berapa?" Lucas menatap heran Chris.
"Dua," jawab Chris.
"Dua?" Lucas terkesiap. Sedang Liam menyelidik Chris.
"Apanya yang dua?" Tatapan ketiga laki-laki berbeda angkatan itu menoleh ke arah pintu tenda masuk. Camelia masuk bersama dengan Kak Abi. Wajahnya menatap penasaran anak dan mantan suaminya itu.
"Daddy mau beli mobil lagi," jawab Liam. Chris tercengang, ia bergantian menatap Camelia yang matanya membulat dan senyum jahil yang terukir pada bibir Liam. Bocah yang belum genap lima tahun itu bahkan mengendikkan matanya karena tahu Chris akan segera terkena cercaan Camelia.
"Chris?! Benar apa yang dikatakan Liam? Kau mau beli mobil lagi, dua buah?! For what?! Mobil di garasi bahkan ada yang tidak terpakai dan … dan kau mau membeli dua lagi? Are you seriously?! Apa kau mau membuat pameran mobil? Jangan buang-buang uang demi sesuatu yang tidak terlalu penting!"cerca Camelia. Matanya menatap tajam Chris yang kaku mendengar tudingan Camelia itu.
"B-bukan begitu, Lia. A-aku membelinya untuk Lucas dan Liam. Mereka yang menginginkannya. Aku hanya memenuhi keinginan mereka," jelas Chris, meminta pembenaran dari Lucas. Sayang Lucas kini sibuk makan dan mengacuhkan dirinya.
"Konyol!"decak Camelia. Ia mendekati Chris yang merengsek mundur. Tatapan Camelia sungguh seperti ini menelannya hidup-hidup.
Kak Abi menjadi penonton sembari menikmati cemilan yang berada di atas meja.
"Sungguh! Aku tidak berbohong! Tanyakan saja pada Lucas dan Liam," ucap Chris. Wajahnya sangat tegang melihat Camelia yang memainkan jarinya seperti sedang mencubit seeorang. Melihat itu Kak Abi bergegas keluar untuk menjaga pintu masuk tenda istirahat.
"Untuk apa mereka mobil satu-satu, Chris?!"tanya Camelia sarkas.
"Mereka menginginkannya. Aahhh auuhh it's hurt, Lia!"aduh Chris. Badannya bergerak mengikut besar sakit yang ditimbulkan dari cubitan Camelia pada pinggangnya.
"Hanya sekadar menginginkan tanpa kegunaan? Kau pikir mereka bocah yang hanya ingin tanpa tahu akan digunakan untuk apa?"
"Aahh lepas dulu. Kau salah paham!"rintih Chris. Cubitan Camelia begitu pedas.
"Kami memang menginginkannya, Mom." Lucas akhirnya buka suara. Camelia menoleh pada anaknya itu dan melepas cubitan pada Chris.
"Mengapa tidak dari tadi, Lucas?"keluh Chris, ia mengusap pinggangnya.
"Dad aku lapar. Harus makan dulu agar energiku kembali lagi. Bagaimana caranya aku membelamu jika aku dalam kondisi lemas?"jawab Lucas diakhiri dengan senyumnya yang begitu manis. Sedang Liam menatapnya tanpa ekspresi. Chris mengerjap, ia baru saja dikerjai oleh dua anak kembar itu.
Chris mendengus, "kalian ini, terlalu!"
"Mom kami tidak minta dua. Daddy yang mau membelikan dua," ujar Lucas sebelum Camelia mengajukan pertanyaan.
"Kalian sungguh menginginkannya?"tanya Camelia lembut.
"Of course. Satu saja yang warna biru. Sangat cocok untuk kita. Aku merasa sangat nyaman di dalamnya. Lagi jika ada jadwal keluar kota dalam jarak dekat, itu kendaraan yang memuaskan," jawab Lucas menjelaskan alasannya ingin membeli mobil.
"Kami kembar," ucap Liam saat Camelia meminta jawabannya.
"Benar juga. Mommy juga suka dengan mobilnya. Baiklah kita ambil satu," putus Camelia.
"Lia? Mengapa kau mencubitku padahal aku sudah menjelaskannya?"keluh Chris. Wajahnya cemberut. Camelia kembali berkacak pinggang pada Chris.
"Penjelasanmu tidak jelas!"jawab Camelia.
"Ah?" Chris melongo.
Ya ibu akan membela anaknya, batin Chris kemudian.
"Baiklah. Daddy urus pembeliannya dulu," ucap Chris.
*
*
*
Chris mengecek ponselnya saat mendengar suara notifikasi. Ia dengan Camelia, Lucas, dan Liam sudah berada di villa.
"Hah? Apa ini?" Ada jumlah nominal yang cukup besar masuk ke rekeningnya dan itu dari Camelia.
"Sudah masuk kan?" Baru saja Chris hendak mencari Camelia. Camelia muncul sendiri dan kini masuk ke dalam kamar.
"Maksudnya apa?"tanya Chris menunjukkan jumlah nominal yang Camelia kirimkan padanya.
"Itu uang untuk membeli mobil tadi. Aku kembalilah padamu," jawab Camelia.
"K-kau mengganti uang itu?"tanya Chris tak habis pikir. Camelia mengangguk membenarkan.
"Aku tulus membelikan itu, Lia. Akan aku kirim kembali padamu," ucap Chris lagi.
"Jangan!"tolak Camelia tegas.
"Chris kau sudah banyak memberikan kami kompensasi dan kenangan. Tolong jangan tambah lagi. Kita sudah berpisah. Anak-anak bukan tanggung jawabmu lagi. Jadi apapun yang kau belikan untuk Lucas dan Liam ke depannya, aku akan membayarnya. Maaf bukan maksudku merendahkanmu. Tapi, semua itu juga untuk dirimu sendiri," ucap Camelia.
Chris mengeryit mendengar penjelasan Camelia.
"Ke depannya kau akan hengkang dari dunia hiburan. Semua warisanmu kau tinggalkan untuk Liam. Kau hanya pergi dengan membawa uang hasil kerja kerasmu yang bahkan sudah kau bagi untukku. Baik aku ataupun kau tidak tahu kehidupan seperti apa yang ke depannya alam dijalani. Kau butuh banyak saku. Aku tahu nominal segitu jumlah yang kecil untukmu sekarang. Namun, kita tidak tahu dengan masa depan. Aku mohon, jangan kembalikan lagi uang itu," ucap Camelia lagi. Chris terhenyak. Ternyata ia yang menjadi alasannya. Camelia mengkhawatirkan kehidupannya setelah hengkang nanti.
"Kau sungguh baik, Lia." Chris pasrah.
"Oh iya, dua hari lagi aku akan ke Denmark," beritahu Camelia.
"Anak-anak ikut?" Camelia mengangguk. Disambut dengan senyum lebar Chris yang penuh arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Umi Ningsih Mujung
😍😘❤️🥰
2021-10-05
0