Ergghhh!!
Jasmine yang baru saja bangun mengerang sakit. Disentuh kepalanya yang sangat pusing. Ingatan Jasmine samar.
Jasmine terbelalak saat mengingat ia hampir dilecehkan oleh Tuan Jerry. Jasmine menoleh ke samping, seorang pria yang tidur membelakangi dirinya, terlihat begitu nyenyak.
Dengan rasa takut yang membuncah, Jasmine melihat dirinya sendiri. Ia berteriak tanpa suara. Menutup mulutnya dengan wajah tidak percaya. Ia menghabiskan malam dengan pria tidak dikenal? Dan sekarang dia sudah …?
Bercak merah di sprei menjawab ketidak percayaannya. Dan sekali lagi Jasmine memberanikan diri untuk melihat pria itu lagi.
Astaga, God!
Apakah ia begitu ganas tadi malam? Lihatlah punggung pria yang tergores yang menyisakan darah menggumpal, bekas cakaran.
Jasmine berkeringat dingin. Kini yang ada di pikirannya adalah bagaimana menjelaskan semua ini pada Jordan, juga keluarganya. Jasmine segera turun ranjang, menarik selimut menutupi tubuh polosnya, dan seketika membuat tubuh pria polos.
Mata Jasmine mencari, pakaiannya robek. Tapi, pakaian pria itu masih utuh. Dengan cepat, sembari menahan perih Jasmine berpakaian lalu keluar dari kamar yang merupakan titik awal hidupnya berubah. Tapi sebelumnya, Jasmine kembali menutupi tubuh pria itu dengan selimut.
Untuk apa membayarnya? Lagipula aku yang paling banyak dirugikan!
Dan jika disuruh membayar pun Jasmine pun tak punya uang. Dompetnya entah pergi kemana. Untung saja dompet pria itu ada di saku celana. Jasmine hanya mengambil beberapa lembar untuk ongkos taksinya.
*
*
*
Lima belas menit setelah kepergian Jasmine, pria itu terbangun. Sembari memegangi kepalanya, ia bersandar pada kepala ranjang. Mata dan telinga ia tajamkan menilik sekitar.
Kemana wanita itu?batinnya bertanya-tanya.
Pria itu masih sibuk menerka siapa dan di mana Jasmine sekarang. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, seorang pria tinggi dengan tubuh ideal dan wajah yang tampan tapi masih di bawah pria itu melangkah masuk.
"Tuan," sapanya penuh hormat seraya membungkukkan tubuhnya.
"Hans," panggil pria itu datar.
"Saya, Tuan."
"Kemana saja kau semalaman? Lihat akibat ulahmu, aku tidur dengan wanita asing!"ketusnya, menatap dingin Hans yang tak berani mengangkat wajah.
Tapi, dahinya mengernyit seketika mendengar kata tidur dengan wanita asing. Rasa penasaran yang lebih tinggi dari rasa takut, membuat Hans berani mengangkat kepala dan matanya langsung terbelalak melihat bercak darah. Belum lagi pakaian wanita yang berserakan di samping ranjang.
"Luar biasa, Tuan! Anda akan menyelesaikan rumor yang beredar di publik dan pertentangan di keluarga Anda!"seru Hans berseri-seri.
Pria yang dipanggil Tuan itu mengerutkan dahinya melihat bercak darah itu, sesaat kemudian ia tersenyum lega, "ya."
"Tuan di mana wanita itu sekarang? Anda harus bertanggung jawab padanya. Darah itu membuktikan bahwa ia masih suci. Anda bisa membawanya ke Tuan Tua untuk membuktikan kebenaran malam tadi."
Hans tampak sangat gembira.
Jelas!
Setelah sekian lama, akhirnya Tuannya menunjukkan bahwa seksualitasnya masihlah normal bukan jeruk makan jeruk.
Dengan ini, Tuannya akan terbebas dari gosip miring yang mengatakan tuannya adalah seorang gay. Gosip itu bukan muncul tanpa sebab, karena sejauh ini, sebelum malam ini, Tuannya ini dikenal sebagai sosok yang anti wanita.
Walaupun di sekitarnya banyak wanita cantik, mulai dari model, artis, hingga putri-putri keluarga besar lainnya, sama sekali tidak ada yang dilirik. Tuannya ini bersikap dingin kepada wanita, kecuali ibunya sendiri yang sudah meninggal saat usianya masih 10 tahun.
"Tuan, apa Anda masih mengingat wajah wanita itu?"tanya Hans, meragu dengan tahapan berharap dan seketika menghela nafas kasar. Pria itu menggeleng.
"Sudah kuduga," gumam Hans.
"Tapi, aku ingat wanita itu punya tanda lahir lotus di dada kanannya lalu bekas luka di paha kirinya. Aku hanya ingat hal itu."
Hans terkesiap. Dua tempat yang ditujukan tuannya adalah tempat yang sensitif. Apakah ia harus memeriksa dada dan paha setiap wanita di kota ini?
"Hah sudahlah, Hans. Tempel saja iklan aku mencari wanita itu," titah Pria itu datar.
"Baik, Tuan."
"Dan ambil sampel darah itu." Hans paham maksud tuannya itu. Pria itu turun dari ranjang dengan selimut sebagai ranjang. Hans tanpa menunggu perintah langsung menyuruh bawahannya yang berada di luar kamar membeli pakaian untuk tuannya.
Wanita oh wanita. Kau datang padaku dan sekarang kau meninggalkanku. Aku memang tak ingat wajahmu tapi aku ingat aroma dan suaramu. Cepat atau lambat kita akan bertemu lagi, kucing liar.
Pria itu menarik senyum sembari menyentuh bekas cakaran di punggungnya.
Kamar pria ini dan kamar Tuan Jerry terletak di lantai khusus president suite. Demi kenyamanan penghuninya, CCTV tidak dipasang di sini karena pada umumnya penghuni kamar-kamar di lantai ini adalah orang berpengaruh yang mempunyai keamanannya sendiri.
*
*
*
PLAK!
Tamparan keras menyambut kepulangan Jasmine. Jasmine menunduk merasakan pipinya yang panas dan sakit, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Bayangkan betapa kerasnya tamparan itu.
"Dasar anak tak tahu malu!"hardik orang yang menamparnya yang tak lain adalah Tuan Liang.
"Betapa hinanya dirimu! Lihat dirimu yang kotor ini!"maki Tuan Liang lagi, sekali lagi melayangkan tamparan pada Jasmine.
Tambah lebamlah pipi itu.
"A-Ayah …." Dengan susah payah dan penuh rasa takut, Jasmine memberanikan diri menatap sang Ayah. Wajahnya merah padam, urat lehernya menonjol, terlihat jelas amanah dan kekecewaan di mata Tuan Liang.
Di belakang Tuan Liang, terlihat Nyonya Liang yang duduk dengan mata sembab. Di sebelah Nyonya Liang, adiknya Rose Liang tampak puas.
"Jasmine!" Jasmine tercekat mendengar teriakan itu, Jordan!
Pria itu datang, melempar sesuatu dan langsung mencengkram kedua bahu Jasmine. Jasmine meringis, matanya menatap mata nyalang Jordan.
"Kurang apa aku? Kurang apa?! Mengapa kau hinakan dirimu tidur dengan sutradara itu demi peran, hah? Jawab Jasmine! Jika tahu begini aku tidak akan mengajakmu kesana. Tak ku sangka kau berpikiran sempit seperti ini."
"Aku tahu kau bosan menjadi peran pendukung tapi cara rendahan ini bukan jalan keluar. Aku tidak masalah jika kau bukan artis terkenal, bahkan aku tidak masalah jika kau tidak menjadi artis. Jasmine tindakanmu ini bukan hanya menyakiti diriku, mengotori hubungan kita tapi juga nama baikmu dan keluargamu."
Jasmine mengerjap mendengar semua ucapan Jordan. Sekarang ia ingat apa yang terjadi padanya. Bukankah kemarin Jordan yang meninggalkan dirinya berdua bersama dengan Tuan Jerry? Tubuhnya terasa panas dan Jasmine tahu bahwa ia sudah dijebak, lantas mengapa ia yang disalahkan?
Jasmine menatap Jordan dengan mata berkaca-kaca, mencari cinta yang selama ini mereka bina. Jasmine tidak percaya bahwa Jordan sudah berubah. Jordan memalingkan wajahnya, ia melepaskan cengkraman pada bahu Jasmine kemudian berpaling.
"Jasmine mulai sekarang kita tidak ada hubungan apapun!"
"J-Jordan ... kau tidak percaya padaku? Aku dijebak," ucap Jasmine susah payah.
"Dijebak? Aku selalu berada di sampingmu, Jasmine. Hanya saja aku kehilangan dirimu saat kau izin ke toilet. Karena lama tak kembali, aku mencarimu ke setiap sudut. Karena pesan yang kau kirimlah aku lega. Tapi ... tapi aku tidak menduga paginya adalah berita miring tentangmu di internet." Jordan berkata tanpa berbalik.
"B-berita?"
Rose mendekati Jasmine dan menunjukkan video dan foto. Terlihat jelas di sana bahwa wanita yang tengah digerai itu adalah dirinya dan pria yang tak lain Tuan Jerry sengaja disamarkan. Lidah Jasmine keluh. Ia ingin menjelaskan tapi api amarah, kekecewaan, kepuasan, dan sebuah senyum licik mengurungkan niatnya. Siapa yang akan percaya padanya. Mengatakan bahwa Jordan yang menjebaknya? Tiada bukti yang ia miliki.
Keluarganya juga terlanjur menanggung malu melihat berita di internet. Belum lagi komentar buruk yang berisi makian dan hujatan, menuntut dirinya agar keluar dari industri hiburan.
Jasmine serba salah. Ia merosot lunglai.
"Kotor sekali dirimu, Kak. Lihatlah banyak kissmark di tubuhmu, bahkan wangi pria itu kau bawa kemari," bisik Rose di telinga Jasmine.
Tuan dan Nyonya Liang tidak menyadari hal itu karena mereka berpaling ke arah lain. Jordan juga telah pergi.
"T-tidak. Aku tidak sehina itu! Aku dijebak. Ayah, Ibu percaya padaku. Aku tidak seperti itu." Jasmine memeluk kaki Tuan Liang namun dengan kasarnya Tuan Liang menghempaskan pelukan itu dan melangkah menjauh.
"Rose kemasi semua barang milik Jasmine. Mulai saat ini dia bukan bagian dari keluarga Liang! Aku tak mau melihatnya di rumah ini lagi!"ucap Tuan Liang saat berada di anak tangga pertama.
Jasmine terbelalak, begitu juga dengan Nyonya Liang yang segera berdiri dan mengejar langkah Tuan Liang.
Sedangkan Rose, tersenyum lebar dan langsung melakukan apa yang disuruh oleh ayahnya.
Jasmine menangis pilu, terlebih saat Rose melemparkan kasar kopernya.
"Silahkan pergi, Kakak!"ucap sinis Rose.
"A-aku ingin pamit pada Ayah dan Ibu," ucap Jasmine berdiri dan berniat ke kamar ayah dan ibunya.
Bruk.
Rose mencegahnya, mendorongnya jatuh.
"Kakak apa kau tidak mendengar kata ayah tadi? Kakak bukan bagian dari keluarga Liang dan selamanya tidak akan menjadi bagian dari kami. Ayah dan Ibu bukan Ayah dan Ibumu, kau ini hanya anak angkat! Tidak berhak bertemu dengan mereka. Silahkan angkat kaki dari rumah ini!"
Rose mencengkeram dagu Jasmine. Jasmine meringis sakit.
Ya benar ... apapun alasannya, aku sudah mempermalukan mereka. Ayah, Ibu maaf … suatu hari nanti aku pasti akan membuktikan ketidakbersalahanku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
𝖒𝖔𝖓🆁🅰🅹🅰❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
saya cek smua novel authornya ini , smua novelnya dikerjakan dengan tuntas sampe tamat ..ngak digantung gantung ceritanya kayak author yang lain belum slesai yg lama sudah bikin novel baru ..digantung lagi dan bikin baru ..dan seterusnya ..
semangat menulisnya thour 👍
2023-02-13
0
Mommy Gyo
3; like, semangat buat karya barunya ya
2021-09-21
0