“Mine, kau sangat cantik,” puji Jordan saat menjemput Jasmine di kediaman Liang.
Malam ini Jordan mengajak Jasmine sebagai pasangannya ke sebuah pertemuan di ballroom hotel ternama. Jasmine yang memang tampil cantik dengan balutan gaun berwarna biru tua tanpa lengan dengan belahan sebetis tersipu mendengarnya.
Lain halnya dengan Rose yang wajahnya masam menahan cemburu. Mengapa hanya Jasmine yang dipuji?
Ia juga kekasih Jordan. Setidaknya puji ia juga sebagai saudara Jasmine, saudara? Hahaha Rose tersenyum licik kala mengingat sebuah rencana untuk menghancurkan dan menyingkirkan Jasmine dari keluarga Liang juga dunia hiburan Tiongkok.
"Kau juga sangat tampan, Jordan," balas Jasmine. Jordan tersenyum lebar. Benar, Jordan memanglah pria tampan. Postur tubuh yang tinggi dan berisi, kulit putih dengan lesung pipi yang memikat, sukses mengantarkan Jordan ke popularitas aktor baru yang tengah naik daun.
"Kak Jordan, aku juga cantik loh," ucap Rose dengan nada manjanya, sekilas mengeluarkan lidah, membasahi bibirnya.
Jordan terkesiap, matanya melihat jelas bagaimana Rose menggoda dirinya.
"Jordan? Wajahmu mengapa merah? Kau demam?" Jasmine cemas dan memeriksa suhu tubuh Jordan. Walaupun ia curiga, Jasmine tak ingin berburuk sangka tentang adiknya dan Jordan.
"Ah tidak, Mine."
"Oh kamu malu ya aku puji tampan?" Jasmine menerka.
"Ya-ya. Itu benar."
Jasmine tertawa renyah. Sementara Jordan tersenyum, terkesan canggung.
Cih tertawalah selagi kau masih bisa tertawa. Itu adalah tawa terakhirmu, Jasmine!sinis Rose dalam hati.
"Paman, Bibi saya pamit, ya."
"Baiklah. Jaga dengan baik anak kami ya, Jordan. Jangan biarkan Jasmine meminum alkohol!"pesan Tuan Liang.
"Tentu, Tuan." Jordan tersenyum lebar.
*
*
*
Suasana ballroom ramai dengan para tamu. Ada yang sendiri, berpasangan juga berkelompok. Jasmine bersama dengan Jordan mengobrol dengan seorang pria berbadan gendut, lagi pendek dan botak. Ia adalah seorang sutradara yang tengah Jordan dekati untuk mendapatkan peran utama.
Mereka berbincang santai, awalnya membahas pekerjaan. Namun, lama kelamaan melenceng membahas masalah asmara. Sedari tadi, Jasmine merasa risih melihat tatapan lapar pria bernama Jerry itu. Ia mengeratkan pelukan pada lengan Jordan, memberikan arti bahwa ia adalah pasangan Jordan.
"Sungguh beruntung kamu mendapatkan kekasih cantik seperti Nona Jasmine," puji Tuan Jerry.
Jordan tertawa senang.
"Sayalah yang beruntung mendapatkan hati Jasmine. Ia adalah bidadari yang dikirimkan Tuhan untukku," ucap Jordan.
"Benar-benar. Aku juga merasa begitu jika mendapatkan kekasih secantik Nona Jasmine."
"Nona Jasmine, ayo bersulang untuk pertemanan kita ini," ujar Tuan Jerry, mengangkat gelas wine miliknya.
"Maaf Tuan Jerry, kekasihku tidak bisa minum alkohol, aku saja yang akan menggantikannya minum," ujar Jordan, mengangkat gelasnya yang berisi wine.
"Ah sayang sekali." Wajah Tuan Jerry tampak muram, tidak senang namun tetap tersenyum.
Ting, bunyi gelas bersulang Tuan Jerry dan Jordan. Keduanya lantas minum.
Tuan Jerry menatap Jordan tajam. Jordan tersentak kemudian tersenyum, sorot matanya mengatakan bersabarlah.
"Jasmine kamu minum jus saja ya," ucap Jordan.
"Baiklah." Jordan memanggil waiters dan mengambil segelas jus jeruk untuk Jasmine. Mereka bersulang. Jordan dan Tuan Jerry saling lirik dengan senyum licik. Mereka menyesap wine di gelas dengan penuh kemenangan.
"Jordan, kepalaku pusing," aduh Jasmine memegang kepalanya yang terasa pusing. Pandangannya juga mulai kabur dengan tubuh yang terasa panas.
"Mine, kamu sakit?" Jordan menunjukkan wajah khawatir.
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing," jawab Jasmine.
"Baiklah, aku akan pesan kamar untukmu istirahat," ujar Jordan, segera izin pada Tuan Jerry.
Tuan Jerry tidak diam di tempat melainkan mengikuti Jasmine dan Jordan. Memasuki salah satu kamar yang nyatanya adalah kamar yang telah dipesan lebih dulu oleh Jordan. Jordan membaringkan Jasmine di ranjang.
Sesungguhnya Jordan sangat tergoda melihat Jasmine yang seperti cacing kepanasan. Wajahnya merah, tubuhnya menggeliat, dan racauan kata panas membuat tonggak Jordan berdiri.
"Apa yang kau lakukan, Jordan? Kau lupa kesepakatan kita hah?"teriak Tuan Jerry marah melihat Jordan yang hendak mencium Jasmine.
"Ah tidak. Maafkan aku Tuan Jerry. Aku terpancing," kilah Jordan, buru-buru bangkit dan berdiri dengan kepala menunduk.
"Huh sudah sana kami keluar. Jangan ganggu kesenanganku!"usir Tuan Jerry.
"Baiklah."
Dengan langkah tidak rela Jordan meninggalkan Jasmine yang tengah kepanasan dengan Tuan Jerry yang memandangnya penuh *****. Jordan menggertakkan bibirnya kala mengingat bahwa bukan ia yang akan menggauli Jasmine untuk pertama kalinya, melainkan pria tua nan botak lagi pendek itu.
Sialan!umpatnya.
*
*
*
"Ahh tidak lepaskan! Lepas kan aku!"
Jasmine meronta saat Tuan Jerry mulai menyentuh tubuhnya. Akal sehatnya masih bekerja walaupun tubuhnya merasa nyaman sentuhan Tuan Jerry.
"Gadis Cantik, jadilah milikku."
Tuan Jerry sudah menanggalkan pakaiannya dan hanya menyisakan boxer. Pria botak itu tersenyum mesum melihat Jasmine yang meronta.
"Enyah! Pergi! Menjauh dariku!"teriak Jasmine. Kedua tangannya dicekal oleh Tuan Gerry.
"Hehehe."
Tuan Jerry tertawa. Kepalanya mulai menunduk untuk mencium bibir Jasmine. Jasmine menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri, menghindari bibir tua itu. Tuan Jerry geram melihat Jasmine yang terus meronta.
Plak!
Tamparan keras itu tak membuat Jasmine berhenti meronta. Ia semakin gencar dan bugh!
Sebuah tendangan mendarat di antara dua paha Tuan Jerry. Pria itu langsung berlutut memegang asetnya. Dengan sisa tenaga di tengah rasa panas yang terus mendera, Jasmine segera keluar dari kamar itu. Ia berjalan dengan lemas dengan tangan berpegangan pada dinding. Nafasnya terengah. Matanya mulai meredup, rasa panas tiada habis malah semakin menjadi.
Bugh.
Jasmine menabrak sesuatu. Sesuatu yang keras seperti dinding sukses membuatnya terduduk di lantai.
"Apa kau baik-baik saja, Nona?"tanyanya seraya mengulurkan tangan pada Jasmine.
"Hm?" Jasmine mendongak. Pria tampan! Jasmine terpukau sesaat sebelum akhirnya menerima uluran tangan itu.
"Anda sakit, Nona?" Pria itu menjadi bertanya.
"Panas."
"Panas?" Dahi Pria itu mengerut.
"Tolong aku. Panas, tidak nyaman. Tanganmu terasa sangat nyaman, dingin."
Pria itu membeku saat Jasmine memeluk erat dirinya.
"Lepaskan, Nona!"
"Tidak. Ini nyaman. Tolong aku, rasanya masih panas."
Akal sehat Jasmine sudah hilang. Kini ***** menguasai dirinya. Wajah pria itu memerah kala Jasmine meniup mesra telinganya dengan tangan mulai meraba sana-sini dan berhenti saat pria itu mencekal tangannya yang hampir menyentuh bagian intimnya.
"Tolong bantu aku …." Jasmine tetap melanjutkan aksinya. Kini bibir Jasmine dan pria itu menyatu. Pria itu yang awalnya terjaga kini mulai terpancing. Perlahan ia mulai membalas ciuman itu. Tadinya ia berpikir untuk memanggil dokter sayangnya melihat Jasmine yang diracuni obat perangsang serta sentuhan Jasmine yang membuat gairahnya naik, membuatnya takluk.
Tanpa melepas ciuman, Pria itu menggendong Jasmine dan membawanya masuk ke sebuah kamar president suite.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Mommy Gyo
semangat thor
2021-09-21
0