Keesokan paginya.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Kirana keluar dari kamar hendak sarapan.
Kirana melihat Papanya sedang asyik makan roti bakar buatan mbok Yem dan di samping Papa ada segelas susu putih.
"Pagi Pa...!" salam Kirana sambil mencium punggung tangan kanan papanya.
"Eh pagi juga sayang..!" jawab Nikholas yang menyempatkan melihat putrinya.
Kirana kemudian mengambil tempat duduk di meja makan itu.
"Apa Jimmy tidak pulang malam ini?" tanya Nickholas pada Kirana setelah menelan roti bakarnya
"Belum tahu ya pa, Kirana kan baru keluar dari kamar. Mungkin mbok Yem tahu pa" jawab Kirana sambil melirik Mbok Yem yang keluar dari dapur.
"Ada apa ya, kok sebut-sebut nama simbok Non?" tanya mbok Yem yang melangkahkan kakinya menuju meja makan dan menghidangkan roti bakar buat putri majikannya.
"Eh simbok! Apa Jimmy sudah pulang mbok?" tanya Kirana pada mbok Yem.
"Sepertinya tidak pulang tuan dan Nona. kamarnya masih gelap. Sebentar saya cek lagi " kata mbok Yem yang ikut khawatir, dan berjalan menuju kamar Jimmy.
"Pa...! mama di mana?" tanya Kirana sambil pangedarkan pandangannya ke sekekitarnya karena tak mendapati mamanya yang ikut sarapan seperti biasanya.
"Mama sudah berangkat duluan. Katanya ada meeting" jawab Nickholas sambil meminum susu yang sudah tersedia di depannya
"Papa harap kamu bisa pertahankan ruko kamu itu. Ruko itu Ruko bersejarah, sejarah tentang nenek, sejarah mama dan papa waktu awal jumpa, dan sekarang akan menjadi sejaran tentang kamu" kata Nikholas seraya menatap ke arah putrinya.
"Iya pa, Kirana tahu itu." ucap Kirana yang menghabiskan roti bakarnya,
"Papa berangkat dulu ya!" kata Nickholas sambil berdiri dan kembali Kirana mencium punggung tangan kanan Papanya
"Iya pa" sahut Kirana yang membiarkan keningnya dicium papanya.
"Tuan, tuan muda Jimmy tidak ada di kamarnya!" kata mbok Yem yang baru saja dari kamar Jimmy dan memberi laporan.
"Berarti hari ini, Jimmy tak pulang lagi!" ucap Nickholas sambil menghela nafas panjang, dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Nickholas kemudian melangkah pergi meninggalkan Kirana dengan mbok Yem yang masih berada ruang makan.
"Bibi Iyem, terus terang saja Kirana rindu saat-saat dimana mama dan papa, Jimmy dan Kirana makan bersama di meja makan ini" kata Kirana yang pikirannya sudah melayang kembali ke jaman saat mereka selalu bersama.
"Yang sabar ya non, ini mungkin cobaan untuk keluarga kita..!" seru Bibi Iyem sambil membereskan piring bekas Nickholas papa Kirana.
"Iya bi..!" jawab Kirana yang sudah menyelesaikan sarapannya dan membantu mbok Yem membereskan piring dan gelasnya.
"Biarkan mbok yang membereskan nona, Nona kan mau berangkat ke Ruko. Nanti kesiangan lho non Kirana!" seru mbok Yem yang tahu nona mudanya, membantunya mencuci piring.
"Nggak apa-apa mbok! besok kalau Kirana menikah biar tahu pekerjaan rumah tangga. Jika suamiku kelak menginginkan istrinya di rumah saja, he..he..! kan Kirana sudah tahu garis besar pekerjaan ibu rumah tangga." kata Kirana sambil tersenyum.
Dan secara tak langsung menyindir papa dan mamanya. Terutama mamanya yang tak pernah ada waktu untuk keluarga.
"Nona begitu malangnya nasibmu. Seharusnya kamu mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang bisa mengajarimu pelajaran rumah tangga." kata dalam hati Bibi Iyem yang begitu sayang pada Kirana yang telah dia rawat sejak bayi.
"Kirana berangkat ya mbok..!"pamit Kirana yang kemudian mengambil tasnya.
Gadis itupun melangkah keluar rumah menuju garasi mengambil kendaraan pribadinya.
Sepeda kayuh warna merah muda dengan keranjang di depannya.
Kirana mengayuh sepedanya menuju ke rukonya dengan santai.
Walaupun kedua orang tuanya mampu membelikannya mobil yang mewah, namun Kirana lebih senang memakai sepeda kayuh ini.
Pada saat Kirana sedang asyik mengayuh sepedanya, tiba-tiba ada pengendara motor mendahuluinya.
Mobil berwarna silver itu melaju dengan kecepatan tinggi, hingga tanpa di sadari pengendara itu telah menabrak sesuatu yang berwarna Oranye, yang kini mengerang kesakitan.
"Woi..! berhenti...! Wooooooooiiii...!" Kirana yang berteriak pada mobil mewah berwarna silver itu.
Namun si pengemudi mobil itu tak menggubrisnya. Dia tetap melaju dengan kecepatan tinggi.
"Tunggu..! Sepertinya aku mengenal pemilik mobil itu? iya mobil silver, apa mungkin!" Kirana yang termenung, mengingat sesuatu tentang pemilik mobil itu.
"Meow....meow...!!"
Tiba-tiba terdengar suara, seperti suara seekor kucing yang masih kecil.
"Oiya,..kucing itu! Ya ampun kasihan sekali!" seru Kirana yang baru sadar tentang korban tabrak lari itu.
Kirana kemudian menghampiri kucing tersebut, dan diangkatlah kucing warna oranye itu.
Kemudian di letakannya kucing berwarna oranye itu di dalam keranjang sepedanya.
Gadis itu kemudian mengayuh sepedanya menuju ke klinik dokter hewan.
Namun sebelumnya, Kirana harus bertanya-tanya pada orang yang ada di sekitar tempat itu, dimana alamat dokter hewan yang sudah buka praktek.
"Permisi, ma'af saya mau tanya. Dimana ya tempat praktek dokter hewan?" tanya Kirana pada seorang ibu-ibu.
"Oh, ma'af nak! Ibu kurang tahu. Ibu tidak pernah pelihara hewan soalnya." jawab si ibu tadi seraya menangkupkan ke dua telapak tangannya.
"Oh iya,tidak Apa-apa. Ma'af permisi!" ucap Kirana yang kemudian dia berjalan dengan mengayuh seoedanya lagi dan berhenti di depan seorang bapak-bapak yang membawa seekor anjing pudel yang diikat lehernya dengan tali yang dia pegang
"Ma'af mengganggu pak! saya mau tanya, dimana letak klinik dokter hewan?" tanya Kirana secara halus.
"Oh, di tempatnya dokter Susi saja." jawab laki-laki itu yang menghentikan langkahnya.
"Dokter Susi? dimana itu?" tanya Kirana yang penasaran.
"Kamu lewat jalan ini lurus, nanti ada perempatan kamu belok ke kanan, nah di sana carilah papan nama Dokter hewan Susi." jelas si bapak itu
"Oh, baik pak! terima kasih." ucap Kirana seraya menangkupkan kedua telapak tangannya.
Kirana kemudian berjalan menyusuri jalan sesuai petunjuk si bapak yang membawa anjing pudel tadi.
Setelah sampai di perempatan jalan, Kirana belok ke kanan.
"Meoowww...!!"
"Sebentar ya puas, tahan! Kirana sedang mencari dokter untuk mengobati luka kamu!" ucap Kirana yang menyempatkan melihat kucing oranye itu yang sedang tak berdaya.
Pandangan mata Kirana tak henti-hentinya melihat dan membaca beberapa papan nama yang terpampang di sekitar jalan itu.
"Klinik Dokter Hewan, Dokter Susi! nah itu dia! seru Kirana yang sangat gembira dan mempercepat langkahnya.
...~¥~...
...Terima kasih untuk para Readers semuanya, terutama yang telah memberikan dukungan berupa like/komen/favorite/rate 5/gift maupun votenya pada novel SI OYEN PACARKU BUKAN MANUSIA ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan...
...Allah Subhana Wa Ta'alla.....
...Aamiin Ya Robbal alaamiin...
...Terima Kasih...
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 345 Episodes
Comments
⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬
Jadi teringat kucing aku, si oyen . semangat ya 💪🏻💪🏻
2022-07-27
1
Devinta🌟Shasa3
gadis sederhana, 👍👍👍
2022-07-18
2
Devinta🌟Shasa3
😔😔 kesepian yah Kirana?
2022-07-18
2