Siang itu matahari terasa begitu terik, Kirana baru saja pulang dari rumah temannya yang tempo hari dirawat dirumah sakit hingga membuatnya bertemu dokter dingin itu.
Cuaca seakan tak mendukungnya untuk langsung pulang, hawa panas membuat tenggorokan Kirana terasa kering dan butuh guyuran air di mulutnya.
"Minum ice coffee enak nih kayaknya." Ucap Kirana sendiri ketika melihat kafe tempat biasanya ia duduk.
Tanpa menunggu siang berganti malam, Kirana masuk ke dalam kafe lalu duduk di dekat jendela, posisi duduk yang paling ia sukai karena baginya menikmati kopi sambil menatap ke arah luar itu keren.
"Ice coffee latte dan cake ice cream." Ucap Kirana pada waiters disana.
Sambil menunggu pesanannya, ia merogoh kantong ripped jeans nya guna mengambil ponsel. Ponselnya menyala menampilkan walpaper boygrup Korea kesukaannya, tetapi bukan itu yang menjadi fokusnya, ia justru terkejut melihat banyak panggilan tak terjawab dari sang Mama.
"Kirana pulang Nak, Papa sakit!"
"Kirana kamu dimana? Papa masuk ke rumah sakit!"
Masih banyak lagi pesan yang dikirim Mama Leli padanya, ia mendadak lemas, ponsel di tangannya jatuh ke lantai hingga menciptakan bunyi yang membuatnya tersadar.
"Papa." Panggil Kirana lirih.
Tanpa banyak bicara Kirana pergi keluar dari kafe, ia bahkan tidak sempat membayar pesanannya karena terlalu khawatir dengan keadaan sang Papa saat ini. Kirana memberhentikan taksi, ia segera masuk dan pergi ke rumah sakit yang telah diberitahukan Mama Leli di pesannya.
Setelah memakan waktu 45 menit akhirnya Kirana sampai dirumah sakit, tempat yang sama yang ia kunjungi untuk menjenguk temannya. Ia segera membayar, tanpa berniat mengambil kembalian dan memilih langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit.
Kirana tergesa-gesa, wajahnya memerah menahan air mata, tubuhnya gemetar bahkan ketika berbicara.
"P-papa s-saya Sus, dimana dia?" tanya Kirana terburu-buru hingga suaranya menjadi tersengal-sengal.
"Dengan nama siapa?" tanya suster yang berjaga di bagian resepsionis.
Sebelum Kirana menjawab, tiba-tiba ada yang berdehem di belakang gadis itu. Kirana menoleh, ia melihat sosok pria dingin itu lagi.
"Saya tahu dimana Papa mu, mari!" ucap Gavin lalu pergi mendahului Kirana.
Kirana mengucapkan terima kasih pada suster, ia segera mengikuti Gavin berharap bisa secepatnya bertemu dengan Papa nya.
Gavin mengajak Kirana ke UGD yang letaknya tidak jauh dari resepsionis, hanya tertutup satu tembok yang membuat ruang itu tidak terlihat dari meja resepsionis. Disana, Kirana melihat sang Mama menangis dalam pelukan Mama Ayu.
"Mama!!" panggil Kirana lalu mendekati dan memeluk sang Mama.
"Kirana, kamu darimana Nak?" tanya Mama Leli mengusap kepala putrinya.
Kirana menggeleng. "Apa yang terjadi pada Papa, Ma? kenapa bisa tiba-tiba masuk ke rumah sakit sedangkan sebelum aku pergi Papa baik-baik saja." Tanya Kirana balik, suaranya terasa berat karena tangis.
"Papah terkena serangan jantung, Nak." Jawab Mama Leli sebelum tangannya ia gunakan untuk meredam tangisnya.
"Kenapa Ma? kenapa Papa bisa terkena serangan jantung?" tanya Kirana balik dengan suara yang masih sama.
"Pabrik Papa kebakaran." Jawab Mama Leli pelan hampir tak terdengar.
Kirana memucat, badannya lunglai tak bertenaga sebelum sesaat ia jatuh terduduk dengan tatapan kosong.
"Sabar Kirana, ini semua pasti ada jalannya." Tutur Papa Raden.
"Hiks…. Papa…." panggil Kirana diakhiri tangis pilu.
Ditengah-tengah kesedihan Kirana dan sang Mama, teriakan seorang suster membuat semua orang terkejut terutama Gavin.
"Dokter!!!" teriak Suster membuat Gavin buru-buru masuk ke dalam UGD.
Kirana ikut bangun dari duduknya, ia ingin masuk namun dipasang oleh Suster sehingga ia hanya bisa melihat keadaan sang Papa dari jendela berbentuk lingkaran yang ada di pintu.
Air mata Kirana semakin meluruh melihat pria yang begitu dicintainya, cinta pertama seorang putri adalah ayahnya. Ia tidak kuat melihat orang yang biasa memuji dan menghibur nya kini tengah berbaring tak berdaya di atas bangsal rumah sakit.
"Papa….hiks...Ara disini Pa….." panggil Kirana pelan dan menyebut dirinya 'Ara' yang mana merupakan panggilan sayang Andrian untuk sang putri.
Mama Leli mengusap dan memeluk putrinya, ia tahu bahwa saat ini Kirana sangat sedih melihat keadaan Papa nya yang sakit.
"Jangan nangis Sayang, doakan Papah akan baik-baik saja." Tutur Mama Leli mengusap punggung putrinya.
"Sstttt…. kamu putrinya Papa kan? kalo begitu kamu harus kuat dan doakan Papa mu cepat pulih." Tutur Mama Ayu ikut merasakan kesedihan dari gadis yang ia idamkan sebagai menantunya.
LIKE DAN KOMENNYA🤗😚
BERSAMBUNG......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Rapa Rasha
ikut sedih Ara kmu bisa ya
2024-03-04
0
Jiswati Bundax Afiqah
mama ayu baik sekali
2023-10-29
0
RJ
wah br dbca tp udah ada bawang merahnya nih😥😥
2023-08-31
0