Sore hari Marisa tak pulang ke rumah, ia justru berkunjung ke rumah orang tuanya yang terlihat sepi karna pemilik rumah tak ada disana.
Marisa pun datang ke rumah ber cat coklat putih tersebut, ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu mumpung Ibu dan Ayahnya sedang ada di bali jadi tidak akan ada yang curiga jika Marisa datang sendirian dengan mata sembab sehabis menangis.
Kini ia sedang berada di sebuah kamar yang dulu adalah kamar miliknya, marisa duduk bersandar di atas ranjang sambil sibuk melamunkan sesuatu.
Marisa belum mengabari Devano jika sekarang ia akan menginap di rumah ini. Marisa masih memikirkan apa alasan yang akan ia ajukan jika Devano bertanya.
Biarlah untuk malam ini Devano hanya berdua dengan Galvin, toh sekarang galvin lebih sering pulang cepat. Galvin pasti akan menemani Devano makan malam dan tidur.
Matahari perlahan mulai menenggelamkan dirinya dan membuat sinar itu perlahan surut dan berganti cahaya bulan.
Marisa bangkit dari ranjang, ia ingin mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Wanita itu berhenti di depan cermin besar, tampaklah seorang perempuan yang terlihat sangat menyedihkan, tak ada luka fisik memang, tetapi luka batin itu begitu terpancar kan dengan jelas.
Mata Marisa menatap lekat dirinya didepan cermin, mencari tahu apa yang kurang dari dirinya sendiri.
Tubuh ini tak pernah ada yang menyentuh, tak pernah mendapat sentuhan kasih sayang, dan mungkin tak akan pernah mendapatkannya.
Tatapan Marisa berubah kosong, mengingat kembali kejadian dimana ia melakukan hubungan dengan sang suami di kamar ini. Disaat mereka belum pindah dan memiliki rumah sendiri, di kamar inilah Marisa merasakan kasih sayang yang ternyata hanya sesaat.
Marisa berbalik dan berjalan ke arah nakas dengan tubuh yang tak tertutup apapun, ia mengambil sesuatu dari dalam tas dan menatap penuh keraguan.
Marisa meneguk salivanya kuat-kuat, sebuah alat yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan batinnya yang tiba-tiba muncul saat mengingat moment hangat tersebut.
Rasa sedih sekaligus jijik Marisa tuangkan ke pada dirinya sendiri.
Sudah delapan tahun, pantaskah ia melakukan hal konyol seperti ini???
Sesuatu yang muncul itu kian bergejolak didalam raganya, tak bisa ditahan lagi! Marisa pun lantas masuk sembari membawa alat berwarna hitam miliknya ke dalam kamar mandi.
***
Pukul enam sore Galvin pulang ke rumah, namun sebelum ia masuk ke dalam Galvin tak melihat mobil Marisa saat ia memasukan kendaraan ke dalam garasi.
Alisnya mengkerut heran, ini sudah malam tetapi Marisa belum juga pulang??
Tak mau dibuat semakin penasaran Galvin pun lantas masuk ke dalam rumah, tak jauh dari ruang tamu Devano terlihat sedang bermain gadget di temani oleh seorang pembantu.
Menyadari keberadaan Galvin, Devano langsung menyimpan gadget nya dan berlari ke arah lelaki dewasa disana.
"PAPAHHHHHH............. "
Galvin tersenyum dan membentangkan tangan menyambut Devano, dengan seketika Galvin langsung menggendong tubuh sang anak.
"Papah Devano bosan sendiri di rumah... Mamah belum pulang.... " Ungkapnya.
Mata Galvin langsung terjaga, jadi benar Marisa belum pulang?? Tapi kenapa???
"Mungkin sebentar lagi mamah pulang, sayang. Tunggu saja ya"
Devano mengangguk menuruti permintaan papahnya, Galvin pun lantas menggendong Devano menuju kamar di lantai atas.
Hingga waktu makan malam tiba Marisa belum juga pulang, Devano sudah menanyakan beberapa kali keberadaan sang Ibu pada Galvin. Galvin pun di buat kebingungan, ia terlalu malu untuk menanyakan dimana letak sang istri sekarang.
"Apa malam ini mamah lembur seperti papah??" Tanya Devano saat mereka sudah duduk di ruang makan.
"Emm... Mungkin begitu, nanti juga mamah akan menelpon. Lebih baik kita makan dulu ya" Bujuk Galvin pada putranya.
Saat Devano hendak makan tiba-tiba Yanti datang dan memberitahu jika Marisa menelpon lewat ponsel nya.
"Den Devano, Nyonya Marisa menelpon katanya ingin berbicara dengan den Devano"
Seketika Devano dan Galvin menghentikan aktivitasnya, yanti memberikan ponsel itu pada Devano dan berlalu pergi
"Mamahhh...... Kok belum pulang??" Teriak Devano yang langsung memberikan pertanyaan pada Marisa.
"Sayang maaf ya sepertinya malam ini mamah akan menginap di rumah Oma, Devano tidak apa-apa kan?"
"Lohh... Kok mamah tidak ajak Devano?? Devano mau ikutttt...... " Rengek Devano.
"Hanya malam ini saja sayang, kata bibi papah sudah pulang. Jadi Devano tidur dengan papah dulu ya malam ini... Mamah ada urusan jadi harus menginap di rumah Oma" Ucap Marisa terpaksa berbohong.
Galvin yang juga berada disana ikut mendengarkan percakapan anak dan istrinya, meski kurang terdengar jelas tetapi Galvin tau obrolan apa yang sedang dibahas.
"Besok mamah akan pulang pagi-pagi sekali, lagipula besok kan hari minggu Devano bisa menghabiskan hari libur sepuasnya bersama mamah" Ucap Marisa membujuk Devano, ia tahu betul jika Devano tidak bisa jauh darinya meskipun Galvin sudah berada disisi bocah kecil itu.
"Ya sudah.... Tapi mamah harus janji besok pulang" Lirih Devano dengan keterpaksaan.
"Tentu sayang, mamah janji. Sekarang lanjutkan dulu makan malamnya ya"
"Hmm.... Selamat malam mah"
"Selamat malam juga, sayang"
Tuttttt.......
Telepon pun terputus dengan nyaring, Devano kembali meletakkan ponselnya dan melanjutkan makan malam.
"Mamah tidak pulang?" Tanya Galvin di sela-sela suapan mereka.
"Mamah menginap di rumah Oma" Jawab Devano.
Mendengar itu Galvin di buat bertanya-tanya, dirinya mendadak penasaran dengan apa yang dilakukan Marisa. Sedang ada urusan apa Marisa ke rumah orang tuanya? Setahu Galvin kedua mertuanya sedang berada di Bali.
Lantas untuk apa Marisa menginap disana??
Dua jam kemudian, Galvin baru saja menemani Devano mengerjakan tugas sekolah. Sebelumnya ia tak pernah melakukan hal itu, tetapi malam ini ia melakukan kegiatan tersebut. meski lelah tetapi Galvin senang bisa menemani sang buah hati.
"Terimakasih pah, sekarang PR Devano sudah selesai"
"Sama-sama sayang, sekarang ayo kita tidur. Devano ingin tidur di kamar papah lagi??" Tanya Galvin, tetapi dibalas oleh gelengan.
"Devano tidur di kamar Devano saja pah, Devano kan sudah terbiasa tidur sendiri" Tolak nya.
"Ya sudah kalau begitu tidurlah, papah akan temani Devano sampai tidur"
Galvin pun berbaring di pinggir sang putra, di elusnya rambut lembut tersebut dengan sayang. Hingga akhirnya suara dengkuran halus pun terdengar menandakan jika sang empu sudah tertidur ke alam mimpi.
Lantas Galvin pergi dari sana menuju kamarnya, kamar itu nampak sepi tak berpenghuni.
Ada hawa berbeda saat Galvin masuk, rasa dingin begitu terasa di kulit liatnya, menembus pori-pori ketika Galvin membuka baju untuk mengganti pakaian.
Tiba-tiba saja sesuatu di bawah sana berdiri tegak hingga sang pemilik merasa sakit yang amat sangat.
Galvin mendesis tatkala celananya terasa sempit dan membuat benda itu sesak.
Niat hati ingin langsung tertidur Galvin justru harus masuk ke dalam kamar mandi dan menenangkan si kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
rajin sekali malem minggu bikin PR🤣
2024-04-22
0
Elisanoor
ini ga ada yg mao mulai sih 😆
2023-10-22
0
Amelia
hoalah nasep2 ada yg halal tapi tak bisa di sentuh karna kebodohan ck ck ck
2022-12-22
0