Di cafe Marisa baru saja melakukan MEETING dengan beberapa pegawainya, karna sebentar lagi cafe Marisa akan diiklankan lagi di televisi maka mereka harus mencari inovasi terbaru secepat mungkin dan tentu saja harus menarik perhatian pada konsumen.
Setelah meeting selesai Marisa kembali ke ruangannya, baru saja Marisa akan memutar handel pintu tiba-tiba suara seorang perempuan memanggil namanya.
"Marisa......... "
Si pemilik nama lalu menoleh ke belakang, matanya sedikit terbelalak saat melihat keberadaan wanita di depannya.
"Ibu...?"
Ya, perempuan yang memanggil Marisa tadi tak lain adalah Ibu mertuanya. Wanita paru baya tersebut nampak tersenyum senang dan berjalan ke arah sang menantu.
"Hai Marisa, apa kamu sedang sibuk nak?"
Marisa mendekat dan menyalimi sang mertua, ia pun ikut senang Ibu mertuanya berkunjung ke cafe.
"Tidak bu, Ibu apa kabar?"
"Ibu sangat baik nak, bagaimana kabar kalian? Semuanya sehat kan?" Ucap Arini bertanya balik.
"Syukurlah jika Ibu baik-baik saja, kami semua sehat kok bu. Kalau begitu mari kita masuk ke ruangan Marisa, biar Marisa minta dibuatkan teh untuk Ibu"
"Baiklah, Ibu masuk ya.... "
Kedua wanita itu pun masuk ke dalam ruangan ber cat putih, sebelum duduk Marisa meminta Karin membuatkan teh untuk Arini. Setelah itu barulah ia duduk bersama dengan Ibu dari Galvin tersebut.
"Sudah lama Ibu tidak mengunjungi cafe mu, kelihatannya pengunjung cafe semakin banyak saja" Ujar Arini memulai pembicaraan.
"Begitulah bu, beberapa bulan kebelakang Marisa memang mengiklankan cafe, mungkin karna itu para pembeli semakin banyak dibanding waktu dulu" Jawab Marisa bercerita.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu membuat obrolan keduanya terhenti sesaat, Marisa menyuruh Karin masuk dan meletakkan teh serta kue di atas meja.
"Silahkan Nyonya, selamat menikmati hidangannya" Ucap Karin dengan ramah.
"Terimakasih, Karin"
"Sama-sama Nyonya, saya permisi kembali ke dapur" Marisa mengangguk dan membiarkan gadis itu berlalu.
"Ayo bu diminum teh dan hidangannya. Kebetulan kue ini adalah menu terbaru yang Marisa buat. Siapa tahu Ibu suka.... " Marisa mempersilahkan Arini untuk mencicipi jamuan yang tersedia.
"Begitukah?? Ibu coba ya" Arini pun mulai mengambil sepotong kue yang baru keluar dari oven, wangi serta bentuknya membuat siapa saja pasti akan tergiur untuk mencoba makanan tersebut.
"Emm.... Ini enak sekali Marisa! Tidak salah Ibu memilih menantu seperti kamu, sudah cantik, pintar, jago masak pula. Beruntung Galvin memiliki istri seperti mu" Serunya.
Senyum Marisa perlahan luntur mendengar hal itu.
Beruntung?? Benarkah Galvin beruntung memilikinya? Andai saja Ibu Arini tahu akan sikap Galvin mungkin tidak akan ada kata beruntung yang terucap.
"Ibu bisa saja, Marisa hanya sekedar hobi memasak saja" Ucap Marisa merendah.
Arini kembali menyeruput teh hangat hingga habis setengahnya, baginya resep sang menantu membuat Arini kecanduan.
"Ibu dengar minggu depan perusahaan Galvin akan merayakan pesta, apa kamu sudah menyiapkan gaun untuk pestanya?? Jika belum Ibu ingin mengajak kamu untuk berkunjung ke butik langganan Ibu, kita cari gaun yang bagus disana" Ajaknya pada Marisa.
"Boleh bu, tapi mungkin Marisa harus melihat jadwal kosong terlebih dahulu. Karna sekarang ini Marisa harus mengurus cafe sampai sore" Ucap Marisa.
"Oh tentu, santai saja marisa. Kita masih punya waktu enam hari lagi, jika kau sedang ada waktu luang langsung telpon Ibu saja ya" Arini memaklumi kesibukan Marisa, maka dari itu ia pun tidak akan memaksa jika memang benar-benar menantunya tidak bisa.
"Oh iya, bagaimana kabar orang tua kamu? Ibu sudah lama tidak bertemu"
"Bunda dan Ayah baik-baik saja bu, tapi beberapa bulan kebelakang Ayah sedang ada proyek di bali jadi mau tidak mau Bunda juga harus ikut menemani" Tutur Marisa bercerita.
"Yahh.... Itulah konsekuensi menjadi seorang istri, kemana pun suami kita pergi kita pun harus mendampingi.
Dulu Ibu juga begitu, saat Papah Galvin masih ada beliau itu suka sekali traveling, mau tidak mau Ibu juga mesti ikut walaupun sebenarnya tugas Ibu pun banyak" Cerita Arini diiringi dengan tawanya.
Marisa mendengarkan cerita Arini, mereka pun saling mengobrol tentang semua hal yang mereka ingin ceritakan sesekali diiringin canda tawa.
Jika ada yang melihat keakraban dua wanita berbeda generasi itu, pasti mereka akan mengira jika Marisa dan Arini adalah Ibu dan anak kandung.
"Sebelumnya maaf ya Marisa jika Ibu mengganggu waktu kerjamu, habisnya ibu bosan di rumah... Devano juga jarang main ke rumah Ibu"
"Sama sekali tidak menganggu kok bu, maaf juga Marisa jarang berkunjung akhir-akhir ini... Devano juga sedang ada ujian di sekolah" Kata Marisa dengan sendu, jujur ia juga sebenarnya sangat merindukan sang mertua. Tetapi beberapa hari ini ia sedang banyak pikiran.
"Makanya kamu cepat-cepat hamil lagi, biar Ibu ada kerjaan di rumah. Devano sudah besar, sudah mulai bosan jika bermain dengan nenek-nenek" Canda Arini.
Marisa terkekeh mendengar gurauan orang tua itu, tetapi dibalik tawanya Marisa jelas merasakan rasa sedih mendengar permintaan Arini.
Bagaimana bisa aku mengandung lagi sedangkan Galvin saja tidak pernah menyentuh ku selama delapan tahun ini.
Marisa tersenyum getir, kecewa karna tidak bisa memenuhi permintaan wanita disebelah. Tetapi juga tidak bisa berbuat lebih.
"Marisa minta doa nya saja bu, kalau Tuhan mempercayai Marisa untuk hamil lagi Marisa pasti akan langsung memberitahu Ibu" Ucap Marisa beralasan, ia tidak tahu harus berkata apa. Biarlah ia menutup semua kenyataan yang ada daripada membuat Arini sedih dan kepikiran.
"Pasti Ibu do'akan, Ibu sudah tidak sabar menimang cucu lagi. Semoga cucu ibu secepatnya tumbuh disini" Arini mengelus perut rata Marisa penuh kasih sayang dan harap, tak ada lagi yang membahagiakan di usia tuanya, setelah kepergian sang suami fokus arini hanya pada Devano seorang.
Mata Marisa berkaca-kaca saat tangan halus itu mengelus pelan perutnya, hatinya mendadak bergetar hebat. Sesuatu yang membuat Marisa sebenarnya sakit dan merasa tertekan.
Bukan hanya Devano yang menjadi alasan terberat bagi Marisa, namun kini mertuanya pun menjadi hal yang membuat Marisa menimang keputusannya seribu kali.
"Loh kamu menangis, nak?" Ucap Arini tekejut, dirinya seketika panik saat melihat mata Marisa menggenang.
"Ya ampun Marisa Ibu minta maaf jika ucapan Ibu menyakiti mu, Ibu tidak bermaksud menyinggung mu. Maafkan Ibu nak.... "
Marisa menggeleng cepat, tenggorokan nya tercekat karna menahan tangisan.
"Jangan menangis Marisa... Lupakan perkataan Ibu tadi jangan diambil hati ya. Maafkan Ibu" Arini beralih mengusap air mata Marisa, ia begitu menyesal mengatakan keinginan nya.
"Bukan itu bu........ Hiks....... "
Marisa sudah tidak kuat menahan sesak di dadanya, ia pun lalu memeluk tubuh Arini dan menangis dipelukan wanita paru baya tersebut.
"Hiks............. Marisa minta maaf bu....... Hiks... Maaf Marisa membuat Ibu kecewa...... "
"Tidak sayang, kamu tidak salah apapun. Kamu wanita baik, kamu sama sekali tidak membuat Ibu kecewa" Diusap nya rambut panjang sang menantu, mencoba menenangkan Marisa.
Sedangkan Marisa masih terus menangis hingga tersedu-sedu, emosi di dalam jiwanya tiba-tiba saja membludak dan membuat Marisa tidak bisa mengontrolnya.
Maafkan Marisa bu, tapi mungkin nanti Ibu akan kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
kisah hidup Marisa yang menyakitkan dan menyedihkan banget 🤧🤧🤧
2023-09-10
0
Zainab ddi
😭😭😭delapan tahun dicuekin Bu gimana mau hamil
2022-09-28
0
Desty Loey
galvin normal pa ngag sih, moso istri cantik seksoy di anggurin smp 8 thn...🤯
2022-07-13
0