Di kamar Marisa baru saja mengganti pakaian santainya dengan kimono tidur, ia ingin tidur lebih cepat karna Galvin sudah pulang dan pasti akan membuat mereka canggung jika salah satu dari mereka belum ada yang tertidur.
Marisa pun lantas berjalan ke arah kasur yang hendak ia tiduri, baru saja Marisa merebahkan dirinya pintu kamar terbuka dan menampakan dua sosok lelaki yang mempunyai wajah hampir sama persis.
"MAMAHHHHHH.........!!!" Teriak Devano sambil melompat ke atas kasur.
"Devano? Kenapa belum tidur sayang?"
"Devano mau tidur disini mah! Papah bilang devano boleh tidur bersama papah mamah" Ucap Devano bersemangat.
"Oh ya? Ya sudah kalau begitu Devano tidur disini yah" Marisa menepuk ranjang bagian tengah memerintahkan devano untuk tidur disana.
Devano menurut dan merebahkan tubuh mungilnya diikuti oleh Marisa yang juga berbaring di atas ranjang besar.
Sedangkan Galvin terlihat sedang berada di kamar mandi mengganti pakaiannya dengan setelan tidur berwarna hitam polos, dua kancing paling atas dibiarkan terbuka dan memperlihatkan dada bidangnya.
Saat ia keluar Galvin melihat Devano sedang bercerita dengan Marisa, pelahan Galvin mendekat dan mulai membaringkan tubuhnya di sisi sebelah kanan Devano.
Hal itu sontak membuat Marisa gugup, biasanya saat tidur Marisa dan Galvin saling membelakangi satu sama lain. Tetapi malam ini karna ada Devano keduanya harus tertidur menghadap ke arah sang anak, tentu saja hal tersebut membuat pasangan itu dilanda kecanggungan.
Sebisa mungkin Marisa berusaha fokus pada Devano, ia tidak mau fokusnya beralih pada Galvin.
"Sekarang teman Devano sudah pindah sekolah, jadi Devano tidak bisa bertemu lagi..." Devano bercerita panjang lebar tentang harinya di sekolah tadi. Ia bercerita jika hari ini teman sekelasnya pindah sekolah ke luar kota.
"Memangnya kenapa teman Devano pindah?? Apa karna pindah rumah?" Tanya Marisa.
Devano menggeleng dan meneruskan ceritanya.
"Teman Devano akan tinggal dengan neneknya di Yogya, tadi sebelum pergi Devano dan yang lainnya mengobrol sebentar di kelas" Lanjut Devano.
"Kenapa lebih memilih tinggal bersama neneknya?" Sambung Marisa penasaran, Galvin pun diam menyimak cerita devano.
"Katanya Ibu dan Ayahnya bercerai"
Blesss.....
Mendengar cerita Devano, Galvin dan Marisa langsung terpaku dibuatnya. Meski cerita orang lain akan tetapi rasa sakitnya berhasil masuk ke relung hati mereka masing-masing.
"Bercerai itu apa sih pah?" Tanya Devano dengan polos. Kini dirinya beralih pada Galvin yang sedari tadi membisu.
Galvin seketika gelagapan mendapat pertanyaan yang tidak pantas di ucapkan oleh anak seusia Devano.
"Nanti kalau Devano sudah besar Devano pasti akan tau sendiri, sekarang jangan bahas itu lagi sudah waktunya tidur" Kata Galvin mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa tidak kasih tau Devano sekarang saja?"
"Emm.... Papah juga kurang mengerti itu apa" Jawabnya berbohong.
"Ohh..... " Sahut Devano ber-oh ria.
"Sayang kita tidur yu, tidak baik tidur malam-malam... Mamah juga sudah mengantuk" Ajak Marisa yang juga berusaha mengalihkan pembicaraan.
Mau tidak mau Devano akhirnya berhenti bercerita dan mulai tidur di antara kedua orang tuanya.
Melihat Devano yang sudah menutup mata, Galvin dan Marisa secara bersamaan hendak mengelus kepala Devano. Dan tanpa sengaja tangan mereka bersentukan di atas kepala sang anak.
Mata mereka pun dengan refleks saling memandang satu sama lain, Galvin bisa merasakan lengan halus istrinya yang tidak pernah ia sentuh. Seketika tubuhnya serasa tersengat aliran listrik, kulit halus Marisa seolah menggetarkan aliran darah Galvin.
Tak mau berlama-lama dalam posisi seperti ini, Marisa pun menarik lengannya dan merubah posisi tidurnya menjadi terlentang.
"Maaf... " Seru Marisa.
Galvin tak menghiraukan permintaan maaf Marisa, wanita itu tidak salah bahkan sebenarnya wajar bagi mereka saling menyentuh apalagi hanya sekedar berpegangan tangan.
Galvin pun ikut merubah posisinya seperti Marisa, kini suasana kamar dengan sekejap hening tak bersuara. Hanya terdengar hembusan nafas halus Devano yang menandakan jika lelaki itu sudah tidur dengan pulas.
Hening...
Hening...
Hening...
Semakin lama semakin senyap saja dirasanya, suara hewan malam yang biasanya selalu berkicau kini hilang entah kemana.
Marisa dan Galvin sibuk menatap langit-langit kamar sembari bergumam dalam hati dengan pikirannya masing-masing.
"Minggu depan ulang tahun perusahaan" Seru Galvin membelah keheningan.
Marisa masih diam mendengarkan seruan dari suaminya.
"Pukul delapan malam, di hotel Venoric..." Sambung nya.
Hening...
Hening...
Tak ada kata yang keluar dari bibir Marisa, wanita tersebut hanya mendengarkan dengan seksama. Ia tahu Galvin memberi informasi itu untuk mengajaknya ke pesta ulang tahun perusahaan, setiap tahun Marisa selalu hadir di pesta tersebut bagaimana pun statusnya adalah istri Presdir, Marisa tahu apa yang harus ia lakukan.
Diam-diam Galvin menunggu jawaban dari Marisa, ia tahu Marisa masih belum tidur. Tetapi wanita cantik itu seperti nya enggan untuk bersuara.
Lantas Galvin pun menutup matanya, lagipula ia memang tidak bertanya, pantas jika Marisa tidak menjawab. Apa yang ia harapkan??
***
Keesokan harinya ketiga sahabat galvin yaitu Alex, Hardin, dan Bima berkunjung ke perusahaan Emerson Group.
Sudah lama mereka tidak bertemu, Galvin terlalu sibuk dengan perusahaan nya, tetapi kali ini mereka ingin bertemu dengan sang sahabat dan lagi ada yang ingin mereka katakan.
"Bro, beberapa hari lalu kami berkunjung ke cafe istrimu" Ujar Alex pada Galvin.
"Lalu?" Tanyanya sembari menyeruput kopi hitam.
"Lalu....... Kami melihat istrimu dengan pria lain"
Deg!
Seketika hisapann Galvin terhenti saat mendengar kata itu.
Matanya langsung menatap wajah Alex dengan raut terkejut.
"Kalian melihatnya....?"
Mereka mengangguk pelan, ketiga pria itu pun was-was melihat perubahan ekspresi Galvin. Mereka khawatir Galvin marah mendengarnya.
"Tapi saat kami tanya dia menjawab pria itu adalah rekan bisnis nya" Tambah Hardin.
Galvin terdiam sebentar, dirinya bertanya-tanya apakah pria yang sabahatnya lihat adalah pria yang sama yang Martin katakan?
"Kalian tahu siapa pria itu?"
"Namanya Abrian, pemilik stasiun televisi ternama. Istrimu sedang bekerjasama untuk mengiklankan cafe nya" Jawab Bima kali ini.
"Apa kau juga tahu?" Ucap Alex berbalik tanya.
Galvin menghela nafas panjang, ia meletakkan gelas dan menyadarkan punggungnya di sofa.
"Tidak, aku belum tahu siapa pria itu"
Alex, Hardin, dan Bima bisa saling pandang satu sama lain. Mereka tahu pasti Galvin sedang dilanda kekhawatiran memikirkan hal itu.
"Jika kau ingin tahu siapa pria itu lebih baik kau undang saja ke pesta ulang tahun perusahaan mu, dengan begitu kau bisa mencari alasan yang masuk akal untuk bertemu dengannya tanpa bermaksud mencurigai" Jelas Hardin memberi saran.
Galvin pun membenarkan ucapan Hardin, itu sebuah rencana yang bagus agar dirinya tahu siapa pria yang sedang dekat dengan Marisa. Ia juga ingin tahu bagaimana interaksi Marisa dan lelaki bernama Abrian di pesta nanti. Apakah memang mereka sangat dekat atau tidak, Galvin akan mencari tahu nanti.
"Baiklah, akan aku undang pria itu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
seruu ktmu rival😂😂😂😂😂
2023-03-04
0
Riska Wulandari
ehhhh tiga pria lemes ternyata...
2022-08-08
0
Pia Palinrungi
makax aneh ada keluarga begitu kok nggak pnah interaksi gitu...apa galvin siotong mati yah..
2022-07-02
0