Salah Paham Lagi

Alex, Hardin, dan Bima membawa Marisa ke meja yang jauh dari sana.

Setelah dirasa keberadaan mereka sudah tak terlihat oleh Abrian barulah ketiga pria tampan itu melepas cekalan Marisa.

"Ada apa ini? K-kenapa kalian menarik ku??" Tanya Marisa kebingungan.

"Sudah dudukan dulu" Suruh Bima sembari menurunkan bahu Marisa agar perempuan itu diam di tempat.

"Tapi kenapa??" Tanya Marisa penasaran.

Alex, Hardin, dan Bima langsung menginterogasi istri sahabatnya yang menurut mereka harus menjelasan sesuatu yang penting.

"Marisa katakan yang sebenarnya siapa pria itu?!" Desak Hardin pada Marisa.

"Bukankah aku sudah katakan tadi jika dia rekan bisnis ku?"

"Ya, kami tahu. Tapi bukan itu yang ku tanyakan, maksudku hubungan yang lainnya" Jelas Hardin meluruskan perkataan nya.

"Hubungan lainnya?"

Marisa mencoba mencerna ucapan lelaki ini, ia sangat heran karna tiba-tiba saja ketiga sahabat suaminya tersebut melontarkan pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya dan juga Abrian.

Marisa masih belum paham sangking dibuat terkejut oleh tingkah laku pria didepannya ini.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kalian maksud" Sergahnya.

"Ck, jangan berpura-pura polos Marisa!

Katakan, apa kau memiliki hubungan spesial dengan pria bernama Abrian itu?" Desak Alex kali ini.

Marisa seketika membelalakkan matanya lebar-lebar saat otaknya mulai terkoneksi dengan pikiran ketiga lelaki ini.

"J-jadi kalian menuduh ku mempunyai hubungan lebih dengan Abrian?!" Sahut Marisa tak percaya.

"Ya, tepat sekali! Sekarang katakan dengan sejujur jujurnya" Paksa Alex.

Marisa memijit pangkal hidungnya mendengar tuduhan mereka, selama setahun berkenalan dengan Abrian hanya saat inilah ia dituduh memiliki hubungan lebih dengan lelaki pemilik perusahaan status televisi tersebut.

Dan anehnya justru ketiga sahabat Galvin lah yang mencurigai Marisa padahal mereka baru pertama kali melihat kebersamaannya dengan Abrian.

"Kalian tahu aku sudah memiliki suami kan, tidak mungkin aku selingkuh dengan lelaki lain" Tutur Marisa mengoreksi.

"Justru karna itu Marisa!

Kau sudah memiliki suami jadi kau tidak boleh berdekatan dengan pria asing! Bagaimana kalau Galvin tau?!!" Protes Bima dengan nafas yang memburu.

Alex dan Hardin yang melihat itu langsung mencoba menenangkan sahabatnya dengan mengelus dada serta punggung Bima.

"Sabar bro.... Sabar..... "

"Hah..... Hah.... Hah..... O-oke tadi aku terlalu terbawa suasana, maaf.... "

Marisa lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sifat tiga orang yang bersahabat itu.

"Lagipula jika Galvin tahu dia tidak akan peduli" Lirih Marisa.

"Hah?? Apa maksudmu?!" Ucap ketiganya serempak.

"Kalian pasti mengerti maksud ucapanku, kalian sahabatnya biasanya sabahat yang paling tahu dibanding yang lain.

Sudahlah, aku harus kembali bekerja. Kalian lanjutkan saja aktivitas kalian, aku permisi... "

Marisa lantas pergi meninggalkan para lelaki yang masih diam dengan sejuta pertanyaan.

***

Di tempat berbeda Galvin nampak sedang sibuk dengan pekerjaannya, tangannya dengan lihai mengutak-atik keyboard laptop sembari pandangan yang tetap fokus pada layar monitor.

Hari ini ia lebih bersemangat menjalankan aktivitas, mungkin karna sebelum pergi ke kantor ia terlebih dahulu mengantar Devano ke sekolah yang mana membuat Galvin selalu menatap senyuman sang putra membuat suasana hatinya pun ikut meningkat.

Disaat Galvin tengah fokus pada pekerjaannya tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar sana.

Ia pikir itu adalah sekertaris Jenn atau Martin yang mengetuk sehingga Galvin pun menyuruh orang tersebut masuk.

Tetapi dugaannya meleset, bukan sekertaris Jenn ataupun Martin yang membuka pintu melainkan sang office girl lah yang masuk.

Galvin mengernyitkan alisnya heran, sebab ia tak menyuruh siapapun untuk memanggil cleaning servis ke ruangannya.

"Kau? Siapa yang menyuruhmu kesini?" Tanya Galvin dengan nada tidak bersahabat.

Nirmala merasa dagdigdug mendengar kata-kata tajam yang keluar dari mulut Galvin, tetapi ia tetap tersenyum sembari membawa secangkir kopi di tangannya.

"Maaf Tuan, s-saya hanya ingin membawa kopi untuk Anda" Jawab Nirmala gugup.

"Kopi? Siapa yang menyuruhmu membuatkan kopi untukku? Aku tidak memintanya" Sahut Galvin ketus.

"S-saya hanya inisiatif, Tuan"

Seketika Galvin langsung menghentikan aktivitas nya, ia menyandarkan punggung tegak itu di sandaran kursi dan menatap nyalang Nirmala.

"Sepertinya kau tidak tahu peraturan di perusahaan ini!"

Sontak Nirmala menjadi gemetar dibuatnya, bukannya menerima kopi yang di suguhkan Galvin justru melontarkan kata-kata tajam pada Nirmala.

"Tidak ada yang boleh masuk ke ruangan ku tanpa seizin ku kecuali sekertaris dan asisten ku!" Ucap Galvin penuh penekanan.

Nirmala hanya bisa berdiri sambil membisu seribu kata, sungguh bukan ini yang dia inginkan.

"Jika kau ingin memberi sesuatu atau memberitahu apapun katakan dulu pada sekertaris Jenn! Sekarang aku tanya, kenapa kau bisa lancang mengetuk pintu ruangan ku? Kemana sekertaris jenn kenapa membiarkan mu kemari?"

Mata Nirmala membola kala mendapatkan pertanyaan itu, tenggorokannya tercekat sehingga membuatnya sulit untuk menjawab.

"Kenapa diam?! Jika kau tidak menjawab maka aku juga akan memberi sekertaris Jenn hukuman"

"J-jangan Tuan! S-saya minta maaf... I-ini salah saya, sekertaris Jenn tidak salah. Dia sedang ke toilet dan saya pun datang kemari, maafkan saya Tuan... Saya minta maaf... " Ucap Nirmala memelas meminta permohonan.

Galvin berdecak, entah benar atau tidak maksud dari wanita ini tapi Galvin benar-benar dibuat kesal.

Ia paling tidak suka ada orang asing lancang mengganggu konsentrasi nya dalam bekerja kecuali ada hal penting yang berkaitan dengan pekerjaan itu pun harus melalui sekertaris Jenn terlebih dahulu.

"Maaf Tuan...

Sebenarnya saya juga ingin berterimakasih pada anda untuk bunganya" Tambah Nirmala.

"Bunga??" Gumam Galvin.

"I-iya Tuan, saya ingin berterima kasih atas bunga yang waktu itu saya ambil" Lirih Nirmala malu-malu, pipinya kian berubah dan mengeluarkan semburat merah.

"Kau masih membicarakan bunga itu?? Heuh... Memang kau pantas mendapatkan nya" Ujar Galvin.

Perkataan Galvin justru disalah artikan kembali oleh Nirmala, perempuan tersebut mengira jika Galvin memang bermaksud memberikan bunga itu dari awal untuknya.

Sedangkan Galvin berkata demikian karna memang Nirmala pantas mendapat bunga yang ingin dia buang, sebab wanita itu memang bertugas membuang barang tak terpakai.

"Pergilah... Dan bawa kembali kopi itu, aku sedang tidak ingin meminumnya!" Perintah Galvin dengan tegas.

"Ba-baik Tuan, tidak apa jika tuan sedang tidak ingin minum kopi. Kalau begitu saya permisi. Sekali lagi saya minta maaf Tuan..." Nirmala pun keluar dari ruangan Galvin dengan senyum yang lebih mengembang dari pada sebelumnya.

Nirmala memegang dada kirinya yang berdegup kencang sampai-sampai ia merasa jika jantungnya akan lepas, meskipun kopi yang ia buat tidak di minum tetapi hatinya sangat berbunga-bunga mengingat perkataan Galvin.

Memang pantas? Pantas pula kah untuk menjadi pendampingnya??

Terpopuler

Comments

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

Nirmala ini makhluk sejenis apa guys?! nyebelin banget

2024-04-22

1

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

iya nih Marisa pura2 polos... kalau cuma rekan ngapain tengah malem VC ucapin ultah pake acara tiup lilin juga, hadeeeh

2024-04-22

0

Endach Sukma

Endach Sukma

q sebagai perempuan merasa lalu, klo beneran ad spesies perempuan seperti Nirmala itu 🤦🏼‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-10-20

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!