Cemas

"Mohon maaf Nyonya, saya sudah tanya kepada semua teman Tuan Devano tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui nya" Ucap supir pribadi Devano.

Marisa semakin dibuat panik, ia tak henti-hentinya berjalan kesana kemari sampai membuat para pembantu ikut pusing melihatnya.

"Lalu kita harus cari tahu kemana lagi? Ini sudah hampir jam setengah enam sore aku takut terjadi sesuatu pada Devano" Ujar Marisa cemas.

Pasalnya saat Pak Anwar sang supir pribadi Devano menjemput Devano, anak itu sudah tak ada di sekolah, para guru pun tidak ada yang melihat Devano semenjak keluar dari kelas.

Teman sebangku Devano mengatakan jika dirinya hanya melihat Devano menunggu jemputan di gerbang sekolah sebelum dia pulang.

Pak Anwar sudah blingsatan karna takut jika majikan kecilnya tersebut kenapa-napa, jika benar terjadi sesuatu pada Devano maka ia pun pasti mendapat amarah dari Galvin dan kemungkinan besar adalah di pecat dari pekerjaan ini.

Pikiran Marisa sudah kacau membayangkan yang tidak tidak, sebelumnya Devano tidak pernah seperti ini. Untuk ikut pulang bersama temannya saja Devano selalu menolak, lalu sekarang kemana anak itu??

"Nyonya duduklah dulu, kami yakin Tuan Devano pasti akan ditemukan" Tawar salah satu pelayan disana.

"Benar Nyonya, saya janji akan menemukan Tuan Devano sampai ketemu. Ini kesalahan saya Nyonya, saya minta maaf... " Lirih Pak Anwar

Baru saja Marisa hendak menjawab tiba-tiba saja suara teriakan dari luar sana menggema ke seluruh ruangan. Membuat semua orang yang berada disana menatap ke arah sumber suara.

"Mamah Devano pulanggg.......... " Teriak Devano sambil berlari ke arah sang Ibu.

"Devano???" Ucap Marisa tak percaya.

Marisa langsung memeluk tubuh Devano yang seharian ini telah membuatnya khawatir.

Tangis Marisa seketika pecah saat memeluk tubuh putranya, sedangkan Devano dan Galvin dibuat bingung dengan situasi ini.

Semua para pelayan dan juga supir merasa lega dengan kedatangan Devano yang ternyata pulang bersama Galvin, mereka sama sekali tidak kepikiran jika bocah ini akan datang bersama Ayahnya, karna mereka semua tahu jika Galvin tidak pernah mengantar maupun menjemput Devano apalagi sampai pulang sore hari.

"Hiks... Kamu kemana saja nak.... Hiks... Mamah khawatir...... "

Namun Devano hanya membisu sangking terkejut karna Marisa tiba-tiba saja menangisinya.

"Mamah kenapa?" Tanya Devano terheran-heran.

Tidak ada jawaban dari Marisa, tubuh wanita itu mendadak melemah dan hampir ambruk.

"Mahhh..... Berattttt.......!!!" Teriak Devano tak kuasa menahan tubuh sang Ibu.

"Astaga Nyonya....!!"

Melihat itu Galvin dengan sigap maju dan menahan tubuh istrinya, Galvin tau jika Marisa pasti sangat syok akan ketiadaan Devano siang tadi, ini semua salahnya yang tidak memberitahu dari awal jika ialah yang menjemput Devano saat pulang sekolah

"Kau masih bisa mendengar suaraku?" Tanya Galvin pada Marisa.

Tubuh lemah Marisa mengangguk pelan.

"Kalian bawalah Devano ke kamarnya" Perintah Galvin.

"Baik, Tuan" Dengan segera mereka menuntun Devano ke dalam kamar bocah kecil tersebut.

Sedangkan Galvin menggendong tubuh Marisa dan membawanya ke dalam kamar, hal ini adalah kali pertama Galvin melakukannya, saat awal pernikahan pun Galvin tak pernah merasakan moment romantis seperti ini.

Meskipun yang sedang dia lakukan sekarang bukan termasuk adegan romantis tetapi hal tersebut sukses membuat jantungnya berdebar tak karuan.

Galvin membawa Marisa ke dalam kamar dan dibaringkan nya di atas ranjang tempat mereka tertidur.

Marisa memegang dada kirinya yang masih terasa sakit akibat peristiwa tadi, tak dipungkiri jika ia sangat takut jika Devano diculik seperti yang ada dalam pikirannya. Ibu mana yang tidak takut ketika anaknya menghilang begitu saja.

Galvin duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah istrinya, hatinya sangat merasa bersalah melihat Marisa yang stress memikirkan Devano sampai-sampai perempuan ini hampir pingsan dibuatnya.

"Aku minta maaf.... " Lirih Galvin hampir tak terdengar.

Marisa seketika sadar akan keberadaan Galvin, sesaat Marisa menatap wajah suaminya namun tak lama ia pun memalingkan pandangan.

"Aku tau kau sedang mencoba memperbaiki hubungan mu dengan Devano, tapi tidak seperti ini caranya. Seakan-akan kau menganggap jika aku tidak memperdulikan anakku sendiri dengan tidak memberitahu dimana keberadaan Devano" Sembur Marisa dengan kata-katanya.

Galvin sontak membulatkan matanya, ia sama sekali tidak bermaksud demikian. Hatinya terlalu bahagia sampai-sampai melupakan hal seperti ini. Sumpah Demi apapun Galvin tidak pernah berpikir seperti yang dikatakan oleh Marisa.

"Tidak Marisa! Jangan berasumsi seperti itu" Bantah Galvin.

Namun Marisa hanya diam dengan kekesalannya.

"Aku tahu kau khawatir pada Devano tapi semua yang tadi kau ucapkan semuanya salah!" Kini giliran Galvin yang merasa kesal, ia pun bangkit dan keluar dari kamar meninggalkan Marisa yang masih terbaring lemah.

***

Hingga malam menjelang keadaan Marisa sudah jauh lebih baik, ia sudah bisa berjalan sendiri ke ruang makan untuk menikmati ritual makan malam.

Saat ia duduk Devano pun baru keluar dari kamar.

"Mamah sudah sembuh??" Tanya Devano saat ia sudah duduk dikursi.

"Iya sayang... "

"Devano minta maaf ya mah... Kata bibi mamah menagis karna menunggu Devano pulang" Sontak Devano merasa bersalah pada Ibunya.

"Iya tidak apa-apa sayang"

Keduanya pun sudah siap untuk makan malam, akan tetapi Galvin belum juga muncul dan membuat mereka harus menunggu lelaki itu.

Sudah lima menit tetapi lelaki bernama lengkap Galvin Emerson itu tak kunjung menampakkan dirinya, Marisa lantas memanggil salah satu pelayan.

"Bibi...... "

"Iya Nyonya??" Tanya pelayan tersebut sambil berlari menghampiri sang majikan.

"Tolong carikan Galvin dan bilang jika kami sudah siap makan malam" Pintanya.

"Maaf Nyonya, tadi Tuan berpesan tidak akan makan malam dulu" Ucap pelayan tersebut.

"Tidak akan makan malam? Kenapa?" Tanya Marisa bingung.

"Entahlah Nyonya, Tuan tidak memberitahu saya"

"Ya sudah, tidak apa-apa"

Sang pembantu pun kembali ke belakang membiarkan Marisa dan Devano melanjutkan makan malam mereka.

Seusai makan malam selesai Marisa masih tak melihat batang hidung Galvin, ia merasa Galvin marah padanya atas kejadian tadi.

Apa Galvin benar-benar sakit hati atas tuduhan Marisa?? Seketika Marisa merasa bersalah atas ucapannya. Mungkin memang benar Galvin tidak bermaksud untuk tidak memberitahu Marisa tentang keberadaan Devano, mungkin Marisa lah yang terlalu cemas sampai menuduh Galvin yang tidak tidak.

Marisa lantas mulai mencari keberadaan sang suami, dirinya mulai menelusuri ke ruangan kerja Galvin tetapi tidak ada siapa-siapa disana.

Dikamar Devano pun hanya ada bibi yang sedang menemani Devano belajar, Marisa lalu keluar dan mencari Galvin ke setiap sudut rumah.

Hingga di taman belakang Marisa melihat seorang pria yang tengah duduk di kursi taman sambil menyesap sebatang rokok.

Langkah Marisa memelan saat memasuki taman tersebut, jari-jemari nya saling meremass satu sama lain seakan menyalurkan rasa gugup di hatinya.

Langkah kaki Marisa berhenti dari jarak satu meter dari bangku yang diduduki Galvin.

Tenggorokannya tercekat untuk berbicara, kejadian di kamar tadi membuat Marisa malu untuk mengeluarkan suaranya.

Tetapi sungguh, hatinya merasa sakit karna telah menuduh lelaki didepannya ini.

Untuk sesaat Marisa hanya manatap lelaki itu dengan perasaan gundah.

Terpopuler

Comments

Zainab ddi

Zainab ddi

gavin.terlalu emisian pusing

2022-09-28

1

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

baru ketemu laki2 sekaku galvin..kenapa sihh nggaknada yg mau mulai menyuarakan hati mereka...biar lebih terbuka

2022-07-02

0

Siti Muhtarom

Siti Muhtarom

sebenar nya mereka saling cinta cuma terlalu besar ego mereka untuk mengakuinya🤨🤨

2022-06-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!