Sesaat ruangan menjadi hening kala keduanya tak mengeluarkan suara sepatah kata pun.
Kecanggungan kian melanda dua orang disana, Galvin maupun Marisa sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Hening
Hening
Hening
Sampai dimana Galvin pun bertanya.
"Ada urusan apa kau kemari?" Seru Galvin membelah keheningan.
"Aku hanya ingin bilang jika Devano mencarimu.
Setiap hari dia menanyakan keberadaan Ayahnya" Sahut Marisa berkata.
Galvin menghembuskan nafas kasar, ia pikir Marisa kemari untuk menanyakan kenapa dirinya tidak pulang. Tetapi jawaban Marisa tidaklah sesuai dugaan Galvin.
"Bilang saja jika aku sedang sibuk" Ujar Galvin ketus.
"Tapi... Aku sudah mengatakan jika hari ini kau akan pulang.
Sebaiknya, sore ini kau pulanglah terlebih dulu..." Lirih Marisa.
"Aku benar-benar sedang sibuk, aku akan pulang tapi tidak hari ini!" Galvin tetap kekeuh dengan pendiriannya, ia masih kesal dengan kejadian tempo hari dan kini dirinya semakin kesal tatkala Marisa berkunjung bukanlah untuk menanyakan keberadaannya.
Secuil kobaran api tiba-tiba saja muncul dan membuat Marisa berani untuk berbicara pada Galvin, penolakan Galvin untuk pulang bertemu dengan Devano menimbulkan amarah Marisa pada lelaki itu
"Aku mohon untuk kali ini Galvin, sesekali kau harus memperhatikan Devano. Dia masih butuh perhatian dari kedua orang tuanya, banyak rasa sakit yang dia rasakan selama ini..!"
Kata-kata Marisa sontak membuat Galvin menoleh dan menatap tajam ke arah istrinya.
"Apa maksudmu?!"
"Banyak yang tidak kau ketahui tentang Devano, selama ini dia memendam seribu pertanyaan yang sering bermunculan di otaknya.
Dia bertanya padaku kenapa kau tidak pernah mengantarnya ke sekolah seperti teman-temannya yang lain, saat tidur pun dia selalu bertanya kenapa kau tidak pernah ada dan membacakan dongeng layaknya seorang ayah pada umumnya.
Sesibuk apapun kau dalam pekerjaan mu setidaknya pikirkanlah Devano! Sudah berbagai alasan aku lontarkan padanya agar ia bisa mengerti akan dirimu, dan sekarang aku sudah kehabisan kata-kata" Ucap Marisa dengan nafas yang memburu, untuk pertama kalinya ia memperlihatkan kekesalannya di hadapan Galvin, tak dipungkiri jika hatinya ikut sakit saat berbicara.
Mendengar itu Galvin seperti mendapat tamparan keras, tubuhnya membeku disertai dengan hatinya yang seakan tertusuk ribuan panah tajam.
Devano...
Benarkah selama ini ia sudah membuat anaknya sendiri terluka tanpa galvin sadari???
Tetapi memang Galvin akui selama ini dirinya terlalu fokus pada pekerjaan sampai-sampai membuat Galvin lupa akan semua termasuk pada putra semata wayangnya itu.
"Aku tidak pernah meminta apapun darimu, tapi kali ini aku minta tolong untuk lebih memperhatikan Devano. Dia masih membutuhkan sosok Ayah" Ucap Marisa yang terdengar bergetar menahan tangisan.
Marisa menarik nafas panjang untuk menguatkan batinnya, ia tak mau jika Galvin melihat dirinya menangis. Ia harus tetap terlihat kuat dihadapan pria ini.
"Pulanglah sore ini Galvin... Devano menunggumu" Setelah berkata demikian Marisa pun berlalu dari sana meninggalkan Galvin yang menatap sendu kepergiannya.
Marisa berjalan hendak masuk ke dalam lift, dan saat ia sudah masuk dirinya berpapasan dengan wanita berbaju biru yang juga ikut masuk ke dalam lift yang di tumpangi nya.
Nirmala nampak terkejut melihat Marisa disana, ia pun masuk dan berdiri di samping istri boss nya.
"Mau ke lantai berapa?" Tanya Marisa ramah.
Nirmala terlonjak dan spontan menoleh, matanya seketika terpana melihat wajah Marisa dari dekat.
Kulit putih, mulus, mata bening, serta hidung yang mancung benar-benar membuat Nirmala mengakui kecantikan wanita didepannya.
"Hah apa?? O-oh... K-ke lantai satu, Nona" Jawab Nirmala gugup.
Marisa lantas menekan angka satu dan lift pun bergerak turun ke bawah.
Ekor mata Nirmala sesekali melirik ke arah Marisa, di dalam hatinya Nirmala berusaha menebak apa yang kurang dari perempuan di sampingnya tersebut.
Selain cantik Marisa juga ramah, tetapi kenapa Galvin masih mencari perhatian gadis lain?? Apa mungkin semua karakter orang kaya memang tidak betah pada satu orang saja?
Tapi yang semakin jadi pertanyaan Nirmala adalah kenapa Galvin justru seolah mencari perhatiannya? Padahal ia hanya seorang office girl di kantor, meskipun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Pikir Nirmala.
Ting!
Sesampainya di lantai satu lift pun terbuka lebar, Marisa langsung keluar dan pergi dari kantor suaminya. Sedangkan Nirmala kembali pada tugasnya.
...~MARISA~...
***
Siang itu kelas Devano sudah selesai menjalankan kegiatan belajar mengajar, begitu pun semua kelas yang nampak bubar saat bell sekolah berdenting dengan keras.
Devano dan teman-teman nya terlihat keluar dari kelas sambil bergandengan tangan layaknya anak sekolah pada umumnya.
Sebagian teman-teman Devano ada yang di antar pulang oleh mobil sekolah, sebagian lagi diantar oleh keluarganya. Devano yang masih kelas dua SD belum berani ikut pulang menaiki mobil sekolah bersama teman sebayanya.
Ia lebih memilih menunggu sang supir untuk menjemputnya pulang.
Di gerbang sekolah teman Devano sudah di tunggu oleh salah satu orang tuanya, dengan terpaksa ia pun harus pulang terlebih dahulu.
"Ayahku sudah datang aku pulang dulu ya Devano, dadahhh...." Pamit bocah itu pada Devano.
"Dadahhh...... " Keduanya pun saling melambaikan tangan.
Dari kejauhan Devano bisa melihat sang kerabat yang berlari ke arah pria dewasa yang sedang merentangkan tangan.
Devano hanya bisa melihat kehangatan itu tanpa bisa melakukan apa-apa, meskipun hatinya sangat ingin merasakan hal yang sama.
Tanpa Devano sadari ternyata seseorang yang berdiri di sebuah mobil hitam sudah menunggunya sedari tadi.
"Devano...!!" Panggil pria itu.
Devano yang merasa terpanggil pun menoleh dan berteriak dengan sangat gembira.
"PAPAHHHHHHH.............!!!"
Devano berlari cepat ke arah Galvin sambil merentangkan kedua tangannya hendak memeluk sang Ayah.
Sama halnya dengan Galvin, ia berjongkok guna mensejajarkan tinggi badannya dengan sang anak.
Brukkk....!
Devano dan Galvin berpelukan saling berpelukan satu sama lain, Devano memeluk leher Galvin sedangkan Galvin mendekap tubuh kecil putranya.
"Papah kok disini? Memang papah tidak kerja?" Tanya Devano saat pelukan itu melonggar.
"Papah sedang istrahat, jadi papah kesini untuk menjemput kamu. Kamu senang?"
Devano mengangguk senang, ia kembali memeluk Galvin dengan erat.
"Devano senang pah..! Devano ingin papah menjemput Devano setiap hari" Ungkapnya pada Galvin.
Untuk pertama kalinya Galvin merasakan sesuatu yang berbeda, hatinya bergetar hebat tatkala melihat senyuman bocah kecil itu mengembang dengan sempurna.
Semua rasa lelah Galvin seakan hilang begitu saja entah kemana.
"Kalau begitu ayo papah antar kamu pulang" Galvin lalu bangkit berdiri.
"Devano tidak mau pulang, pah" Tolak nya pada sang papah.
Galvin mengernyitkan alisnya mendengar penolakan devano.
"Kenapa tidak mau pulang?"
Devano menggeleng sambil berkata. "Devano ingin ikut ke kantor papah, kalau di rumah Devano tidak ada teman" Ungkapnya lagi.
"Baiklah, ayo kita ke kantor papah sekalian mampir ke restoran untuk membeli makan siang mu" Ucap Galvin kemudian menggendong sang putra dan membawanya masuk ke dalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Zalea Lea
kepedean nya ngalahin gw anjay🤣
2024-09-18
0
Anisatul Azizah
panggil NYONYA, dasar OG gak tau diri
2024-04-22
0
Elisanoor
Malaaaa malaaaaa,ngaca oy 😆
2023-10-21
0