Kedatangan Marisa

Dua hari kemudian Marisa dibuat kalang kabut karna sudah dua malam Galvin tak pulang ke rumah.

Devano sudah sering menanyakan kabar Ayahnya namun Marisa hanya bisa beralasan jika Galvin sedang sibuk bekerja hingga membuat pria itu tak bisa pulang.

Tapi Marisa sendiri pun bertanya-tanya apa alasan sebenarnya Galvin tak kunjung pulang, apa terjadi masalah di perusahaan atau ada hal lain? Marisa sendiri pun tak tahu.

"Mah kapan papah pulang?" Tanya Devano disela-sela sarapan mereka.

Marisa menelan makanannya dengan susah payah, pertanyaan itu lagi-lagi muncul dari bibir putranya.

"Mungkin hari ini papah akan pulang sayang, kita tunggu saja ya.... "

"Benarkah?? Devano tidak sabar menunggu papah pulang, Devano ingin menunjukkan lukisan Devano mah" Ucap bocah kecil itu.

"Iya sayang, sekarang kita habiskan dulu sarapannya ya biar mamah yang antar kamu ke sekolah hari ini" Kata Marisa mengusap membuat rambut Devano penuh kasih sayang.

"Baik, mah"

Mereka pun melanjutkan sarapan sampai selesai, setelah itu barulah Marisa mengantar putranya ke sekolah menggunakan mobil pribadi.

Marisa juga sering mengantar Devano ke sekolah, meskipun Devano memiliki supir untuk mengantarnya kemana pun Devano pergi tetapi Marisa tak mau acuh begitu saja.

Di sepanjang perjalanan Devano terus mengoceh sambil bercerita tentang teman-temannya di sekolah, inilah yang membuat Marisa takut kehilangan sosok sang anak.

Keceriaan yang selalu Devano tampilkan perlahan pasti akan hilang jika suatu saat nanti ia memutuskan untuk pergi.

"Mah... "

"Iya sayang? Kenapa?" Tanya Marisa sesekali menoleh pada sang putra sambil tetap fokus menyetir.

"Teman sebangku Devano setiap hari diantar oleh papahnya ke sekolah, tapi kenapa papah tidak pernah mengantar Devano?"

Blesss......

Pertanyaan Devano sukses menyayat hati Marisa, fokusnya mendadak buyar saat itu juga.

Kenapa pertanyaan itu membuat hatinya benar-benar sakit?? Jika Marisa saja merasa perih mendengar nya bagaimana dengan Devano? Pasti bocah polos itu pun merasakan yang lebih sakit.

"Devano ingin diantar papah ke sekolah?" Tanya Marisa.

Devano langsung menoleh dan mengangguk antusias.

"Iya mah, Devano mauuu.... "

"Baiklah, nanti mamah minta papah untuk mengantar Devano ya"

"HOREEEEEE............!!" Sangking tak bisa menutupi rasa bahagianya Devano langsung berteriak dengan kencang membuat Marisa tersenyum menutupi rasa sedihnya.

***

Sesudah mengantar Devano ke sekolah Marisa tak langsung berangkat ke cafe, ia membelokkan kemudi nya ke arah perusahaan Galvin.

Saat ini Marisa merasa perlu bicara serius dengan lelaki itu, apalagi ini menyangkut Devano. Bagaimana pun Galvin Ayah dari anak itu.

Dan disinilah Marisa berada, Marisa menanggahkan kepalanya menatap gedung tinggi yang sudah lama sekali tak ia kunjungi.

Terakhir kali Marisa ke sini adalah ketika mengantarkan Devano yang baru pulang sekolah dan ingin menemui Galvin, itupun hanya sebentar.

Dan sampai saat ini Marisa tak pernah lagi menginjakkan kaki diperusahaan suaminya.

Sebelum masuk Marisa menarik nafas panjang mencoba memberanikan diri untuk bertemu dengan Galvin yang akhir-akhir ini membuatnya kebingungan akan keberadaan lelaki itu.

Setelah dirasa cukup tenang Marisa akhirnya masuk ke dalam sana.

Penampilan anggun serta kecantikan yang luar biasa seketika membuat orang-orang di dalam sana memandang kagum pada Marisa.

Orang-orang rela berhenti dari aktivitas nya demi memandang bidadari tak bersayap itu, wajah cantik dan manis serta tubuh bak model membuat Marisa layaknya barbie di dunia nyata.

"Cantik sekali.... "

"Aku merasa baru saja melihat malaikat... "

"Cubit aku, aku merasa sedang memimpikan bidadari"

"Ya Tuhan maaf aku telah lancang melihat makhluk sempurna ciptaanmu, akhhh.....cantik sekali...."

"Jika saingannya seperti ini aku yakin tidak akan ada yang berani mendekati boss Galvin"

Bisikan-bisikan para karyawan tak membuat Marisa merasa risih, sudah sering terjadi jika dirinya datang kemari. Justru Marisa malah melontarkan senyum nya pada orang tersebut.

Hal itu pun yang terjadi pada Nirmala, wanita yang tengah membersihkan lantai lobi bersama salah satu rekannya pun ikut dibuat terpana saat Marisa berjalan melewati mereka.

Aroma semerbak saat Marisa melintas seolah menghipnotis indera penciuman mereka berdua.

"Husttt..... Kau lihat kan? Dia adalah istrinya boss kita" Ujarnya memberitahu Nirmala.

Nirmala yang mendengar itu tak bergeming dibuatnya, matanya masih terus menatap punggung Marisa yang menjauh. Ia cukup terkejut mengetahui jika Galvin sudah memiliki seorang istri, ia pikir bossnya itu masing berstatus lajang karna dari awal Nirmala bekerja ia tak pernah mendengar tentang kehidupan pribadi sang atasan.

"Sangat cantik kan??

Hahhh.... Aku jadi berkhayal bagaimana jika aku berada di posisinya, pasti setiap hari aku bisa berdekatan dengan Tuan Galvin yang tampan dan kaya raya" Seru wanita itu lagi.

Melihat Marisa Nirmala jadi teringat bunga milik Galvin, satu pertanyaan pun muncul di benaknya.

Jika Galvin sudah memiliki pasangan lantas kenapa bunga yang dia miliki tidak diberikan saja pada istrinya? Kenapa Galvin justru menyuruhnya untuk membawa bunga itu pergi seolah-olah itu hanyalah sebuah alasan belaka agar Nirmala mau mengambil bunga tersebut.

Tiba-tiba saja Nirmala merasa jika Galvin sedang mencari alasan untuk bisa bertemu dengannya.

Apakah lelaki itu ingin berdekatan dengan wanita lain memakai cara yang berbeda?

Kini Nirmala justru berkhayal lebih tinggi dibanding rekannya.

"Nirmala... Hey... Nirmala!"

"Hah?? I-iya ada apa??"

"Ishh... Kau ini! Aku tau kau pasti terpesona tapi jangan terlalu lama sampai lupa jika sekarang kita sedang bekerja" Protesnya pada Nirmala.

"Ahh... I-iya maaf, ayo kita lanjut lagi bekerja"

***

Di depan pintu coklat bertuliskan 'Ruang Presdir' Marisa berdiri dengan degup jantung yang berdetak kencang.

Sekretaris Jenn sudah mengizinkan Marisa untuk masuk, tetapi ia malah terdiam dan menatap pintu ruangan Galvin.

Jujur Marisa belum siap masuk ke dalam sana, tetapi ada hal yang lebih penting ketimbang memprioritaskan egonya.

Tangan Marisa mulai mengetuk pintu tiga ketukan lalu menempelkan telapak tangannya di handel pintu.

Di putarnya gagang pintu tersebut hingga membuat pintu tersebut terbuka lebar.

Langkah kecil Marisa membawa wanita itu masuk ke dalam ruangan yang sangat luas ini.

Galvin yang sedang mengerjakan laporan kerjanya seketika terpaku mendapati Marisa yang berdiri di ambang pintu.

Bola matanya membesar seakan tak percaya jika Marisa datang ke perusahaan, mata mereka saling memandang satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tatapan Marisa terfokus pada keadaannya suaminya, baju yang selalu melekat rapi kini nampak kusut serta bulu halus di bagian rahang yang mulai memanjang. Hal itu justru membuat Marisa berpendapat jika Galvin sedang dilanda suatu masalah.

Berbeda dengan Galvin yang langsung memalingkan pandangannya, sepintas bayang-bayang di cafe dua hari yang lalu masih membuat hati Galvin panas dibuatnya.

Terpopuler

Comments

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

Thor, apa Nirmala ini akan masuk kehidupan Galvin-Marisa nantinya?? kalau tidak cukup OG gitu aja, g rela aja Marisa sesempurna itu harus bersaing dg dia😔

2024-04-22

0

Elisanoor

Elisanoor

Galvin,lu demen terong terongan kah ? masa ma bini cantik kgk ada hasrat 😆

2023-10-21

2

Elisanoor

Elisanoor

Ye,pede amat lu

2023-10-21

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!