Nia menatap punggung Gael yang sudah berlalu bersama dengan asistennya Daren, rasa kecewa akan sikap Gael yang tak memperdulikan sedikit pun perasaannya yang sudah menyiapkan sarapan dan kopi untuk nya namun diabaikan saja oleh Gael.
"Nia... Mungkin Gael sedang terburu-buru makanya dia tak sempat untuk sarapan hari ini, masih ada hari esok jadi jangan putus asa teruslah berusaha dan bersabar menghadapi sikap dingin Gael kepada mu. " Ucap Mita yang mengerti kekecewaan Nia.
Dan akhirnya sarapan hari ini hanya mereka berdua tanpa adanya Gael. "Nia... Apa kau mau menemani mama bertemu dengan teman arisan mama?" ucap Mita di sela-sela makannya.
"Maaf mah.. Hari ini Nia tidak bisa ikut dengan mama, ada yang harus Nia lakukan hari ini. " Tolak Nia dengan hati-hati.
"Benar kah? apa itu? " tanya Mita lagi.
"Nia hanya ingin keluar sebentar mah, bertemu dengan teman Nia hanya itu tidak ada yang lain. " Terang Nia padahal sebenarnya ia malu jika bertemu dengan teman arisan mama mertuanya itu. Nia belum siap dan takut mempermalukan dirinya sendiri nantinya karena Nia tidak pernah dan tidak tau bergaul dengan orang-orang kaya.
"Baiklah, kau boleh pergi tapi ingat minta ijin lah kepada suami sebelum kau pergi mengerti! " suruh Mita. "Ia mah.. Nia akan memberi tahu Gael sebelum Nia berangkat nanti. " Ucap Nia menuruti saran dari mertuanya itu.
"Dan satu lagi kau keluar harus bersama supir! " tambah Mita sambil meletakkan sendok di piringnya dan meminum minumannya sebelum ia meninggalkan meja makan itu yang dijawab anggukan oleh Nia.
"Pak gus... " panggil Nia mendekati kepala pelayan di mansion itu. "Agus nyonya. " Ucap pak Agus memperbaiki panggilan nyonya mudanya itu.
"Pa gus... Tolong beritahu tuan Gael kalau aku ingin keluar sebentar hanya untuk bertemu dengan teman ku. " Pinta Nia dengan wajah memohon.
"Tapi nyonya, kenapa tidak anda sendiri yang meminta ijin kepada tuan Gael. " Selidik pak Agus.
"Karna aku tidak mempunyai nomor ponsel tuan Gael, jadi tolong pak gus saja yang meminta ijin untuk ku. " Sungut Nia.
"Baiklah nyonya saya akan memberitahu tuan Daren terlebih dahulu. "
"Pak gus bukan Daren tapi tuan Gael. " Protes Nia.
"Ia nyonya saya tau! " ucap pak Agus meninggalkan Nia. "Pak gus... Jangan lupa beritahukan tuan Gael kalau aku akan keluar sebentar. " Teriak Nia kepada pak Agus yang sudah menjauh dari nya.
"Dasar pak gus... " Kesal Nia karna diabaikan pak Agus begitu saja.
Sementara dikantor Gael yang sedang pokus dengan ponselnya disela-sela pekerjaan, Daren datang ke ruangannya. "Tuan ada pesan dari pak Agus, katanya nyonya muda Nia meminta ijin untuk keluar dari mansion untuk menemui sahabatnya. " Jelas Daren kepada tuannya itu.
"Ummm" hanya itu yang keluar dari mulut Gael tanpa menghentikan tatapannya pada benda pintar di tangannya itu.
Daren pun segera membalas pesan dari pak Agus memberikan ijin kepada Nia untuk keluar dari mansion.
Ting
Pesan masuk diponsel pak Agus menghentikan aktivitasnya yang sedang memberi perintah kepada pelayan yang ada di mansion. Membuka pesan yang baru saja ia Terima dan setelah membaca pesan itu pak Agus segera meninggalkan tempat itu untuk menyampaikan pesan dari tuannya itu.
"Nyonya.... " Panggil pak Agus sambil mengetuk pintu kamar tuannya itu. "Ada apa pak gus? " tanya Nia begitu membuka pintu kamarnya. "Tuan muda sudah memberikan ijin kepada nyonya untuk keluar. " Pak Agus menyampaikan pesan tuannya.
"Benarkah? " Nia memastikan kembali.
"Ia nyonya anda diijinkan untuk keluar tapi saya harap nyonya jangan melakukan sesuatu yang membuat tuan muda Gael marah. " Peringat pak Agus kepada nyonya mudanya itu.
"Pak gus tenang saja aku tidak akan membuat masalah! " sorak Nia kegirangan. "Terima kasih pak gus! " seru Nia yang dibalas anggukan oleh pak Agus kemudian ia membungkukkan badannya sebelum pergi meninggalkan Nia.
Ditaman tulif
"Pirdo..." Panggil Nia dari kejauhan melihat sahabatnya itu sudah tiba lebih dulu duduk disalah satu kursi kayu yang ada ditaman itu.
"Nia.. " Pirdo tersenyum melihat Nia yang sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya. Pirdo merupakan sahabat Nia sejak kecil hingga saat ini Pirdo lah yang selalu berada disisi Nia dalam suka dan duka.
"Kau sudah lama menunggu ku? " tanya Nia sambil ikut duduk bersama dengan Pirdo. "Tidak, aku juga baru tiba. " Ucap Pirdo.
"Bagaimana pekerjaan mu disana? " tanya Pirdo yang memang sudah mengetahui bahwa Nia bekerja sebagai pelayan dikeluarga Atmaja menggantikan ibunya Nurita yang sudah bertahun-tahun lamanya mengapdi kepada keluarga Atmaja.
"Begitulah Do! " Nia menjawab seadanya. "Begitu lah bagaimana? apa kau tidak betah bekerja sekaligus tinggal disana? " Selidik Pirdo.
"Aku sudah menikah! " lirih Nia tanpa meoleh kearah Pirdo matanya hanya lurus kedepan memandangi setiap orang yang sedang laku lalang disana.
"Apa kau bercanda? " Pirdo yang mengira Nia tidak serius dengan ucapannya.
"Aku tidak sedang bercanda Do, aku benar-benar sudah menikah kemarin dan kau tau siapa yang menikah dengan ku? "
"Memangnya siapa? " Pirdo terlihat bingung dengan ucapan Nia.
"Aku menikah dengan tuan Gael putra dari majikan ku! " jelas Nia.
"Tidak panas" Pirdo meletakkan tangannya dikening Nia. "Memangnya kau pikir aku ini sedang sakit apa? " protes Nia tak Terima.
"Barang kali kau sakit sampai berhalusinasi menikah dengan tuan Gael. " Pirdo masih belum percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nia barusan.
"Aku serius dengan ucapan ku Do! " Ucap Nia sekali lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca membuat Pirdo terdiam dan sekaligus tidak enak hati kepada Nia yang tadinya ia pikir hanya bualan belakang dari Nia.
"Aku sudah menikah dengan tuan Gael, namun pernikahan ini karena sebuah kesalahan dan kau tau tuan Gael mau menikahinkubhanya karna tidak ingin mengecewakan ibunya saja. " Nia menjada ucapannya sejenak sebelum melanjutkan kembali.
"Dan yang menyakitkan lagi tuan Gael meminta untuk bersikap layaknya seorang istri hanya ketika ada mama Mita saja dan dibelakang mama Mita kami hanya sekedar tuan dan pelayan saja. " Lirih Nia menatap kosong kearah depannya.
"Lantas kau mau mengikuti itu semua? " Pirdo yang mulai kesal mendengarkan kebenaran pernikahan sahabatnya itu.
"Aku harus tau diri mana mungkin wanita seperti aku ini layak menjadi istri seorang tuan Gael yang memiliki segalanya. Sementara aku hanya butiran debu bagi dirinya yang kapan saja bisa terbawa angin tak meninggalkan jejak. " Nia merasa sesak mengingat pernikahannya bukan sebuah pernikahan yang ia impikan.
Menikah dengan laki-laki yang mencintainya dan laki-laki yang akan bertanggung jawab penuh atas dirinya. Namun itu semua hanya lah tingal angan-angan saja.
"Sebenarnya apa yang terjadi hingga kau dan tuan Gael bisa menikah? " selidik Pirdo.
Deg
Bersambung!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Eti
aku JD terharu
2021-11-27
0
Sugiyanto Samsung
berani jujur tdk nia
2021-11-06
0