Murong Qiu tanpa melihat ke belakang, terus melesat di kegelapan malam, rasa sakit ditahannya. Dia juga merasakan semakin lama setiap gerakan dan tenaga dalamnya semakin menurun.
Dengan menguatkan tekat terus melesat, rasa pusing dan badan yang mulai demam terus menyerang.
Dari kejauhan pintu gerbang Mansion Kota telah tampak, tepat ketika jaraknya hanya satu langkah dengan para penjaga gerbang, pandangan Murong Qiu menjadi gelap seutuhnya, terjatuh tanpa sadarkan diri.
Gelap, dingin, kesendirian dan kesunyian yang tak berujung, tak ada tempat untuk dijadikan sandaran atau pegangan. Rasa takut mulai melanda Murong Qiu, rasa takut akan kesepian. Hawa dingin yang sangat mencekam melipat gandakan rasa takut bagi Murong Qiu.
Dalam kegelapan Murong Qiu melihat setitik cahaya, yang memberinya secercah harapan. Dia mengejar cahaya itu, akhir dari cahaya tersebut mempertemukannya dengan siluet bayangan Ayahnya.
Saat dia ingin mengejar, bayangan Ayahnya seakan-akan menghindar dan terus-menerus menjauh. Murong Qiu berteriak memanggil, tapi suara panggilannya tidak terdengar. Dia terus berusaha memanggil, dipaksa sampai tenggorokan mengering, sayang suara panggilan itu tidak kunjung terdengar sampai akhir bayangan itu menghilang.
Tangan Murong Qiu melambai-lambai dan berteriak.
“Ayah!”
“Ayah!”
Gema dari teriakan ini menggetarkan ruangan.
“Qiu Cici! Tenanglah dulu!” Murong Qiu mendengar suara yang menenangkan, disertai usapan lembut di kepalanya.
Murong Qiu membuka mata, diperhatikannya cahaya mentari pagi menyinari seisi kamar, di samping tempat tidur duduk Hua Mei, membelai lembut kepalanya. Keringat dingin masih terasa di sekujur tubuh.
Seluruh tubuh terasa sakit-sakitan, bekas tebasan pedang sudah dibubuhi obat luar yang dapat mempercepat regenerasi kulit. Murong Qiu menyalurkan tenaga dalam ke seluruh meridian, tidak ada hambatan semua mengalir dengan lancar.
“Qiu Cici! Istirahatlah dengan tenang! Semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu Cici khawatirkan!” ucap Hua Mei sambil memalingkan wajah, kelopak matanya sedikit berlinang.
“Bagaimana dengan Ayah? Dalam kegelapan yang tidak berujung, aku melihat bayangan Ayah yang menjauh meninggalkanku untuk selamanya,” isak kecil Murong Qiu di setiap kata yang diucapkannya, sungguh tidak tertahankan.
“Qiu Cici makanlah dulu! Nanti ketika tenaga Cici sudah pulih baru kita bicarakan kembali"
Hua Mei mengambil makanan di atas meja yang sudah disediakan oleh pelayan rumah tangga Mansion Kota sejak tadi pagi, menyuapi Murong Qiu.
Setelah beberapa tarikan nafas, derap langkah kaki terdengar, disertai munculnya Gou Long di depan mereka.
“Apa Saudari Murong sudah sadar? Sangat baik, saudari sudah bangun rupanya. Makanlah pil ini agar mempercepat penyembuhan!” perintah Gou Long yang masuk ke ruangan itu, dan memberikan sebotol pil penyembuh pada Hua Mei.
“Berkultivasilah selama dua jam! Kami bergantian akan menungguimu di sini.” Selesai bertutur kata, Gou Long langsung keluar dari ruangan itu, sungguh tidak baik berlama-lama di dalam kamar anak gadis.
“Terima kasih Saudara Gou!” jawab Murong Qiu lirih.
“Qiu Cici! Tahukan engkau? Semalam Long Gege bekerja keras, menyembuhkan racun yang ada dalam tubuh Cici, kata Long Gege ‘racun hampir menyerang jantung Qiu Cici’ jurus totokan yang dikeluarkan Long Gege sangat jitu, dia sungguh seorang tabib yang hebat.” Hua Mei bercerita, raut wajah kekaguman tergambar jelas ketika dia bercerita kehebatan Gou Long.
Murong Qiu yang mendengar cerita ini, merasakan sedikit kehangatan di hatinya, entah kehangatan apa ini? Dia ingin terus merasakan kehangatan ini untuk selama-lamanya.
“Benarkah begitu! Wah! Hebat, sungguh hebat, Long Gege benar-benar harimau di antara para manusia, dia sangat pandai menyembunyikan tangan tabib saktinya.” Wajah Murong Qiu sedikit memerah ketika berkata demikian.
Begitulah Murong Qiu yang baru bangun, belum tahu keadaan Kota Xia Yu saat itu. Memang sejak subuh tadi Kota Xia Yu yang biasanya tenang dan damai dikejutkan dengan berita duka mendalam.
Berita kematian Penguasa Kota berserta seluruh keluarganya, dan beberapa orang pengawal utama, yang mengejutkan bagi penduduk Kota Xia Yu. Wajah-wajah duka tergambar hampir di seluruh penduduk Kota Xia Yu.
Memanglah Patriark Sun terkenal dengan pribadi yang sangat ramah, serta menjadi panutan bagi masyarakat kota. Jadi wajar saja, ketika berita duka ini disampaikan semua orang memperlihatkan rasa tidak percaya.
Berita kematian ini juga membuat para Keluarga Utama bergerak cepat, dengan memilih Penguasa Kota yang baru. Menimbang akan kecintaan rakyat dan alasan ingin melakukan kultivasi tertutup terhadap Ilmu Silat, masing-masing Kepala Keluarga memutuskan Patriark Xia yang tidak fokus pada Ilmu Silat, akan menjadi Penguasa Kota baru untuk saat ini.
Untuk saat ini, kabar akan kondisi dari putri Patriark Sun dirahasiakan, ini dikerjakan langsung oleh Kakek Zhou.
Dengan pengalaman bertahun-tahun hidup di Rimba Hijau, Kakek Zhou yakin, andai kondisi Murong Qiu diketahui pihak yang menyerang rombongan Patriark Sun. Mereka pasti akan menyusun rencana pencabutan rumput sampai ke akar-akarnya.
Setelah berkultivasi selama dua jam lebih, Murong Qiu merasa tenaga dalam sudah membaik, saat itu, di kamarnya telah hadir pula Kakek Zhou, Gou Long dan Hua Mei.
Kakek Zhou membuka percakapan, dengan lembut dan hati-hati dia berkata, “Anak! ... Kakek harap engkau jangan terlalu bersedih, engkau pasti sudah menerka bagaimana kondisi Ayahmu, tapi kondisi keseluruhan keadaan di sini harus engkau ketahui dengan jelas.”
“Kakek tidak bisa menceritakan peristiwa pencegatan semalam, saat itu terjadi, engkau ada di tempat kejadian, seharusnya itu lebih jelas engkau pahami.”
Kakek Zhou mulai bercerita, dia menunggu jeda sesaat, membiarkan Murong Qiu memproyeksikan kejadian semalam secara jelas di pikirannya sendiri.
Bayangan kejadian semalam kembali terulang dalam pikiran Murong Qiu, dan berhenti saat ia terjatuh di depan penjaga gerbang. Murong Qiu menganggukkan kepalanya lalu berkata, “Silahkan kakek lanjutkan!”
“Setelah engkau pingsan keadaanmu berada di antara hidup dan mati, lebih banyak ke arah jalan kematiannya. Beruntung racun berhasil dihilangkan dengan teknik pengobatan yang hebat oleh Long Gege kalian ini, maka kau selamat!”
Sambil bercerita Kakek Zhou juga mencibir Gou Long yang pandai menyembunyikan kehebatannya.
“Kakek akan berterus terang, ketika kakek sampai di tempat kejadian, pertarungan telah berakhir. Hanya menyisakan beberapa jasad tanpa nyawa, lebih tepatnya seluruh Keluarga Penguasa Kota dan pengawal utamanya.”
Kakek Zhou terus bercerita termasuk Penguasa Kota Xia Yu yang baru yaitu Xia Qiouyan.
Selama mendengar cerita, Murong Qiu hanya bisa menangis tanpa ditahannya. Dalam hati dia bertekad akan membalas dendam ini.
Kemudian Kakek Zhou juga menjelaskan rencana mereka selanjutnya, bahwa nanti malam, mereka berempat akan meninggalkan Kota Xia Yu dan kembali ke Sekte Naga Langit.
Kakek Zhou yang merupakan penatua di Sekte Naga Langit, bebas baginya untuk merekrut murid baru yang dianggap cocok dan berbakat. Maka Kakek Zhou memanfaatkan hak istimewa ini untuk membawa serta Gou Long dan Murong Qiu ke Sekte Naga Langit sebagai murid baru.
Sebelum mereka keluar dari Kota Xia Yu, Gou Long memanfaatkan kesempatan untuk berjumpa dengan Manager Lei.
Dari Manager Lei, Gou Long memperoleh informasi bahwa sejak empat tahun lalu, Tiga Iblis dari Selatan menghilang dari daerah Selatan, terakhir terlihat mereka di Sekte Lembah Tengkorak. Kalau ingin melacak ketiga Iblis ini maka harus di mulai dari Sekte Lembah Tengkorak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 429 Episodes
Comments
Indah Hidayat
wah si mc nanti cinta2an dgn 2 wnt ...ngebelin
2024-08-19
1
Darwito
hj
2024-04-03
4
Taufiq Sabila
Secara Cerita menarik... ceritanya berusaha dibangun dengan backgroud yg tidak receh kalau saya bilang... agak bosan dengan background cerita novel lain yg selalu dimulai dengan istilah sampah yg tidak bisa berkultivasi dan dihina2 dan selalu dianiaya oleh keluarga sendiri... manntap... lanjut thor...
2024-02-09
6