********
"Apa kau serius, ini melanggar hukum Lusi."
"Lusi mohon bu, Lusi terlanjur sayang sama mereka. Asal ibu dan Lisa tidak mengatakan pada orang lain tentang ini maka semuanya aman bu. Setelah ini Lusi akan pindah cari kontrakan baru." Wajah ibu Lisa tampak berpikir. Ini melanggar kode etik kebidanan. Tapi bagaimana? dia juga kasihan pada Lusi yang menatapnya penuh permohonan.
"Tapi berjanjilah, kau benar-benar akan menjaga anak-anak ini." Kata Ibu Lisa akhirnya menyerah. Lusiana mengangguk antusias.
Tak lama Lisa datang dengan baju yang sedikit basah karena hujan turun tidak terlalu lebat.
"Untung sudah sampai disini baru deras hujannya." Ujar Lisa seraya masuk menyodorkan susu, dan juga dot bayinya.
"Nih kembaliannya .. " Kata Lisa.
"Udah bawa aja." Kata Lusi tak acuh karena dia sedang memperhatikan ibu Lisa yang memegang dot bayinya.
"Kamu masak air dulu, jika sudah mendidih botol-botol ini harus disterilkan. Lalu cara membuat susu, kamu tuang air biasa dulu baru air panas setelah itu susu. Jangan terbalik-balik Lusi ingat."
"Iya bu .. " Lusi berdiri mengambil Air di wastafel lalu merebus air.
Ibu Lisa tersenyum melihat semangat Lusi, gadis belia sahabat putrinya yang sudah mandiri sejak usia dini dan tidak diragukan lagi. Hanya saja mengurus anak sendirian bukanlah hal yang mudah.
"Bu nanti Lisa tidur disini menemani Lusi ya."
"Ibu juga akan menginap sekalian ibu ajari langkah-langkahnya biar saat Lusi pindah dia tidak kerepotan mengurus anak-anak ini."
"Kamu mau pindah Lus? kenapa?" Tanya Lisa dengan tatapan mata berubah sendu.
"Aku harus pindah, cari lingkungan baru dimana ga ada orang yang kenal sama aku. Ga mungkin aku tetap disini yang ada orang-orang bakalan bertanya-tanya tentang mereka." Kata Lusi, ibu Lisa semakin yakin jika anak ini mungkin bisa mengampu tanggungjawab membesarkan bayi-bayi itu.
Lisa boleh ikut Lusi ya bu, nanti Lisa janji bakalan sering-sering tengokin ibu. Lisa mau bantu Lusi rawat si kembar.
Ibu Lisa mendesah berat. Memang susah memisahkan putrinya dengan Lusi. Karena mereka sudah bersahabat sejak pertama duduk di bangku kelas satu.
"Terserah, yang jelas pesan ibu hanya satu kalian harus serius merawat anak ini."
Percakapan mereka terhenti saat terdengar bunyi nyaring dari suara ketel yang berisi air mendidih. Lusi menuang ke sebuah wadah lalu merendam 2 dot terlebih dahulu.
"Siapa nama bayi-bayi ini? biar nanti sekalian ibu yang urus."
"Namanya Devano dan Davino." Kata Lusiana entah mendapat ide dari mana tapi hanya dua nama itu yang terlintas di pikirannya.
*
*
*
Jika di kontrakan Lusiana sedang bingung mengurus si kembar, beda halnya di mansion keluarga Alexander. Suasana duka masih tampak kental menyelimuti kediaman Delano. Setelah pemakaman istrinya Delano menghilang.
Pria itu mengurung dirinya di kamar tanpa ingin bertemu siapapun, ia terlihat sangat mengerikan. Penampilannya yang biasanya elegan dan menawan berubah menjadi berantakan.
"Kenapa kau pergi secepat ini Karina." Pekik Delano, tak lama ia melemparkan semua barang-barang yang ada di dekatnya ke dinding hingga menimbulkan suara kegaduhan.
Pintu kamar Delano diketuk seseorang. "Delano buka pintunya. Kita semua disini sama-sama kehilangan jangan mengurung diri seperti ini." Ujar Karisa. Namun tak ada sahutan dari dalam. Karisa mendesah berat ia tampak kecewa.
"Bagaimana sayang, apa Delano mau membuka pintu?" tanya Diana ibu dari Delano.
Karisa menggeleng, wajahnya terlihat letih. Diana mengusap bahu kembaran menantunya itu.
"Sabar ya sayang, kalau ada apa-apa kamu kesini saja. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu." Kata Diana, Karisa mengangguk dan tersenyum samar.
"Karisa pulang dulu tante .. " Ujar Karisa seraya mencium punggung tangan Diana.
"Panggil mama saja, seperti Karina."
"Terimakasih ma .. " Karisa pergi dari kediaman Delano, senyum tipis tersungging dibibirnya.
*
*
*
Sementara itu Lusi dan Lisa terlihat menikmati peran mereka. Apalagi pelajaran yang ibu Lisa berikan kepadanya membuat Lusi merasa bersemangat mengurus bayi-bayi itu.
"Kalian sudah mengerti kan ..?" tanya ibu Lisa, dia dikenal di kampung itu dengan nama bidan Yuyun. Padahal nama asli ibu Lisa adalah Wahyuni.
"Mengerti Bu .. "
"Baiklah, besok ibu akan mengurus surat lahir dan akte mereka. Semoga urusannya di lancarkan besok." Ujar ibu Lisa itu.
"Kamu bakalan kasih tau ibumu soal mereka?" tanya Lisa, Lusi menggeleng ia tak ingin saat ini ibunya tahu. Bahkan dia menjadi penulis pun tanpa sepengetahuan ibunya.
"Ya sudah kalian sekarang istirahat biar mereka ibu yang jaga." Kata bu Yuyun pada kedua gadis belia itu.
Namun tak lama salah satu bayi menangis, Lusi dengan semangat mendekat dan dengan hati-hati mengangkat tubuh bayi mungil itu.
"Anak emak bangun ... " Ujar Lusi yang mendapat toyoran dari Lisa.
"Bisa ga sih udiknya di tinggal aja. Jangan dibawa sampai sini. Geli tau masak mahmud (mamah muda) minta di panggil emak.
" Mommy, mami, umi, bunda .. kan banyak tu. Masak iya emak ga kelas banget." Gerutu Lisa.
"Ya sudah panggilnya bunda aja ya sayang Devan, Devin. Dan itu onty Lisa yang bawel." Kata Lusi seraya menggoyangkan tubuh Devan.
"Trus cara bedain mereka dari mana?" tanya Lisa penasaran.
"Lihat ini ga?" Lusiana menunjukkan telinga kiri Devan ada semacam tanda lahir sedangkan Davin tidak.
"Ok deh, berati yang ada tanda lahirnya Devan yang ga ada tanda lahirnya Davin." Tanya Lisa untuk memastikan dan Lusiana mengangguk.
*
*
*
Delano melaju dengan kecepatan diatas rata-rata dijalanan dimana sang istri ditemukan meninggal. Rasanya saat ini dia ingin menyusul belahan jiwanya dan anak-anaknya.
Namun sekelebat bayangan Karina berdiri di pembatas jalan membuat Delano menghentikan laju mobilnya.
"Karina .. " Delano membuka pintu mobilnya ia mendekat ke arah Karina.
"Karina .. " Delano menatap wajah pucat dan sendu itu. ---- "Katakan dimana anak-anak kita Karina?" Saat Delano akan meraih tubuh Karina tubuh itu menghilang bagai asap. Delano berlutut disana dan menangis sejadi-jadinya.
"Karina ... kenapa kamu tinggalin aku." Teriak Delano histeris pria itu sudah seperti orang gila. Seorang pria menghampirinya dan membantunya berdiri. Pria itu sejak tadi mengikuti kemanapun tuannya pergi.
"Tuan .. " Ujar pria itu.
"Kenapa dia tega meninggalkanku seperti ini? dimana dia menyembunyikan anak-anakku Regan."
"Tuan, selagi jasad putra anda belum di temukan percayalah mereka berati masih hidup tuan." Ujar Regan berusaha menguatkan atasannya itu.
"Kenapa ini harus terjadi padaku? Baru saja aku akan merasakan kebahagiaan bersama mereka. Kenapa takdir begitu kejam padaku? aku tidak pernah menyakiti siapapun Regan kenapa ini harus terjadi padaku katakan apa salahku?" Delano kalap ia mencengkeram kerah baju Regan asisten setianya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
jangan lupa like komen dan gift buat othor Ya. Vote juga setiap senin biar othor semangat menghibur kalian.. 😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
s
kok gaada tanda kutipnya?
2024-11-11
0
Mas Sigit
q rasa karisa dalang dri semua ini
2024-09-23
1
Nur Bahagia
wkwk auto di toyor 🤣
2024-09-14
0