perjalanan ke sekolah baru

tidak terasa waktu keberangkatanku telah tiba, semuanya terasa begitu cepat, aku memeluk satu persatu sahabatku, mereka masih terisak dalam tangisnya, mengiringi perjalananku, ku lambaikan tangan sebagai salam perpisahan kami, "jaga diri kalian baik-baik, aku pasti akan sangat merindukan kalian" ucapku sambil melambaikan tangan

ayah hanya menatapku dalam diamnya, di ulurkan tangannya padaku, dan ku sambut uluran tangan ayah, menggenggamnya erat

mobil sewa yang membawa kami dan barang-barang telah sampai di dermaga, tak terasa kami telah sampai di kabin kapal penyeberangan, kata ayah perjalanan kami kurang lebih 4 jam di laut, setelah 4 jam itu aku akan resmi meninggalkan kehidupan lamaku dan memulai kehidupan baruku di pulau lundy.

perasaanku campur aduk antara sedih dan penasaran, sedih karna meninggalkan kota tempatku tinggal selama ini, tetapi juga penasaran karena dari begitu banyaknya tempat kenapa ayah memilih pulau itu.

selama beberapa hari setelah mengetahui keberangkatan kami ayah tak pernah lagi membahas tentang pulau yang akan kami diami, dia terus bungkam jika tidak dia hanya tersenyum kepadaku. aneh itu yang ku rasakan, aku merasa ayah berbeda tak sehangat biasanya.

selama perjalanan di atas laut ku habiskan dengan tertidur lelap, di temani oleh suara ombak yang saling memecah karang, di tambah berisiknya mesin kapal, tahu-tahu saja ayh membangunkan ku, dan beliau bilang kami sudah sampai di pelabuhan lundy

ketika turun dari kapal aku menatap sekeliling, satu kesan muncul di otakku yaitu suram, pulau ini seperti tak banyak penghuninya, sekarang padahal masih siang, aku melirik jam tanganku ternyata pukul 02.00 PM seharusnya matahari masih terlihat tetapi sinar matahari terhalang oleh pepohonan yang sangat lebat di sekelilingku.

pulau ini seperti terisolasi dari dunia luar

jane ayo naik, "suara ayah membuyarkan lamunanku

hah! ini mobil siapa? "tanyaku bingung saat melihat ayah sudah duduk tenang di belakan kursi kemudi mobil mewah yang kini ada di depanku, "ayah kenapa tiba-tiba ada mobil ewah disini? "tanyaku penasaran

mobil ayah nak, barusan di antar orang suruhan ayah nak, ayo cepat masuk kita pulang ke rumah ayah, "ucap ayah tanpa ada keraguan

sontak aku terkejut, akupun melotot tajam "ayah punya rumah dan mobil di pulau terpencil" bagaimana bisa ," ucapku dalam hati yang masih di selimuti kabut penasaran

ayah tersenyum geli kemudian mengangguk menjawab pertanyaanku

kami menaiki mobil hampir satu jam, sebelum akhirnya kami sampai di depan rumah lumayan mewah tapi rumah tersebut berwarna putih pucat, perasaan aneh menyelimutiku saat ku menilik keadaan sekitar, rumah tidak terlalu dekat berjarak agak jauh, tetapi yang menarik perhatianku tidak ada anak-anak yang berlalu lalang bermain, atau ibu-ibu yang sedang duduk bersantai bergosip, atau bapak-bapak yang memotong rumput halamannya, semuanya tampak sepi sekali.

suasana sangat sepi seperti tak ada tanda kehidupan.

jane, nak bantu ayah membawa barng-barang ke dalam rumah ya, "panggil ayah yang kemudian dia berjalan ke arah bagasi mobil

tapi hanya barang-barang ayah, sedangkan punyamu biarkan saja di dalam mobil

hah! kenapa begitu ayah, "tanyaku penasaran

ayah akan langsung mengantarmu ke sekolah barumu, "jawab ayah

sekolah di pulau begini, hah benarkah itu, aku masih sibuk dengan pemikiranku, rasanya banyak keterkejutan yang ku rasakan selama menuju ke lundy island ini, fakta bahwa kepindahan kami yang mendadak dan kepindahan sekolah baruku yang tak ku ketahui kapan ayah megurusnya, itu lebih dari cukup membuatku kesal

kenapa ayah melakukannya secara diam-diam tak berdiskusi dulu padaku, aku pikir ayah sangat egois.

ayah, seharusnya ayah berdiskusi dulu padaku" sungutku marah

ayah menatapku, jane, maafkan ayah semuanya terlalu mendadak jadi ayah harus segera mengurus semuanya dengan cepat, jangan marah ya, oke?

lalu kenapa harus membawa barang-barangku juga ke sekolah baru? tanyaku lagi

kau akan tinggal di asrama sayang, "jawaban ayah membuat hatiku mencelos

kenapa ayah? itu artinya aku tidak tinggal dengan ayah, kedua mataku memanas, mataku sudah berkaca-kaca, bagaimana bisa ayah berbuat begini padaku, bayangkan saja, di pulau asing dan aneh tanpa ada yang aku kenal, aku harus tinggal jauh daru ayah.

aku merasa takut dan sangat risau karenanya

melihat mataku berkaca-kaca ayah menatapku dengan lembut "sayang itu satu-satunya sekolah disini, tenang saja setiap akhir pekan kau bisa pulang mengunjungi ayah nak, "ucap ayah berusaha menenangkan hatiku

dengan berat hati akupun mengangguk setuju, meski rasa kesal, kecewa masih menyelimuti hatiku, aku bisa apa jika semua sudah ayah putuskan secara sepihak.

ayah memintaku masuk kembali kedalam mobil, ayah melajukan mobilnya perlahan, rasa kantuk kembali menderaku, akupun tertidur selama perjalanan menuju sekolah baruku.

aku merentangkan tanganku begitu terbangun dari tidurku, ayah apa masih lama? "tanyaku penasaran padahal aku tidur cukup lama tadi

ayah bukannya menjawab, dia hanya tersenyum menatapku, sambil mendendangkan lagu kesukaannya yang di putarnya di dalam mobil, sementara aku merasakan keanehan yang semakin kian menderaku.

ku tatap sekitar luar dari balik jendela mobil, tidak ada yang menarik, semua hanya dedaunan lebat dan pohon-pohon besar, aku berpikir ini adalah hutan.

kenapa ada sekolah di sekitar hutan? "ucapku dalam hati

apa ayah yakin di sekitar sini ada sekolah? "tanyaku sedikit ragu

sekolah seperti apa yang di bangun di lingkungan tengah hutan begini ayah? "lanjutku

kepala ayah mengangguk-angguk seirama dentuman lagu yang di putarnya "sekolah yang terbaik di pulau ini tentunya"

aku pun memutuskan tak bertanya lagi, lebih baik aku diam, jalanan seperti sudah malam, gelap dan suram, padahl masih sore, aku meringis kala mengingat di tempat ini takkan ada yang namanya mall, ataupun cafe yang biasa ku kunjungi bersama teman-temanku.

saat sedang asik melamun aku melihat ke dalam pepohonan yang rimbun, ada dua benda bulat berwarna keemasan nengikuti laju mobil yang kami kendarai, aku terus menatapnya, begitupun sebaliknya

ku pikir itu hanya khayalanku tapi detik berikutnya benda itu seperti berkedip ringan seperti bola mata, ya sepasang bola mata

aku menyipitkan mataku, hanya memastikan apa yang ku lihat benar nyata atau hanya ilusiku saja.

kedua benda bulat itupun berkedip lagi, membuat sekujur tubuhku merinding menyadari hal itu nyata.

apa itu, itu seperti mata, tapi mata apa? aku sibuk dengan pemikiranku sendiri, aku menatap ayah, aku ingin bertnya padanya, tpi rasa takutku membuat bibirku keluh, seperti tak bisa bergerak, hanya sekedar berucap ayah pun susah.

entah mahluk apa itu, dia terus menatapku dari balik pepohonan.

bersambung.......

Note : jangan lupa like banyak-banyak ya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!