saling ancam

Esok hari nya, masih di hari hari sebelumnya. Iren mencoba menghindari Nathan. Begitupun Nathan, meski dia sendiri ingin menyapa Iren.

"Haiii Nathan.." Cindy yang baru datang langsung mendekati Nathan.

"Than, jangan jutek gitu napa? Gue punya salah apa si sama loe, perasaan benci banget sama gue. Sama Iren aja baik banget." keluh Cindy.

Dosen pun sudah memasuki kelas. Mau tidak mau Cindy kembali ke bangkunya.

2jam kemudian kelas pertama pun selesai.

"Ok, kelas hari ini cukup sampai disini dulu. Pertemuan berikutnya pertemuan terakhir kita di semester ini karena minggu depan kalian sudah memngikuti ujian semester, dan pertemuan besok kita akan membahas tentang tugas yang saya berikan tadi sebagai acuan ujian semester nanti.. Selamat siang" kata penutup dari sang dosen.

"Siang bu" jawab para mahasiswa kompak.

"Nanti gue pengen ngomong soal loe setelah jam kuliah yang terakhir" kata Nathan berdiri di samping Cindy tanpa menoleh.

"Haahhh, ngomong apa Than?" Cindy kegirangan.

"Nanti aku kabari" Nathan pergi meninggalkan Cindy.

"Eehhh Nathan tunggu gue ikut!" teriak Cindy namun tidak didengarkan oleh Nathan.

Iren yang mendengar Cindy memanggil Nathan reflek memperhatikannya dan dia bertemu pandang dengan Cindy.

"Kenapa?? Loe iri Nathan mau ngajak jalan gue?hahaha" kata Cindy bangga.

"Bukan urusan gue" jawab singkat Iren dan pergi meninggalkan Cindy.

"Rin, loe dah keluar kelas belum? Kantin yuk.." Iren mengirin pesan ke Ririn.

Ting...

"Gue lagi di toilet sebentar" balasan Ririn.

"Gue kesana, tunggu dulu" Iren membalas lagi.

Iren berjalan menuju ke toilet, saat akan masuk ke dalam toilet wanita. Nathan keluar dari toilet pria. Tatapan mereka beradu ada setitik kerinduan di antara mereka berdua. Iren gugup dan langsung masuk ke dalam.

"Iren... Iren.. Loe susah banget si buat jujur sama diri loe sendiri.." kata Ririn yang melihat kejadian tadi.

"Ririn.." panggil Iren lirih.

"Ren, bentar lagi tuh kita ujian semester.. Loe pengen kan fokus ke ujian. Dahh dehh dari pada loe terus menghindar loe coba deh jujur sama dia" saran Ririn.

"Rin, gue males berurusan terus sama Cindy.. Gue kasihan sama bokapnya.. Gue ga enak beliau terus saja minta maaf sama gue, harusnya kan anaknya bukan bokapnya" gerutu Iren.

"Yaa salah sendiri ga tegas sama anaknya" Ririn jengkel.

"Rin, kita kan ga tau bokapnya dah nglakuin apa aja sama tuh anaknya. Bisa jadi kan memang dasar Cindy nya aja yang memanfaatin status dia sebagai anak pemilik kampus jadi songong" Iren mencoba berpositif thinking.

"Yaahh terselah elo deh Ren, loe mah emang paling bisa berfikiran jernih.. Dahh ah ayok ke kantin laper gue" Ririn mencoba mengalihkan perdebatan.

"Bentar gue ke toilet dulu.. Nih pegangin bentar" Iren memberikan tas dan bukunya ke Ririn.

"Loe bawa apa aja si berat banget" Ririn menerima tas Iren.

"Ada laptop di dalamnya" jawab Iren berjalan menuju ke dalam toilet.

Beberapa menit kemudian, Iren keluar dari toilet dan mengambil alih tas dan bukunya.

"Mau makan apa Ren? Gue pesenin skalian loe cari tempat duduk" kata Ririn

"Gue pengen soto Ren sama es jeruk ya" jawab Iren langsung mencari tempat duduk.

Iren memilih tempat biasa yang kebetulan kosong.

Saat Iren sedang asik menunggu Ririn dengan bermain ponselnya tiba tiba ada yang duduk di depannya.

"Ren.." panggil Nathan.

"E.. Nathan" Iren terkejut melihat Nathan di depannya.

"Kenapa kamu terus menghindar Ren? Sampai kapan? atau Ada masalah? Atau aku punya salah sama kamu?" tanya Nathan.

"Ga ada si.. Lagian kamu kan bisa sama Cindy atau yang lain gitu ga usah hirauin aku" jawab Iren lirih.

"Ren, awal masuk kuliah di sini aku kenalnya sama kamu.. Kamu satu satu temen ku di sini." jawab Nathan.

"Kamu kan bisa mencoba dengan yang lain Than, ku rasa mereka juga sama kaya aku kan mereka baik, asik juga keliatan" Iren terus beralasan meski alasan itu juga menggambarkan dirinya yang ga bisa akrab dengan teman teman yang lainnya.

"Kamu tau kenapa aku memilih kamu?" tanya Nathan.

Iren hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu spesial bagi aku Ren.." Nathan mulai menjelaskan.

"Maksud kamu?" tanya Iren memastikan.

"Kamu satu satunya orang yang tidak bisa aku baca pikiran kamu, isi hati kamu sulit aku tebak." kata Nathan.

"Oohhh jadi kamu dekat sama aku hanya ingin tau kemampuan kamu aja gtu?" Iren mulai sinis.

"Bukan gitu, aku bisa membaca semua pikiran mereka yang di sini. Sebagai contoh nih anak itu yang duduk pojokan berdua, si cowoknya pikirannya sedang cari cara bagaimana bisa ngajakin si cewek jalan keluar. Nahhh ga usah jauh jauh deh tuhh temen mu dia lagi mikir ngapain aku di sini apa kita sudah baikan. Aku tuh bisa baca apa yang sedang mereka pikirkan tapi tidak dengan kamu" Nathan menjelaskan sedangkan Iren masih kurang percaya.

"Yang pasti Ren, aku deket sama kamu juga nyaman. Cuma kasih tau aku kenapa kamu terus menghindari.. Soal Cindy?" tanya Nathan.

"Kurang lebihnya itu. Aku hanya malas berhubungan sama dia lagi. Aku ingin fokus sama ujian semesteran." jawab Iren, meski sebenarnya jantung berdetak cepat sedari sejak ada Nathan di depan nya, Iren berusaha menyimpan ke gugupannya.

"Tapi kenapa harus aku Ren?" tanya Nathan

"Karena dia suka sama kamu, dari cara dia melihat kamu, dari cara dia berusaha deketin kamu itu udah sangat jelas" kata Iren tanpa melihat Nathan.

"Kamu cemburu?" kata Nathan sedikit tersenyum.

"Haah cem..cemburu.. Ngg..nggak siapa juga yang cemburu. Aku hanya males ribut sama dia terus" wajah Iren merona tanpa dia sadari.

"Hmmm baiklah, aku mengerti" Nathan tersenyum dan pergi meninggalkan Iren.

Setelah Nathan meninggalkan Iren, Ririn kembali dengan membawa nampan isi pesanan mereka.

"Ngapain dia di sini?, kalian dah baikan?" tanya Ririn yang membuat Iren tercengang kata kata Ririn sama persis dengan yang diucapkan Nathan.

"Heeehh.. Malah bengong lagi" kata Ririn menyenggol tangan Iren.

"Hahh ehhh enggak kok" jawab Iren kaget dan Ririn hanya menggelengkan kepalanya melihat temannya melamun.

"Dahh ah, nih pesanan loe. Loe masuk kelas jam berapa?" tanya Ririn yang mulai menyantap makanannya.

"Jam 1 nanti" jawab Iren.

"Ya udah buruan makan, udah jam setengah 1 lebih" kata Ririn setelah melihat jam di tanggannya..

Waktu terus berlalu, jam kelas terakhir usai. Semua mahasiswa bergegas membereskan peralatan mereka dan segera meninggalkan kelas. Iren langsung melangkah keluar kelas tanpa menyapa Nathan.

"Gue tunggu loe di taman kota" kata Nathan ke pada Cindy dan langsung pergi keluar kelas.

"Eehh tunggu Nathan.. Kita bareng aja" tawar Cindy.

"Gue bawa motor" jawab singkat Nathan.

"Ya udah naik mobil gue aja" Cindy menyerahkan kunci mobilnya.

Nathan menatap kunci mobil dan Cindy ragu. Lalu dengan cepat Nathan mengambil kunci tersebut karena dia berfikir malas berdebat mencari alasan.

Saat Nathan dan Cindy masuk ke dalam mobil, Iren berada di sana dan melihat Nathan memasuki mobil. Hati Iren seperti tersayat pisau, sakit tapi tak berdarah seperti yang dikatakan banyak orang.

Iren menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan untuk mengurangi sedikit rasa sesak di dada.

"Loe ga apa apa Ren?" tanya Ririn yang juga melihat Nathan, Iren hanya menggelengkan kepalanya dan memaksa tersenyum..

"Kalau pengen nangis, nangis aja ga apa apa Ren.. Ga ada yang liat ini cuma gue" kata Ririn.

"Hikss..hiksss..hikss huaaaaaaaa kenapa sesakit ini Rin whaaaaaa, dada gue sesak nyeri" akhirnya Iren mengeluarkan tangisannya di balik kemudi mobil..

"Eeeehh nangis beneran ya Allah Iren..." Ririn mengelus ngelus punggung Iren.

"Hiksss...hiksss.. Gue ga pernah ngrasain yang kaya gini Rin, kenapa sakit banget hiksss" kata Iren lagi sesenggukan.

"Ya udah, sini gue aja yang bawa mobil" Ririn terpaksa bertukar posisi dengan Iren jika dipaksakan Iren nyetir akan bahaya.

"Mau jalan jalan dulu, cari makan atau kemana gitu" tawar Ririn sambil melajukan mobilnya pelan keluar dari parkiran.

"Ke taman aja gimana?" kata Ririn yang tidak ada tanggapan dari Iren.

Akhirnya Ririn mencoba mengajak Iren ke taman. Belum sempat turun Iren melihat Nathan duduk berdua dengan Cindy.

"Pergi dari sini!" tiba tiba Iren dengan nada yang ketus.

"Ehhh kenapa?" Ririn kaget Iren tiba tiba menjadi ketus dan Iren hanya menaikkan alis juga memonyongkan buburnya untuk menunjukan di mana Nathan berada.

"Cckk, kenapa mereka di sini juga si" gerutu Ririn.

"Ke mall aja Rin kita muter muter aja di sana" kata Iren lemas.

"Hmmmm ok lah, sambil kita lihat lihat barang kali ada barang diskonan" kata Ririn mencoba menghibur, Iren hanya mengangguk.

☘☘☘☘☘

Sesampainya di taman, Nathan berjalan mencari bangku yang kosong disusul oleh Cindy yang sedari tadi tersenyum.

"Ada apa Than, tumben ngajakin gue jalan?" tanya Cindy.

Nathan hanya melirik Cindy, dia bingung bagaimana memulainya.

"Than? Ada apa?hmmm gue beli minuman dulu ya" kata Cindy lagi.

"Ga usah, gue cuma mau menanyakan sesuatu" kata Nathan dengan suara beratnya.

Cindy kembali duduk di samping Nathan.

"Apa yang ingin loe tanyakan??" tanya Cindy.

"Kenapa loe slalu menganggu Iren" tanya Nathan.

"Kenapa menanyakan dia?" tanya Cibsy dengan nada tidak suka.

"Jawab" kata Nathan lirih namun tegas.

"Gue ga suka sama dia, terlebih dia dekat dekat sama loe" jawab Cindy ketus.

"Apa urusan loe larang larang dia deket sama gue?" kata Nathan lagi.

"Karena gue suka sama loe Nathan, gue cinta sama loe!" jawab Cindy dengan penuh penekanan.

"Tapi gue ga suka sama loe, dan loe juga bukan siapa siapa gue jadi ga usah ganggu ganggu Iren lagi!!!" Nathan mulai meninggikan suaranya.

"Ega, siapapun ga boleh deketin loe kecuali gue..!! Gue sayang sama loe Than, gue cinta sama loe" Cindy merengek.

"Cindy, gue ga bisa. Gue ga cinta sama loe.." kata Nathan berdiri.

"Loe suka sama Iren?" tanya Cindy.

Nathan hanya diam tak bergeming, dia sendiri belum yakin sanggup menyatakan perasaanya ke Iren karena akan banyak konsekuensinya bagi Iren..

"Jika diam aku anggap iya jawabnnya" kata Cindy berdiri dan mendekati Nathan.

"Dan dengar ya Nathan, aku pastikan Iren tidak akan selamat lagi" ancam Cindy.

"Jadi benar kejadian di parkiran waktu itu?" Nathan menatap Cindy tajam.

"Ke...kejadian apa yang kamu maksud Than??" Cindy menyadari dengan kata katanya yang keceplosan.

"Ga usah pura pura mengelak, aku sudah mengetahuinya Cindy" wajah Nathan mulai memerah.

"A..aku memang ga tau Nathan" Cindy masih mengelak.

"Sekali lagi kamu mengusik Iren, aku akan melaporkanmu karena aku sudah memiliki beberapa bukti" ancam Nathan dan langsung meninggalkan Cindy.

"Arghhhhh sial..sial...sial... Dari mana dia tahu!!! Tapi bagaimanapun aku tidak akan melepaskanmu Nathan." kata Cindy geram.

Episodes
1 perubahan Nathan
2 penolakan Nathan
3 tragedi di parkiran
4 ada yang janggal
5 kejadian di acara kampus
6 kegagalan Cindy
7 sebuah perasaan
8 insiden maling
9 gara gara Cindy
10 Cindy curi curi kesempatan
11 saling ancam
12 Iren di ajak pergi Nathan
13 masa lalu Iren
14 kedekatan Iren dengan bunda
15 tamu tak di undang
16 harmonisnya keluarga Nathan
17 klan musuh mulai terlihat
18 Putri
19 pernyataan dan kewaspadaan
20 ratu drama
21 Iren emosi
22 pulang ke rumah Iren.
23 sebuah petunjuk
24 jadi melow
25 bakar bakaran
26 menunjukkan dirinya.
27 hari terakhir
28 kembali ke kota
29 kedatangan Putri
30 ada yang kepanasan.
31 ada yang ngambek
32 bekerja sama
33 terpancing
34 kembaran
35 penculikan Iren
36 misi penyelamatan
37 selamat
38 siuman
39 rencana Iren
40 dihina
41 Putri terus berusaha
42 Arya dan Nathan.
43 jebakan
44 benar benar di jebak
45 Iren kembali pulang
46 meluapkan emosi.
47 pemutusan kerja sama
48 memikirkan Iren.
49 kepindahan Iren
50 pilihan tersulit
51 menyusup
52 hampir saja.
53 menginap
54 Arya
55 mulai curiga
56 ketahuan
57 memaafkan
58 di perusahaan.
59 bau bau pengganggu
60 di tembak Nathan.
61 menyelamatkan Iren lagi.
62 khawatir
63 sama sama khawatir.
64 berpisah.
65 pemecatan
66 insiden.
67 cctv
68 musuh dalam selimut
69 siuman
70 beneran di lamar.
71 pulang
72 permintamaafan.
73 dipaksa
74 keluarga berkumpul
75 hari yang ditunggu
76 pencarian
77 usaha
78 sebuah misi
79 kagum dengan Iren
80 dipercepat
81 misi penyelamatan.
82 berkorban
83 usaha untuk kakek
84 kembali
85 tidak ada penundaan lagi
86 lamaran.
87 pancingan
88 rencana dijalankan
89 Santi
90 terus dipantau
91 kedatangan Rangga
92 Nathan dan Rangga
93 kerjasama Rangga dan Santi
94 menyusun rencana.
95 jalan jalan
96 Curiga
97 Dwi
98 di culik lagi
99 emosi
100 tewas
101 first kiss
102 siapa?
103 menyelamatkan
104 kritis
105 selalu bersama
106 kembali ke kampus
107 Cindy lagi
108 Ari dan Nathan
109 gaun
110 jebakan makan tuan
111 menjelang hari H.
112 sah
113 insiden tempat tidur
114 malam pengantin
115 Fitri, Iren dan Ririn
116 balasan untuk Cindy
117 rencana Arya
118 berkumpul dirumah kakek
119 tanda tanda
120 Dan ternyata
121 akhirnya
122 promosi
123 bonus part. Iren dan spesialnya
124 Ririn mulai curiga
125 akhir yang bahagia.. Ending
Episodes

Updated 125 Episodes

1
perubahan Nathan
2
penolakan Nathan
3
tragedi di parkiran
4
ada yang janggal
5
kejadian di acara kampus
6
kegagalan Cindy
7
sebuah perasaan
8
insiden maling
9
gara gara Cindy
10
Cindy curi curi kesempatan
11
saling ancam
12
Iren di ajak pergi Nathan
13
masa lalu Iren
14
kedekatan Iren dengan bunda
15
tamu tak di undang
16
harmonisnya keluarga Nathan
17
klan musuh mulai terlihat
18
Putri
19
pernyataan dan kewaspadaan
20
ratu drama
21
Iren emosi
22
pulang ke rumah Iren.
23
sebuah petunjuk
24
jadi melow
25
bakar bakaran
26
menunjukkan dirinya.
27
hari terakhir
28
kembali ke kota
29
kedatangan Putri
30
ada yang kepanasan.
31
ada yang ngambek
32
bekerja sama
33
terpancing
34
kembaran
35
penculikan Iren
36
misi penyelamatan
37
selamat
38
siuman
39
rencana Iren
40
dihina
41
Putri terus berusaha
42
Arya dan Nathan.
43
jebakan
44
benar benar di jebak
45
Iren kembali pulang
46
meluapkan emosi.
47
pemutusan kerja sama
48
memikirkan Iren.
49
kepindahan Iren
50
pilihan tersulit
51
menyusup
52
hampir saja.
53
menginap
54
Arya
55
mulai curiga
56
ketahuan
57
memaafkan
58
di perusahaan.
59
bau bau pengganggu
60
di tembak Nathan.
61
menyelamatkan Iren lagi.
62
khawatir
63
sama sama khawatir.
64
berpisah.
65
pemecatan
66
insiden.
67
cctv
68
musuh dalam selimut
69
siuman
70
beneran di lamar.
71
pulang
72
permintamaafan.
73
dipaksa
74
keluarga berkumpul
75
hari yang ditunggu
76
pencarian
77
usaha
78
sebuah misi
79
kagum dengan Iren
80
dipercepat
81
misi penyelamatan.
82
berkorban
83
usaha untuk kakek
84
kembali
85
tidak ada penundaan lagi
86
lamaran.
87
pancingan
88
rencana dijalankan
89
Santi
90
terus dipantau
91
kedatangan Rangga
92
Nathan dan Rangga
93
kerjasama Rangga dan Santi
94
menyusun rencana.
95
jalan jalan
96
Curiga
97
Dwi
98
di culik lagi
99
emosi
100
tewas
101
first kiss
102
siapa?
103
menyelamatkan
104
kritis
105
selalu bersama
106
kembali ke kampus
107
Cindy lagi
108
Ari dan Nathan
109
gaun
110
jebakan makan tuan
111
menjelang hari H.
112
sah
113
insiden tempat tidur
114
malam pengantin
115
Fitri, Iren dan Ririn
116
balasan untuk Cindy
117
rencana Arya
118
berkumpul dirumah kakek
119
tanda tanda
120
Dan ternyata
121
akhirnya
122
promosi
123
bonus part. Iren dan spesialnya
124
Ririn mulai curiga
125
akhir yang bahagia.. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!