"Ren, loe sanggup nyetir ga?, kalo enggak gue yang nyetirin.. Muka loe pucet gitu soalnya" tanya Ririn.
"Ya udah loe aja ya Rin, gue masih lemes banget nih, gemeter semua badan" kata Iren sambil memberikan kunci mobilnya.
"Loe yakin Ren enggak mau ke rumah sakit, kali aja ada yang sakit gitu" Ririn masih khawatir dengan kondisi Iren..
"Ga apa apa Rin, serius deh.. Makasih ya..." Iren tersenyum.
Mereka berdua berjalan menuju ke mobil Iren dan meninggalkan kampus..
Di dalam perjalanan, Iren melamun dia terus memikirkan kejadian aneh tadi...
Arah pandangannya menuju keluar, tapi pikirannya melayang ke mana mana..
"Ren... Ren.." panggil Ririn merasa tidak ada respon dari Iren, Ririn menoel lengan Iren..
"Eehhh iya Rin, ada apa.." Iren kaget..
"Loe ngelamun ya Ren?" tanya Ririn.
"Ehhh.. Enggak Rin" Iren nyengir..
"Ren, gue agak ngerasa aneh deh Ren" kata Ririn..
"Aneh?" Iren melirik Ririn
"Iya, kalo gue pikir pikir nih ya.. Ehhh entar dulu di kostan aja, ga konsen gue.." kata Ririn yang segera tancap gas setelah mendengar klakson mobil belakangnya sudah berbunyi terus karena lampu sudah hijau..
"Issss bikin nanggung aja loe Rin" Iren pura pura sewot..
"Hehehe maaf Ren," Ririn nyengir sambil terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Rin, ntar mlipir dulu ke swalayan dulu ya... Gue pengen nyari beberapa kebutuhan, pada abis di kost" kata Iren..
"Loe ga apa apa beneran, ga ada yang sakit tapi kan??" tanya Ririn..
"Ga apa apa kok, sekarang dah mendingan tinggal lapernya aja ini hehehe" canda Iren..
"Hahaha sama kalau itu mah, ehhh di sana aja ya.. Loe ke swalayan, ntar gue yang ke warteg itu biar cepet sampe ke kost.." Ririn menginstruksi..
"Ok lah, gue ayam aja ya.. Uangnya ntar di kost aja" kata Iren..
"Siiippp, santai aja" kata Ririn yang sudah memarkirkan mobilnya.
Mereka berdua turun dari mobil, dan menuju ke tujuan masing masing..
Iren sudah merasa mendingan meski masih terasa lemas yang dia rasakan..
#####
Nathan, yang sedari tadi sudah membuntuti Iren pun ikut berhenti memarkirkan mobilnya tidak jauh dari swalayan itu.
Dia ingin mengetahui di mana Iren tinggal, baru kali ini Nathan melakukan hal ini kepada seorang gadis..
Yang ada dari dulu malah dia yang di kejar kejar oleh para gadis...
Melihat Iren sudah keluar dari swalayan itu, Nathan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya.
Dan tidak lama kemudian datang Ririn dan mereka langsung masuk ke dalam mobil mereka..
Nathan sudah bersiap siap menyalakan mobilnya dan terus mengikuti mereka berdua hingga sampai ke kostan mereka.
Setelah mengetahui di mana Iren tinggal, Nathan pun langsung meninggalkan tempat itu untuk kembali ke rumahnya..
#####
"Ren, gue nitip makanan dulu ya.. Gue mau mandi dulu gerah ntar gue nyusul ke kamar loe" kata Ririn setelah tiba di depan pintu Iren.
"Ok deh, gue juga pengen mandi dulu, ntar langsung masuk aja" kata Iren sebelum masuk ke kamar.
"Siap" kata Ririn sambil berlalu..
Iren memasuki kamarnya, dinyalakannya ac agar lebih sejuk kamarnya..
Dia berjalan menuju ke tempat tidurnya dan duduk.
Belanjaannya pun hanya dia letakkan begitu saja di lantai..
Iren merebahkan dirinya, pikirannya terus menerawang memikirkan kejadian tadi yang benar benar tidak masuk akal baginya.
"Ahhh... Kenapa bisa yaaa, duhhhh jadi kepikiran terus. huuuhhh Udahlah, yang penting gue ga apa apa." Iren bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi untuk segera mandi..
Setelah selesai mandi, Iren keluar dan ternyata Ririn sudah menunggunya sambil memainkan ponselnya...
Iren keluar kamar untuk menjemur handuknya di jemuran..
"Rin, ayok makan" ajak Iren setelah masuk ke kamar..
"Ayok" Ririn bangun dari rebahannya..
Mereka makan dengan tenang tanpa bersuara sedikit pun. Setelah kejadian tadi siang, membuat perut Iren terus berkeroncongan tanda meminta tambahan amunisinya..
"Ren... Elo ngarasa aneh ga si sama mobil yang nabrak loe tadi" tanya Ririn setelah menyelesaikan makannya..
"Anehnya dimana Rin" Iren berpura pura bingung..
"Kalo gue pikir pikir nih ya, di depan loe kan ga ada apa apa ya.. Tapi mobilnya lumayan ringsek bagian depan kaya habis nabrak sesuatu gitu" Ririn menjelaskan..
"Hmmmm itu juga yang masih gue pikirin Rin, kaya ga masuk akal gitu. Di depan gue tuhh bener bener kosong ga ada apa apa pun, tapi mobil kaya kehalang sesuatu gitu.. Kalo di logika kan seharusnya gue ga selamat, tapi amit amit si" kata Iren sambil memukul mukul kepalanya tiga kali dan lantai tiga kali bergantian setelah mengatakan kata kata yang terakhir..
"Iya bener tuhh" kata Ririn.
"Kira kira keadaan si pengendara gimana ya, gue ga sempet merhatiin." tiba tiba Iren teringat dengan si pengendara itu.
"Setahu gue si dia terluka di bagian kepala dan sempet ga sadarkan diri Ren, tapi dah di bawa ke RS si" jawab Ririn.
"Mudah mudahan ga apa apa ya.. Loe tau ga itu siapa" tanya Iren lagi..
"Entah deh Ren, gue ga ngamatin wajahnya" jawab Ririn.
"Ehhh Ren besok lo ada kelas ga?" tanya Ririn.
"Besok siangan si jam 11an, kenapa?" Iren berbalik tanya.
"Ga apa apa si, gue besok ga ada kelas dosennya cuma kirim tugas lewat email." jawab Ririn
"Ikut aja ke kampus, ada perpustakaan ini" ajak Iren.
"Ga ahh, gue pengen rebahan dulu di kost hehehe" kata Ririn nyengir..
"Huuu dasar loe *****" kata Iren.
"Dahhh Ren, gue balik dulu ya.. Nyicil tugas" pamit Ririn.
"Ok,.." jawab Iren.
Hari semakin sore dan berganti malam, Iren setelah menyelesaikan tugasnya kembali merebahkan tubuhnya dan mulai menutup matanya dan tertidur bahkan dia lupa untuk mengunci jendelanya.
Malam semakin larut, tidur Iren begitu lelapnya..
Ntah dari mana datangnya, tiba tiba Nathan berada di kamar Iren..
Dia mendekati Iren, berjongkok mensejajarkan dirinya dengan tempat tidur Iren yang cukup pendek..
Di selimutinya Iren dan ditatapnya Iren..
Cukup lama Nathan berada di sana.
Nathan sempat mengamati kamar Iren, tidak ada hal yang mencurigakan dari Iren, tapi apa yang membuat dia begitu tertarik dengan Iren..
Akhirnya Nathan pun pergi akan keluar dari sana, yang sebelumnya mematikan lampu kamar Iren dan menggantikannya dengan lampu tidur setelah itu pergi begitu saja.
Menjelang subuh, Iren terbangun dari tidurnya.
Dia terkejut melihat dia tidur dengan selimut, seingat dia semalam dia tidak menggunakannya dan lampu masih menyala, dia juga merasa ada seseorang di dalam kamarnya.
"Ahhh mungkin hanya mimpi" Iren menepis pikirannya dan melihat jendela belum terkunci lalu dia menguncinya dan kembali tidur..
Esok harinya, Iren bersiap ingin mencari sarapan sambil jalan jalan pagi..
Tok..tok...tok..
"Rin.. Rin.." panggil Iren..
Tok..tok...tok..
Ririn tidak juga membukakan pintu.
"Jangan jangan masih molor nih anak, mentang mentang libur" gumam Iren sambil beranjak pergi.
Iren berjalan santai sambil memikirkan ingin sarapan pakai apa pagi ini.
Tiba tiba ada mobil berhenti tepat di depan Iren..
Iren hanya mengamati mobil tersebut menunggu siapa si pengendara..
"Nathan" panggil Iren.
"Sendirian aja Ren" kata Nathan menghampiri Iren.
"Iya, dari mana?" tanya Iren.
"Jalan jalan aja" jawab Nathan.
Nathan terus mengamati Iren tapi benar benar nihil, dia tidak bisa membaca Iren namun terasa nyaman di dekatnya.
"Ohhh" Iren hanya ber ohhh ria..
"Kamu sendirian aja" tanya Nathan.
"Iya nih, temen gue masih molor kayaknya hehe" kata Iren.
"Bareng aja yukk, sekalian nyari sarapan" ajak Nathan..
"Beneran nih" tanya Iren.
"Udahh ayok, sekalian gue mulangin buku elo.." ajak Nathan meyakinkan.
"Ok deh" Iren meng iyakan..
Mereka pun pergi dari tempat itu dan berhenti di sebuah taman, tak jauh di sana ada penjual bubur ayam.
Jangan di tanya, kenapa Nathan bisa seperti manusia yang memakan segala hal padahal dia seekor harimau putih.. Itu karena dia masih ada keturunan manusia dari sang bunda meski yang lebih dominan ke sang ayah, dan sebelum menjadi harimau putih Nathan menjadi manusia seutuhnya, jadi Nathan sudah terbiasa dengan konsumsi manusia biasa dan itu keuntungan bagi dia bisa cepat beradaptasi dengan manusia, berbeda dengan ayahnya dahulu yang benar benar butuh waktu untuk bisa hidup di berdampingan dengan manusia biasa dan itu juga karena dukungan dari bunda Nathan.
"Buryam aj ya" tawar Iren.
"Ok, pesan kan sekalian gue nyari minum dulu" kata Nathan.
Iren pun memesan dua porsi buryam dan beberapa sate satean yang di sediakan oleh si penjual..
Saat Nathan kembali akan menghampiri Iren, Nathan merasakan akan terjadi sesuatu lalu pandangannya berlalu kedua orang laki laki yang duduk tidak jauh dari Iren. Dia melihat kedua laki laki itu mengincar ponsel dan dompet Iren yang diletakkan di atas meja.
Nathan dengan cepat mendekat saat kedua laki laki itu mulai mendekati Iren.
Dan..
Bughh bughh bughh..
Tiba tiba Nathan menendang kedua laki laki itu dan itu membuat Iren dan yang lainnya terkejut.
Kedua laki laki itu terhuyung kebelakang dan Nathan menggirinngnya menjauh dari warung. Kedua laki laki itu akan melawan, namun saat melihat mata Nathan yang memerah seperti mata harimau, mereka langsung kabur begitu saja..
"Loe tidak apa apa Iren" tanya Nathan.
"Gue malah bingung dan kaget, tau tau loe ada di sini dan langsung berantem sama mereka" jawab Iren.
"Gue lihat, mereka mengincar ponsel dan dompet elo" kata Nathan.
"Waahhh loe hebat Than, gue kaget.. Tapi untung ini warung ga kenapa kenapa" kata Iren melihat sekeliling yang tidak ada yang tersenggol sedikitpun..
"Mang, ga apa apa kan?" tanya Nathan.
"Ga apa apa bang, cuma kaget aja tadi.. Mereka itu memang dah biasa nyopet di sini bang dah sering ketangkep juga, tapi ga ada kapok kapoknya" kata si mamang memberikan informasi.
"Wahhh bahaya kalau gitu, bikin ga nyaman para pengunjung taman" kata Iren sambil kembali duduk.
Setelah insiden itu, Iren dan Nathan pun memakan buryam yang sudah mulai dingin..
Setelah menghabiskannya, mereka berdua kembali berjalan dan menuju ke bangku taman yang kosong..
Cukup lama mereka terdiam, mereka sedang menikmati pikiran mereka masing masing.
"Than, gue balik ya. Bentar lagi kan jam ke kampus" kata Iren setelah melihat jam di ponselnya.
"Gue anterin ya, sekalian mulangin buku di mobil. Ini juga lumayan jauh dari kostan loe" jawab Nathan sembari bangkit berdiri..
Iren hanya mengangguk, Iren seperti ada sesuatu didalam dirinya ketika berdekatan dengan Nathan, ada rasa aman dan nyaman padahal ini pertemuan ke dua dengan Nathan..
Setelah sampai mengantarkan Iren, Nathan memberikan buku Iren dan langsung berpamitan.
Iren langsung kembali ke kamarnya dan bersiap siap untuk pergi ke kampus..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments