Dia Bimaku

Dia Bimaku

Pengenalan tokoh

Maudy Ambar sari. Seorang gadis berkulit putih bersih, tinggi hidung mancung. Tetapi tidak suka berdandan, ia sedikit tomboy. Cantiknya natural tanpa make up, termasuk lipstik sekali pun. Berasal dari keluarga sederhana yang tidak kekurangan. Ayahnya adalah seorang PNS, dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Maudy adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Bima Adi Nugroho. Putra dari bapak Adi Nugroho, pemilik perusahaan di berbagai negara. Bima adalah anak kedua dari dua bersaudara. Bima seorang lelaki tampan yang nyaris sempurna, tetapi hatinya lembut, pendiam dan sangat pemalu. Berbeda dengan anak orang kaya lainnya. Bima adalah kekasih dari Maudy Ambar sari.

Pagi ini, sebelum bel sekolah berbunyi.

"Sayang, kamu udah sarapan tadi? Aku bawa roti nih." Duduk di kursi yang ada di bawah pohon di area sekolah.

"Udah kok Bim. Ibu tadi buatkan nasi goreng."

"Huh aku cariin ternyata disini ya kalian."

Kiki, ya itu adalah sahabat dekat Maudy, dan tentunya sahabat juga dengan Bima. Hanya dengan Kiki lah Bima mau berinteraksi seperti biasa. Mungkin karena sifatnya yang cenderung pendiam jadi tidak terlalu banyak dekat dengan orang lain.

Bima berpacaran dengan Maudy juga karena sebelumnya sudah mengenal, yakni satu kelas sewaktu masih SD. Selain Maudy anak yang periang juga banyak teman, banyak menyukai, hal ini sangat berbanding terbalik oleh sifat Bima. Bima yang buncin akut, sangat cemburuan. Tetapi Maudy tidak keberatan dengan itu semua, bahkan ia merasa senang kalau tiap hari Bima harus cemberut ketika teman lelaki yang lain menyapa Maudy.

"Bel sebentar lagi berbunyi, kita ke kelas aja lah, ayo?" Berdiri menunggu dua pasangan ini duduk dengan santainya.

"Bentar lagi lah Ki, aku masih makan roti." Bima melahap roti coklat yang di bawakan mamanya.

"Hei, Hem Maudy nanti kita ada rapat OSIS ya, soalnya kita harus menyusun anggota OSIS yang baru, dan melepas jabatan kita."

Andi, keren tampan. Dan menyukai Maudy tentunya, seorang ketua OSIS disekolah, dan Maudy sebagai bendaharanya. Karena saat ini mereka baru saja naik ke kelas 3 SMA. Maka harus berganti jabatan pengurus OSIS dengan yang baru.

"Iya siap. Selesai istirahat atau gimana?" Masih setia duduk di sebelah Bima. Bima hanya menunduk mengunyah roti miliknya.

"Belum tau sih. Nanti aku kabarin deh ya."

"Ok." Dan melirik ke arah Bima. Setelah Andi pergi barulah Bima mendongakkan wajahnya.

"Senang banget kelihatannya si Andi kalau udah mau rapat OSIS. Pasti karena ada Maudy." Kiki mulai mengompori.

"Mulut kamu mau aku sumpal pake roti ini Ki?"

"Becanda lah Bim ah." Maudy hanya tersenyum dan geleng-geleng. "Tuh bel udah bunyi, ayo ah masuk." Menarik tangan Maudy dan meninggalkan Bima yang juga belum selesai mengunyah roti.

"Sayang." Mendengus karena di tinggal.

Pelajaran di mulai. Seperti biasa, Maudy menjawab semua pernyataan yang bagi siswa lain sulit, kalau baginya mah kecil.

"Kenapa?" Melihat Bima yang dari tadi menunjukan wajah dinginnya.

Marah sama kamu!! Dalam hati tentunya.

"Ya udah kalau enggak mau jawab."

"Ah sayang! Kenapa tadi ninggalin aku sih." Akhirnya tak tahan mendiamkan Maudy.

"Ya ampun sayang. Kan bisa ngejar tadi!!"

"Au ah!!" Kembali menulis.

Maafkan aku ya Bima sayang. Apa aku harus mohon begitu? Baiklah.

"Maaf ya sayang ya. Jangan cemberut nanti hilang deh gantengnya." Merayu, agar Bima kembali tersenyum.

Satu, dua, tiga. Benar saja sang pujaan hati menoleh.

"Enggak mau di tinggal lagi."

"Iya iya. Sekarang belajar yang fokus, kita hanya sebentar lagi ada di bangku sekolah ini."

Bahkan ya Bima aja duduk enggak mau pisah dengan Maudy. Tapi ya maklum, yang lain juga sudah tau kalau mereka pacaran. Hanya Kiki kadang yang merasa terusik karena hanya menjadi obat nyamuk di antara mereka.

Pelajaran berakhir, waktu mereka mengisi perut dengan jajanan kantin. Kantinnya mewah loh, maklum juga ya sekolah elit. Walau keluarga Maudy tidak sekaya sepeti teman yang lain, termasuk Bima. Tapi Alhamdulillah, ayah dan ibunya mampu untuk menyekolahkan anaknya di tempat ini, itu juga terbantu dengan beasiswa yang selalu Maudy dapatkan. Belajar dan belajar selalu ia lakukan, tak lupa juga dengan pacaran.

"Maudy, setelah ini kita rapat di aula ya, kamu enggak perlu masuk ke kelas lagi." Andi datang bersama teman-temannya.

Sok ngatur kayak guru! Protes Bima dalam hati.

"Oh gitu ya udah." Memberi senyum termanisnya.

"jangan senyum!" Bisik Bima.

"Duluan ya Dy, Ki, Bim." Andi and teh Genk pamit.

"Iya ketua." Kiki menjawab.

"Iya ndi." Maudy melambaikan tangan.

"Hem." Dan apa? Bima hanya berdehem dengan sewotnya.

"Ngapain sih mesti senyum segala." Menggerutu enggak jelas.

"Mulai deh kan."

"Tau, napa sih Bim. Syirik amat, itu tandanya Maudy ramah."

"Ya ya ya ya." Kembali menyantap mie goreng miliknya.

Maudy bersiap akan ke aula. Maudy berpesan pada Kiki untuk memantau Bima, agar dia belajar dengan serius.

"Jangan senyum sama yang lain, ingat. Duduknya harus jauh sama laki-laki." Kembali memulai bucinnya.

"Udah ayo masuk jangan lebay!" Menarik tangan Bima. "Dan kamu Maudy, cepat ke aula." Mencoba berakting seperti guru.

"Iya bu siap. Oh iya, nanti pulang sekolah kerumah aku ya. Ibu ku masak enak." Berjalan pergi meninggalkan Bima dengan beribu kekhawatiran.

"Setelah lulus kamu kuliah dimana Bim?" Sambil berjalan menuju kelas.

"Entah lah, aku sih malas Ki bilang mau kuliah disana, disitu, atau dimana. Toh ujung-ujungnya orang tuaku yang nentuin."

"Protes lah Bim. Kamu kan bukan anak kecil lagi."

"Males!!" Meninggalkan Kiki dan lebih dulu masuk ke kelas.

"Eh Bim. Maudy mana?" Salah seorang siswi centil bertanya.

"Lagi rapat OSIS." Tak mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Boleh duduk Bim?" Diam tak menjawab.

Tanpa menunggu Nina duduk di bangku Maudy.

Hanya melirik dan kembali memainkan ponselnya.

"Bim?"

"Hem?"

"Kamu udah lama ya pacaran sama Maudy?"

Mencoba bertanya.

"Udah." Garuk-garuk kepala karena kalah memainkan permainan.

"Jadi udah ngapain aja?" Memandang Bima.

Apasih yang dibicarakan dia. Batinnya.

"Banyak lah." Kembali memulai permainan di ponsel.

"Ha? Banyak? Apa termasuk itu juga, gila ya Bima. Enggak nyangka padahal kamu pendiam loh!" Nina berteriak dan pandangan seisi kelas tertuju padanya.

"Ups.." Menutup mulutnya dengan tangan.

"Kamu ngapain disitu nin?" Tegur Kiki yang baru saja masuk kedalam kelas.

"Ini loh Ki, Bima katanya udah banyak ngelakuin hal, sama Maudy. Termasuk itu tuh, enggak nyangka ah." Memprovokasi Kiki.

"Ya memang banyak lah."

"Ha? Jadi kamu juga tau?" Kaget yang kedua kali.

Bima cuek aja, tak mendengarkan dan melihatnya.

"Udah sana, mau tau aja urusan orang lain. Sana kamu pacaran aja sama Edi tuh. Kasian dia enggak punya pacar." Menunjuk lelaki berkaca mata dengan rambut klimis seperti pakai minyak goreng.

"Kayak kamu enggak jomblo aja."

"Udah sana, nanti kalau Maudy tau kamu deketin Bima, uwih bisa di tonjok kamu. Apa aku kasih tau aja ya?" Berpura-pura memikir.

"Eh jangan iya iya aku pergi." Takut loh dia, takut sama Maudy. Haha.

"Akhirnya pergi juga nenek sihir."

Menoleh ke arah Kiki.

"Kamu tuh Bim, kalau ada yang deketin jangan diam aja. Usir kek, atau apa kek."

"Malu aku ah mau ngomongnya, segan juga. Jadi aku diamkan aja."

"Simpan ponsel kamu, ada guru datang tuh. Mau aku laporin sama Maudy?"

"Iya, bawel amat sih."

Berpura-pura fokus belajar dan mendengar kan. Padahal sebenarnya di dalam benaknya hanya ada Maudy, Maudy dan Maudy.

Lama banget sih Maudy ih.

Ngapain aja sih rapat aja lama sekali. Apa udah selesai cuma Maudy lagi kumpul sama teman-temannya ya? Semua pertanyaan itu muncul dalam benaknya.

Apa aku permisi aja ya bilang mau ke toilet, biar bisa lihat Maudy, ah tapi aku malu mau bilangnya ke guru.

"Kenapa sih Bim?" Melihat Bima yang gelisah.

"Mau permisi ke toilet, tapi enggak berani." Berbalik badan berbicara dengan Kiki.

"Bima kenapa?" Tegur bu Widya.

"Ah enggak Bu." Menunduk malu menjadi pusat perhatian.

"Mau ke toilet bu, tapi takut dia ngomongnya. Udah kebelet katanya." Seisi kelas tertawa mendengar ucapan Kiki. Begitu juga dengan bu Widya.

"Ya udah Bima kalau kamu mau ke toilet."

"Iya bu." Berdiri dan melirik Kiki dengan tajam.

"Wih serem." Mengejek Bima yang wajahnya memerah.

Bima berjalan dengan santainya sebelum berjumpa dengan orang lain, jelas saat ini sepi karena memang jam pelajaran masih berlangsung.

Clingak-clinguk melihat situasi, Bagas mengintip dari jendela aula, melihat dimana Maudy duduk saat ini.

Ih kok duduknya sebelahan sama Andi sih? Padahal tadi udah di bilang jangan dekat-dekat. Sebal sendiri sampai kepalanya terpentok jendela, sontak satu isi aula melihat ke arah jendela. Bima yang kikuk langsung berjongkok, ia merutuki kebodohannya sendiri.

"Biar aku liat, siapa yang ada disana." Andi berdiri dari duduknya.

"Mungkin orang iseng, udah lanjutkan aja lah rapatnya biar cepat selesai." Maudy melarangnya.

"Oh iya juga. Ya udah kita lanjut ya."

Secepat mungkin Bima berlari untuk kembali ke kelas. Semua tatapan tertuju padanya saat sampai di depan kelas.

"Bima kenapa lama sekali?" Tegur bu Widya.

"Maaf bu." Tidak memberi alasan dan langsung masuk kemudian duduk di bangku, dengan wajah yang sulit di artikan.

Tambah enggak tenang aja aku belajar ah!!!

Tak terasa bel sudah berbunyi, waktunya pulang. Kembali ke rumah masing-masing. Suara ricuh dari setiap siswa dan siswi yang berada di kelas sudah biasa, karena memang begitulah jika sudah waktunya pulang. Ada kegembiraan tersendiri bagi mereka. Tapi tunggu, Maudy juga belum selesai dengan rapat nya.

"Bim, tunggu. Maudy mana?" Berjalan sambil memakai tas gendongnya.

"Apa? Enggak tau, belum siap mungkin." Cuek.

Kalau enggak mikir kamu pacarnya Maudy aja Uda aku getok pake buku. Batin Kiki dengan sebalnya.

"Kita tunggu di depan aja, tadi kan dia ngajak kita main kerumahnya." Manut tanpa menjawab. Duduk dekat pos satpam. Banyaknya siswa lalu-lalang membuat mereka kesulitan melihat Maudy.

Setelah sepi baru lah nampak Maudy berjalan bersama Andi, tertawa kecil, sesekali memukul lengan Andi. Jelas, sangat jelas Bima yang melihat sudah kepanasan.

Masalahnya, sudah cemburuan tapi pemalu, jadi ya bebas aja laki-laki gangguin pacarnya. Coba aja galak sedikit, pasti pada takut dah tuh.

"Lama ya nunggu nya? Ayo kita berangkat sekarang." Kiki melirik Bima yang masih mengalihkan pandangannya.

"Ya udah ayo."

Masih saja Maudy merasa tidak bersalah. Sudah menunggu, eh malah Bima nya di cuekin.

"Kita naik mobil aku aja ya, tuh supir udah jemput." Setuju saja dengan usulnya, ya begitu lah pikiran Maudy saat ini, karena memang sudah lapar.

Lalu Bima? Kenapa dia tidak protes.

"Bim?" Panggilan yang lembut. "Kamu ikut kan kerumah ku?" Masih belum menjawab. Asik bermain ponsel, padahal tidak ada yang di ketik.

"Malu sama ibumu."

"Ya udah kalau enggak mau. Aku duluan ya."

Melangkah memasuki mobil Kiki.

"Ikut." Maudy sudah paham, pasti dia mau sebelum di ancam juga pasti bakal mau.

Hari ini hari pertama, dimana Bima harus berkunjung ke rumah calon mertuanya. Entah lah sikap seperti apa yang akan ia tujukan, mungkin akan puasa ngomong sampai pulang. Selama 2 tahun lebih menjalin hubungan dengan Maudy, Bima memang belum pernah datang kerumah Maudy, dengan alasan masih sama-sama di kasih batasan.

Kalau orang tua Maudy sih, ngasih buat Maudy dekat dengan siapapun, tapi kalau untuk pacaran dan harus ngapel kerumah setiap malam tertentu, oh no itu belum bisa di kabulkan.

Tapi hari ini Maudy sendiri yang mengajak mereka untuk datang, biasanya juga hanya Kiki yang di ajak.

Oh God, tangan ku mulai berkeringat. Sungguh aku sangat ingin pulang kerumahku saja.

Sedari tadi Maudy melirik Bima yang memang nampak gelisah.

Ting.. Suara ponsel milik Kiki berbunyi, Bima? Batinnya. Langsung membuka pesan Whatsapp. Haha Kiki tertawa dengan kencang, hingga supir dan Maudy nampak bingung, tapi Bima? Jelas dia tau kalau Kiki menertawakannya.

Ini pesan:

"Ki, aku turun aja ya. Aku malu."

"Kenapa sih Ki?" Yang penasaran dengan tawanya bertanya.

"Eh itu Dy, si Bima mau pulang aja. Malu katanya?" Tak menjawab langsung beralih menghadap Bima.

"Kamu mau pulang? Ya udah. Pulang aja. Tapi lain kali jangan pernah datang kerumah ya." Menggertakan giginya.

Sayang serius, kamu hari ini nyebelin banget, banget!!

"Apa?" Ketika Bima membalas tatapannya.

"Sudah sampai non."

Kiki dan Maudy turun lebih dulu. Dan Bima, ia lemas bahkan kakinya bergetar. Supir menegurnya dan bertanya kenapa tidak turun? Langsung Bima dengan sigap turun dari mobil.

Besok aku bakal bawa mobil sendiri! Nyesel juga selalu menolak tawaran mama dan papa yang ingin aku sekolah bawa mobil. Ah, kalau begini mana bisa kabur lagi. Seperti apa ya ibu dan ayahnya Maudy.

Berpikir dan berpikir.

"Eh Maudy udah pulang? Bawa sapa tuh?" Tegur tetangganya, wajahnya tidak tampan, tapi manis juga sih.

"Teman bang."

"Nanti kesini ya, kita main gitar. Kalau teman kamu udah pulang."

Aku bersumpah setelah pulang, akan menyuruh Maudy untuk tidur! Bima.

 

---

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-04-05

0

🖤Rima Edi🖤

🖤Rima Edi🖤

hadirrr

2022-03-18

1

Acheuom Rahmawatie

Acheuom Rahmawatie

mampir😁😁

2021-10-14

1

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan tokoh
2 Kunjungan pertama
3 Keegoisan papa
4 Berkunjung kerumah Bima
5 Hukuman untuk Bima
6 Air mata Maudy
7 Menjauhi Bima
8 Peluk aku
9 Suasana baru
10 Bapak Adi Nugroho
11 Hadir ke acara tunangan
12 Kabar duka
13 Kebohongan Maudy
14 Aku cinta kamu
15 Menjadi remaja sesungguhnya
16 Gara-gara mimpi
17 Lagi-lagi Bima
18 Bala bantuan untuk Bima
19 Hanya milikku
20 Mencoba berdamai dengan papa
21 studi tour
22 studi tour 2
23 Maafkan aku ayah
24 Tangis di perpisahan
25 Hari tanpa Bima
26 Apa ini kejutan?
27 Permintaan Bima
28 Kado terindah
29 Malam terakhir Maudy
30 Perpisahan vs Pernikahan
31 Kehidupan di luar negeri
32 Aku bosan
33 Hari yang di tunggu
34 Akibat jual mahal
35 Penuh dengan drama
36 Penuh dengan drama part 2
37 Bima, aku rindu
38 Apakah ini perpisahan?
39 Bukan Bima
40 Kabar baik atau duka
41 Bertemu lagi
42 Pelukan hangat
43 Pelukan hangat 2
44 Terimakasih kabut
45 Pertunangan yang mendadak
46 Kesakitan ini nyata
47 Kecemburuan!
48 Perasaan mama
49 Kemurkahan papa
50 Kemurkahan papa 2
51 Selamat tinggal negara persinggahan
52 Bukan kejutan
53 Luna mati kutu
54 Scandal atau sandal?
55 Aku juga sudah menolak
56 Masih tentang sandal
57 Lamaran???
58 Semuanya berjuta-juta?
59 Akhirnya aku di lamar
60 Berkunjung kembali
61 Maaf
62 Balas dendam
63 Balas dendam 2
64 Nikah???
65 Jadi malam itu sama-sama mabuk
66 Aku mau nikah
67 Jadi, Ilham itu kucing??
68 Datang ke pernikahan mantan
69 Fitting baju
70 Curiga
71 Haruskah batal nikah?
72 Papa setuju??
73 Tentang papa
74 Tiga hari lagi
75 Motor baru untuk Tisha
76 Sudah sah!!
77 Siang pertama bukan malam pertama
78 Siapa Winda?
79 Bulan madu
80 Bulan madu 2
81 Bulan madu 3
82 Emosi Bima
83 Dia istriku!
84 Gara-gara mobil
85 Kenapa harus ada dia??
86 Salah siapa?
87 Harus patuh
88 Kamar baru
89 Sensitif
90 Maudy jatuh sebuah keberuntungan
91 Berita gembira seluruh karyawan
92 Kelicikan Bima
93 Sun dan Ilham
94 Resepsi
95 Ada dua janin
96 Ayah sakit
97 Kemana Kiki?
98 Pergi atau tidak
99 Bima tau semuanya
100 Wanita penganggu
101 Bima hilang
102 Tragedi kecelakaan pesawat (Bima di temukan)
103 Doa untuk Bima
104 Kebaikan keluarga bapak Adi
105 Bima mulai pulih
106 Kepulangan Bima
107 Jangan memaksakan keadaan
108 Bima mulai panik
109 Aku cemburu
110 Edi si rambut klimis
111 Sembuh total
112 Baby Wini
113 Hari pertama di kantor
114 Hari pertama di kantor 2
115 Acara tujuh bulan
116 Bimbang
117 Pulang kerumah ibu
118 Terpaksa tidur di hotel
119 Harusnya Revan ikut
120 Kenapa semua lelaki sama?
121 Siapa yang salah?
122 Usaha Bima
123 Drama untuk mertua
124 Hantunya Bima
125 Jadi begitu
126 Kabar duka
127 Hubungan rumit
128 Hubungan rumit 2
129 Hubungan rumit 3
130 Bima sakit
131 Baby Endah dan Gio
132 Revan atau Niko?
133 Resiko seorang papa
134 Siapa R?
135 Orang baik
136 Kenangan membuat sakit
137 Aku milikmu
138 Kedua pasangan bulan madu
139 Selamat jalan mantan
140 Bahagia! Finally
141 Bonus chapter
142 Haiiiiii ada yang baru niiihh
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Pengenalan tokoh
2
Kunjungan pertama
3
Keegoisan papa
4
Berkunjung kerumah Bima
5
Hukuman untuk Bima
6
Air mata Maudy
7
Menjauhi Bima
8
Peluk aku
9
Suasana baru
10
Bapak Adi Nugroho
11
Hadir ke acara tunangan
12
Kabar duka
13
Kebohongan Maudy
14
Aku cinta kamu
15
Menjadi remaja sesungguhnya
16
Gara-gara mimpi
17
Lagi-lagi Bima
18
Bala bantuan untuk Bima
19
Hanya milikku
20
Mencoba berdamai dengan papa
21
studi tour
22
studi tour 2
23
Maafkan aku ayah
24
Tangis di perpisahan
25
Hari tanpa Bima
26
Apa ini kejutan?
27
Permintaan Bima
28
Kado terindah
29
Malam terakhir Maudy
30
Perpisahan vs Pernikahan
31
Kehidupan di luar negeri
32
Aku bosan
33
Hari yang di tunggu
34
Akibat jual mahal
35
Penuh dengan drama
36
Penuh dengan drama part 2
37
Bima, aku rindu
38
Apakah ini perpisahan?
39
Bukan Bima
40
Kabar baik atau duka
41
Bertemu lagi
42
Pelukan hangat
43
Pelukan hangat 2
44
Terimakasih kabut
45
Pertunangan yang mendadak
46
Kesakitan ini nyata
47
Kecemburuan!
48
Perasaan mama
49
Kemurkahan papa
50
Kemurkahan papa 2
51
Selamat tinggal negara persinggahan
52
Bukan kejutan
53
Luna mati kutu
54
Scandal atau sandal?
55
Aku juga sudah menolak
56
Masih tentang sandal
57
Lamaran???
58
Semuanya berjuta-juta?
59
Akhirnya aku di lamar
60
Berkunjung kembali
61
Maaf
62
Balas dendam
63
Balas dendam 2
64
Nikah???
65
Jadi malam itu sama-sama mabuk
66
Aku mau nikah
67
Jadi, Ilham itu kucing??
68
Datang ke pernikahan mantan
69
Fitting baju
70
Curiga
71
Haruskah batal nikah?
72
Papa setuju??
73
Tentang papa
74
Tiga hari lagi
75
Motor baru untuk Tisha
76
Sudah sah!!
77
Siang pertama bukan malam pertama
78
Siapa Winda?
79
Bulan madu
80
Bulan madu 2
81
Bulan madu 3
82
Emosi Bima
83
Dia istriku!
84
Gara-gara mobil
85
Kenapa harus ada dia??
86
Salah siapa?
87
Harus patuh
88
Kamar baru
89
Sensitif
90
Maudy jatuh sebuah keberuntungan
91
Berita gembira seluruh karyawan
92
Kelicikan Bima
93
Sun dan Ilham
94
Resepsi
95
Ada dua janin
96
Ayah sakit
97
Kemana Kiki?
98
Pergi atau tidak
99
Bima tau semuanya
100
Wanita penganggu
101
Bima hilang
102
Tragedi kecelakaan pesawat (Bima di temukan)
103
Doa untuk Bima
104
Kebaikan keluarga bapak Adi
105
Bima mulai pulih
106
Kepulangan Bima
107
Jangan memaksakan keadaan
108
Bima mulai panik
109
Aku cemburu
110
Edi si rambut klimis
111
Sembuh total
112
Baby Wini
113
Hari pertama di kantor
114
Hari pertama di kantor 2
115
Acara tujuh bulan
116
Bimbang
117
Pulang kerumah ibu
118
Terpaksa tidur di hotel
119
Harusnya Revan ikut
120
Kenapa semua lelaki sama?
121
Siapa yang salah?
122
Usaha Bima
123
Drama untuk mertua
124
Hantunya Bima
125
Jadi begitu
126
Kabar duka
127
Hubungan rumit
128
Hubungan rumit 2
129
Hubungan rumit 3
130
Bima sakit
131
Baby Endah dan Gio
132
Revan atau Niko?
133
Resiko seorang papa
134
Siapa R?
135
Orang baik
136
Kenangan membuat sakit
137
Aku milikmu
138
Kedua pasangan bulan madu
139
Selamat jalan mantan
140
Bahagia! Finally
141
Bonus chapter
142
Haiiiiii ada yang baru niiihh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!