"Cerah sekali hari ini" gumam Devan yang sedang melajukan mobilnya lambat menyusuri jalan raya London.
Pandangan matanya menyusuri tepi jalan raya London yang banyak pejalan kaki berseliweran. Devan melihat kumpulan beberapa Mahasiswa yang sedang mengobrol di tepi jalan. Membuatnya mengenang masa kuliahnya. Yang banyak dia gunakan untuk bermain hingga mendapatkan julukannya di banding serius dengan kuliahnya.
Beberapa saat berlalu, Devan menghentikan mobilnya di tempat parkir yang tersedia di sebuah taman. Devan keluar dari mobilnya, dan menyandarkan tubuhnya di mobil sportnya dengan memasukkan kedua tangannya di saku celana. Mengamati taman yang di penuhi muda - mudi yang tengah bercumbu, ada juga beberapa muda - mudi yang berkelompok sambil bercanda ria.
"Kenapa aku dulu tidak menyempatkan diri seperti mereka?" gumamnya lirih.
Devan berjalan sendiri di tepi taman. Biasanya dia akan di temani sang Asisten jika mengunjungi tempat - tempat seperti itu. Hingga langkahnya terhenti di sebuah toko kecil yang menjual aneka kue. Devan mengamati berbagai macam kue yang di pajang.
Kue ini kan kesukaan Oma! batin Devan melihat beberapa model kue berukuran kecil.
"Selamat datang di toko kami!" sapa penjual, "mau kue yang seperti apa, Tuan?" tanya sang penjual.
"Aku mau lihat - lihat dulu!" jawab Devan tanpa menoleh pada sang penjual.
"Iya, silahkan Tuan!"
"Aku mau yang ini!" ucap Devan menunjuk simulasi square cream dan simulasi rose berukuran kecil.
"Mau yang warna apa, Tuan?"
"Semua warna!" jawab Devan.
"Baik, Tuan! tunggu sebentar!" ucap penjual sambil mengambil dua kotak kardus untuk membungkus kue.
"Berapa totalnya?" tanya Devan menanyakan harganya.
"Square Rp. 294.000,- dan Rose Rp. 252.000,- Totalnya Rp. 546.000,- Tuan!" jawab Sang penjual.
Devan membuka dompetnya, dan terlihat berjajar kartu dengan berbagai jenis. Devan mengeluarkan kartu berwarna gold, karena yang dia beli bukan barang mahal. Lalu menyerahkan pada penjual itu.
"Maaf, Tuan! kami hanya menerima pembayaran cash," ucap si penjual, "karena kami tidak menyediakan mesin debit!"
Devan membuka dompetnya untuk mencari uang cash, dan hanya ada satu lembar uang. Karena dia tidak terbiasa menyimpan uang cash dengan jumlah banyak sebelumnya. Di tambah ini kali pertama dia beli di toko kecil seorang diri. Biasanya Asistennya yang selalu membayarnya.
"Maaf, di dompet saya tidak ada uang cash yang cukup," ucap Devan, "Di mana ya, mesin ATM di dekat sini?" tanya Devan.
"Tuan bisa berjalan lurus ke arah jalan utama, lalu tengok kanan. Nanti Tuan pasti menemukannya. Tepat di tepi jalan utama! ada beberapa ATM di sana." jelas sang penjual.
"Baiklah, tolong di tunggu sebentar!"
"Baik, Tuan!" ucap si penjual.
Devan berjalan ke arah yang di maksud penjual itu. Setelah sampai di ujung jalan, Devan menengok kanan jalan yang menunjukkan tempat untuk tarik tunai. Dan melihat dua orang gadis turun dari pintu penumpang sebuah mobil mewah. Satu masuk ke ruang ATM, satu lagi berdiri di depan pintu ruang ATM. Devan berjalan mendekati ATM itu, bersamaan dengan satu orang laki - laki berbaju pengawal turun dari pintu penumpang depan.
"Maaf, Nona!" ucap Rakha pada gadis di depan pintu, "ATM sebelahnya kosong! kenapa tidak masuk?" tanyanya.
"Saya hanya menunggu Nona saya, Tuan!" ucap gadis itu.
"Oh begitu," Devan mengangguk, "jadi boleh saya masuk?" ucap Rakha pada gadis itu, karena gadis itu menghalangi pintu. "Saya buru - buru!" ucapnya.
"Oh silahkan! maaf, Tuan!" ucap gadis itu menyingkir dari depan pintu.
Devan mengangguk pelan, lalu masuk ke ruang ATM yang berisi dua mesin ATM. Devan sempat melirik sekilas gadis yang sedang menarik uang.
Banyak sekali! untuk apa Nona muda seperti dia menarik uang sebanyak itu! batin Devan, lalu memasukkan kartu debitnya.
Sesekali Devan melirik gadis di sampingnya yang langsung memasukkan uang ke dalam tas ranselnya setelah keluar dari mesin ATM. Devan mengangkat sudut bibirnya heran. Karena gadis itu sesekali melihat ke arah gadis yang menunggu di luar.
"Tidak mungkin kamu maling kan?" ucap Devan pada gadis itu setelah menarik uang dan kartunya.
"Enak saja!" celetuk gadis itu menyebikkan bibirnya. "Jangan sembarangan kamu kalau ngomong!" ucap gadis itu ketu tanpa melihat Devan.
"Haha! sorry bercanda!" ucap Devan. "Duluan ya!" ucap Devan yang di acuhkan gadis itu.
Devan keluar dari ruang ATM dan langsung melangkahkan kakinya kembali ke toko cake tadi.
Sementara gadis itu tetap sibuk menarik uang tunau dari beberapa kartu yang ada di dompetnya. Setelah merasa cukup karena tasnya penuh, barulah dia keluar dari ruang ATM itu.
# # # # # #
Setelah membayar cake yang dia pesan, Devan kembali ke mobilnya dan meninggalkan area parkir. Bersamaan dengan gadis yang menarik uang di ATM masuk ke mobilnya. Devan sengaja melajukan mobilnya tepat di belakang mobil yang membawa gadis itu.
"Jika di lihat - lihat, gadis itu bukan dari keluarga sembarangan. Dia juga terlihat masih muda dan polos. Untuk apa menarik uang tunai sebanyak itu di mesin ATM?" gumam Devan lirih. "Kalau ingin belanja mahal kan tinggal pakai kartunya, kenapa harus membawa uang sebanyak itu? Gerak geriknya di dalam ATM pun sangat mencurigakan!"
Devan terus mengikuti mobil itu, hingga mobil itu berhenti di sebuah restoran mewah. Devan pun reflek ikut memarkirkan mobilnya di sana. Gadis itu turun bersama dengan gadis yang menunggu di depan pintu, juga seorang Pengawal yang turun tadi.
Devan berjalan ke arah pintu masuk tepat di belakang mereka. Sang Pengawal yang mengikuti mereka berhenti di depan pintu lalu berdiri di samping pintu.
Siapa gadis itu? kenapa Pengawalannya begitu ketat? batin Devan sambil melewati Pengawal itu.
Devan duduk tidak jauh dari meja mereka berdua. Tampak makanan mereka langsung di hidangkan begitu dua gadis itu duduk. Sementara Devan hanya memesan jus jeruk dan kentang goreng.
Devan terus mengamati gadis itu dengan seksama. Melihatnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Cantik! batin Devan dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya.
Lalu kembali menatap layar ponselnya, agar tidak terlihat kalau dia sedang mengikuti gadis itu.
Cara makannya juga sangat sopan dan sangat elegan! siapa sebenarnya gadis ini? batin Devan lagi.
Setelah setengah jam berlalu, gadis itu menyelesaikan makanannya. Dan langsung di ikuti gadis di depannya yang seketika ikut meletakkan pisau dan garpu nya. Devan kembali mengangkat sudut bibirnya melihat hal aneh di depannya.
"Kemana tujuan Nona selanjutnya?"
"Kampus!" jawab gadis itu ketus, "aku mau meminjam beberapa buku di perpustakaan!" lanjutnya.
"Siap, Nona!"
Mereka keluar setelah kartu yang di keluarkan gadis itu untuk membayar, kembali ke tangannya. Mobil yang membawa dua gadis itu sudah menunggu di depan restauran.
Devan ikut keluar dengan memberi jarak dari mereka. Dengan langkah cepat Devan kembali ke mobilnya. Dan langsung mengikuti mobil gadis itu yang sudah melaju cepat.
Dengan menggunakan mobil sportnya, Devan berhasil kembali mengimbangi kecepatan mobil itu. Hingga mobil itu masuk ke gerbang London University. Devan tidak menghentikan mobilnya, dia hanya melihat mobil itu yang sudah menghilang dari gerbang kampus.
"Gadis itu kuliah di sini rupanya!" gumam Devan yang melajukan mobilnya lambat.
Sampai akhirnya Devan melajukan mobilnya cepat untuk menuju mansion. Yang seharusnya di kembali ke kantor dulu, dia justru memilih memberikan cake pada Omanya. Dan berencana tidak kembali ke kantor.
"Omaaaa!" panggil Devan panjang. "Omaa!" panggilnya lagi.
"Nyonya besar di taman belakang, Tuan muda!" ucap salah seorang maid.
"Hemm!" jawab Devan berjalan ke arah taman.
"Oma!" panggil Devan setelah menemukan Oma dan Opa duduk di kursi menghadap kolam ikan yang cukup luas.
"Ada apa?" tanya Oma setelah Devan duduk di sampingnya.
"Untuk Oma!" ucap Devan menyerahkan dus cake yang dia bawa.
"Terima kasih!" ucap Oma menerima pemberian cucunya itu.
"Tumben kamu kesini?" tanya Opa.
"Tentu saja aku merindukan Oma dan Opa ku yang masih tetap mesra sampai tua!"
"Tentu saja!" sahut Opa cepat.
"Sepertinya kamu sedang bahagia!" ucap Oma yang sudah mengenal betul Devander Gibran.
"Hehe! iya!" jawab Devan.
"Kenapa?" tanya Oma penasaran.
"Rahasia!" jawab Devan cepat.
Oma dan Opa kompak menyebikkan bibirnya. Membuat Devan tergelak dan langsung mencomot satu cake square yang baru saja di buka Oma.
"Katamu buat Oma!" ucap Oma.
"Hehehe!" Devan hanya tersenyum sambil menggigit cake berwarna biru di tangannya.
Jangan lupa tinggalkan Like dan Komentarnya ya Kakak 🙏🙏🙏
Terima kasih,
Salam Lovallena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Joice Meitasari
kue nya spt nya enak".jadi pengen nyoba
2021-10-19
1
Yukity
mau dong kuenya..😍
2021-10-08
2
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
Devan menemukan jodohnya 😍😍
2021-09-20
2