Suasana di dalam kamar masih penuh dengan kemesraan, setelah mandi membersihkan diri, Shira keluar bertelanjang kaki, hanya menggunakan handuk yang dililit di dada. Ia memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah.
Ia mengambil ponselnya yang tiba-tiba berdering membunyikan suara notif pesan. Dan saat dilihatnya ternyata pesan masuk dari Akash.
(Akash: Aku sudah menyiapkan pakaian baru untukmu di lemari, nanti jam lima sore aku akan kembali menemuimu.)
Shira tersenyum, merasakan debaran yang menggetarkan hatinya. “Astaga Shira! Ngapain sih senyum-senyum sendiri, dia ‘kan hanya menyiapkan pakaian untukmu saja, jangan kegeeran,” gumamnya menyadarkan diri, sambil memukul kepalanya pelan.
Shira pun melangkah mendekati lemari yang tersedia di sana, dan saat dibukanya, terlihat satu dress berwarna pink muda menggantung di hanger. Ia meraihnya, pun ia mengambil paper bag yang di dalamnya terdapat BH dan CD.
Kedua pipi Shira langsung bersemu merah, ia merasa malu karena Akash sampai membelikan pakaian dalam untuknya.
Dan saat Shira memakainya, semuanya benar-benar pas. Shira semakin terheran-heran.
“Bagaimana bisa dia tahu ukuran pakaian dalamku?” Meski Akash memang sudah mengetahui badannya, tetapi untuk masalah seperti ini, sangat terasa aneh untuk Shira, yang merasa kalau mereka melakukannya itu baru satu kali.
“Apa dia pernah kuliah tata busana ya? Jadi tahu ukuran pakaian orang?” pikirnya begitu polos.
Dan tepat pukul lima sore, Akash kembali menemui Shira di kamar hotel. Lelaki itu juga sudah berganti pakaian. Shira sudah dandan secantik mungkin duduk manis sambil memainkan ponselnya.
Ceklek ....
Pintu terbuka, Shira menoleh dan mendapati Akash yang berjalan ke arahnya.
Shira langsung menundukkan kepalanya, ia dibuat salah tingkah, ia merasa begitu nerves, sehingga saat Akash datang, ia bukannya menyambut, Shira malah memalingkan wajahnya sambil menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
“Kamu sudah siap, Shira?” tanya Akash yang kini sudah berdiri di samping Shira.
Shira masih menunduk, tidak ingin melihat wajah Akash. “I-iya, aku sudah siap,” jawabnya gugup, dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Kenapa dia tidak menatapku? Apa dia marah padaku karena sudah menidurinya? Atau dia menyesal?” batin Akash memandang penuh penasaran ke arah Shira.
“Ya sudah, ayo,” ajak Akash, hendak pergi.
Shira menahan tangan Akash, sambil menggigit bibir bawahnya. “Tu-tunggu,” pintanya. Membuat Akash langsung menoleh padanya.
“Ada apa?”
Shira semakin grogi untuk mengatakannya. Masih dengan pandangannya yang menunduk. “Emh, be-begini ... apa kamu punya syal?” Akhirnya Shira mendongak menatap sendu kedua netra Akash. “A-aku merasa tidak enak, jika aku keluar sedangkan banyak tanda ....” Shira tidak melanjutkannya, ia benar-benar malu harus mengatakan hal seperti ini pada Akash.
Akash tersenyum malu, entah kenapa ia merasa senang melihat Shira yang penuh dengan bekas tanda kepemilikannya di leher Shira. “Baiklah, lepaskan dulu tanganku,” jawab Akash pelan. Membuat Shira tersadar, kalau sedari tadi ia tidak melepaskan genggamannya.
Dan lagi-lagi, Shira merasa malu atas kebodohannya. Shira pun langsung menjauhkan tangannya dari Akash. Lalu menunduk, sedalam-dalamnya.
Akash semakin dibuat tersenyum, rasanya ingin sekali Akash mencubit pipi Shira yang saat ini tengah bersemu merah seperti tomat, tetapi ia harus menahannya.
Akash melepaskan jas berwarna maroon miliknya, lalu melekatkannya di bahu Shira. “Sementara tutup pakai ini dulu. Nanti setelah jalan, kita beli ke toko ys,” ucap Akash.
Shira hanya bids mengangguk pasrah, lalu mereka pun segera keluar dari kamar hotel. Saat mereka menaiki lift, ada seorang ibu-ibu yang dengan ramah tersenyum sopan pada mereka. Shira membalas senyuman dari ibu-ibu tersebut.
Meski Shira menutupi sebagian lehernya menggunakan jas milik Akash, tetapi itu tidak sepenuhnya menutup seluruh lehernya, yang masih bisa menunjukkan beberapa spot yang menampilkan tanda merah itu.
Shira juga merasa salah, ia sadar seharusnya rambutnya ia uraikan saja, tidak pelru diikat berbentuk buns seperti itu.
Ibu-ibu yang ada di samping Shira tersenyum melihat banyaknya tanda yang ada di leher Shira. Si Ibu juga pernah merasakan muda, dia berpikir kalau dua anak muda yang ada di dekatnya, pasti pasangan pengantin baru yang masih hangat-hangatnya.
Tring ....
Setelah lift terbuka, dan mereka sampai di lantai bawah, si Ibu tiba-tiba berkata. “Semoga Tuhan memberkati pernikahan kalian, dan semoga mendapat anak yang cantik dan tampan ya,” ucapnya mengelus pelan bahu Shira lalu pergi duluan begitu saja.
Shira dan Akash sejenak beradu pandang, lalu buru-buru Shira menunduk malu. “Ya ampun, bisa-bisanya si ibu mengira aku dan dia sudah menikah,” gumamnya.
“Wanita tadi pasti mengira kalau kita sedang honeymoon di sini,” ucap Akash terkekeh, membuat Shira semakin merasa malu.
Kini mereka berdua sudah ada di dalam mobil, Akash membawa Shira ke sebuah toko terlebih dahulu untuk membeli syal, dan setelah itu Akash kemabali melajukan mobilnya ke sebuah daerah yang cukup terpencil.
Tampak di sepanjang jalan hanya ada pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi, tidak ada keramaian seperti di kota. Sepanjang jalan Shira memilih untuk bungkam tidak cerewet seperti biasanya, karena jujur saja, Shira masih merasa canggung atas apa yang terjadi di antara mereka tadi siang.
Dan ternyata benar, Akash membawa dirinya ke sebuah pedesaan indah yang udaranya terasa begitu dingin dan sejuk. Saat sampai di sana, Shira tidak bisa melihat dengan jelas pemandangannya, akan tetapi jika di rasa-rasa, udaranya sangat sejuk, pun sudah terlihat beberapa warung kecil di pinggir jalan yang ramai oleh beberapa pemuda dan bapak-bapak yang kemungkinan sedang nongkrong bergadang.
Cekit ....
Akash menghentikan mobilnya secara mendadak. Sepertinya ia salah belok, lalu berputar arah dan kembali melanjutkannya dan tak berapa lama, sampailah mereka di sebuah halaman rumah yang cukup besar di sana. Halaman yang dipenuhi oleh rumput hijau yang sangat rapi dan luas.
“Ayo,” ajak Akash saat ia melepasan seat belt yang melekat di tubuhnya.
“Ki-kita ada di mana?” tanya Shira, mengedarkan pandangan ke luar mobil.
“Di rumah ibuku,” jawabnya santai, sambil tersenyum.
Shira yang terkejut langsung membelalakan kedua matanya, merasa shock. “A-apa? ... Ibumu?” tanyanya, yang langsung dibalas anggukkan pelan oleh Akash.
Bersambung....
Hari ini special kasih tiga bab buat kalian. Mohon dukungan vote, like, komen dan share ke sosmed kalian ya gaes. terima kasih.
Follow me : @dela.delia25
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Meriana Erna
masih blm PAHAM dgn teka-teki ny
2024-01-12
0
Kayla Weleri
so sweet
2022-02-16
0
Yeyet Faranova
lanjut thor.....
2022-01-30
0