Shira sudah terbaring di sebuah ruangan besar di atas kamar tidur di sebuah vila milik tuan Hellboy. Ia terbangun, masih dengan pikirannya yang belum sadar, dan beberapa kali terus menutup dan membuka matanya.
Setelah berulang kali seperti itu, kini matanya fokus melihat langit-langit kamar berplafon putih. Ia mengerjap saat sadar, kalau tadi dirinya sempat dilukai oleh seorang pria. Ia pun mencoba bangkit untuk duduk, akan tetapi sesuatu yang begitu menyakitkan terasa di kepalanya. Ia merasakan pusing yang sangat luar biasa. Pun sebelah matanya dan hidungnya yang terasa sakit.
Di wajah cantiknya itu, terdapat memar berwarna biru sedikit keungunan, lebih tepatnya di bagian hidung dan sudut tulang pipi kanan. Itu berefek dari pukulan keras dari preman yang sempat menucliknya tadi.
“Awh... kepalaku,” ringisnya memegangi sebalah pelipisnya yang terasa nyeri. Selain itu, ia juga merasakan sakit di bagian hidungnya.
Ia teringat akan handphonenya, lalu ia pun memaksa dirinya untuk kembali bangkit meski rasa sakit itu kian menguat di kepalanya. Ternyata, tasnya ada di sampingnya, tepat di dekat bantal. Ia pun segera merogohnya dan mengobrak-abrik semua isi di dalam tasnya, mencari ponselnya.
“Akhirnya, ketemu juga,” gumamnya langsung menyalakannya dan ternyata, ada beberapa panggilan tidak terjawab dari nomor Akash, dan seceepat mungkin ia kembali menelepon Akash, berharap sambungan teleponnya yang kali ini akan terhubung.
Tut ... tut ... tut ....
“Hallo, Shira kamu di mana?” Akhirnya suara Akash di balik telepon terdengar. Tetapi, suara itu jelas terdengar sangat panik.
“Akash, a-aku tidak tahu diriku berada di mana, tapi aku takut Akash ... tolong aku,” lirihnya yang mulai terisak karena ketakutan.
Tiba-tiba kedua telinga Shira mendengar suara langkah kaki orang berjalan. Shira pun segera beranjak dari tempat tidurnya, ia melihat ke luar kamar lewat lubang khusus kecil yang ada di pintu.
Terlihat empat orang lelaki berjas hitam tengah berjalan menuju ruangan yang ia tempati, dan saat itu pula Shira langsung memundurkan langkahnya pelan, seiring dengan rasa takut yang kian membuncah.
“Shira, jawab aku,” suara Akash terdengar mengeras di dalam telepon.
Shira yang tidak sadar sudah mengabaikan Akash, ia pun kembali ke tempat tidurnya. “Akash, tolong cepat ke mari, aku takut, di sini ...." Perkataannya terhenti.
Shira menatap jendela tak bertralis, ia langsung ke sana lalu membukanya, tetapi ia terkejut karena dirinya ada di atas ketinggian yang sangat tinggi, ia bingung harus dengan cara apa ia kabur dari tempat ini. Ia pun tidak mungkin menjatuhkan tubuhnya di atas ketinggian ini.
Dengan cepat ia pun masuk ke kolong ranjang, menyelinapkan tubuhnya yang langsing ke bawah ranjang, dan berharap para lelaki itu tidak akan mendapatkannya.
Dug, deg, dug, deg, perasaan Shira semakin berdebar tidak karuan. Ia tahu, ada kemungkinan besar kalau dirinya bisa di temukan, tapi sebisa mungkin ia mencoba agar dirinya tidak bersuara.
“Akash, aku mohon tolong aku, Akash,” lirihnya semakin berdebar, bahka kedua maniknya kini sudar berurai air mata.
“Oke, oke tenanglah, sebisa mungkin kamu harus menghindar, aku akan segera ke sana,” ucap Akash. “Jangan mematikan sambungan teleponnya!”
Brak!!!
Suara pintu yang mengejutkan itu, hampir saja membuat Shira menjerit, tetapi kedua tangannya terlebih dahulu berhasil membungkam mulutnya tersebut.
Pintu kamar terbuka, diiringi dengan derap suara langkah kaki berpentofel yang beradu dengan lantai marmer.
Drap ... drap ... drap ....
Langkah itu, semakin terdengar jelas dan mendekat. Shira memejamkan matanya sejak ia mendengar gubrakan pintu tadi, dan saat ia merasa suasana terasa hening, ia membuka matanya pelan.
Dan “Argh ....”
Shira berteriak kencang, ia sangat terkejut saat mendapati wajah seorang lelaki yang tengah menunduk mengarah padanya.
“Cepat, bawa dia!” teriak lelaki itu, dan langsung dua orang lainnya mengangkat ranjang, dan satunya lagi menyeret tubuh Shira dengan paksa.
Shira terus berteriak dan memberontak, akan tetapi usahanya sia-sia. Kini dirinya diseret ke sebuah ruangan kamar yang bernuansa serba merah, dengan banyaknya lampu berwarna gold yang menghias dinding di sana.
Seorang lelaki tua bertopi koboy tengah duduk di tepi ranjang, sambil menyesep rokoknya.
Shira kembali dijatuhkan di depan Tuan Hellboy, tubuhnya terjembab tepat di depan lutut pria tua itu. Dirinya sudah terlihat acak-acakan, dengan deraian air mata yang tak henti-hentinya membasahi kedua pipinya.
“Mau lari kemana lagi, cantik?” tanya Tuan Hellboy, sambil mengembuskan asap rokok ke wajah Shira, membuat Shira menangis semakin kencang dan terbatuk-batuk.
Tuan Hellboy langsung menjambak rambut Shira ke belakang, lelaki itu pun membuang kuntung rokok ke bawah, hampir mengenai kaki Shira, lalu ia menginjaknya agar ruhak apinya padam.
“Kemarikan!” titah Hellboy pada anak buahnya. Lalu anak buahnya memberikan suatu benda berwarna gold yang di mana itu adalah benda khusus wanita.
Pria tua tua itu membuka pelindung dari benda tersebut, ternyata benda itu adalah lipstik. Lipstik berwarna merah cabai itu, dioleskan Hellboy ke bibir Shira. Membuat bibir Shira semakin terlihat menggoda.
Pria tua itu tertawa puas. “Kau tahu bukan, apa yang akan terjadi kalau kau mencoba kabur lagi? ... Sekarang aku tidak akan menjualmu lagi, tapi ... lebih baik kau menyewakanmu,” ucapnya pelan, menyeringai, menampakan giginya yang kuning dan penuh karang.
Lalu, setelah mengoleskan lipstik di bibir Shira, Tuan Hellboy mengambil secangkir minuman yang disodorkan oleh anak buahnya, dan memaksa Shira untuk meminumnya.
“Cepat! Minum ini!” titahnya kasar.
Shira menggeleng tidak mau, dan langsung dibalas oleh jambakan yang semakin erat di rambutnya. Membuat Shira semakin merasa kesakitan.
"Aw ...."
“Kau ingin meminumnya sekarang, atau nanti ... setelah aku siksa?!”
Pertanyaan ancaman itu, tidak bisa membuat Shira berpikir panjang. Akhirnya mau tidak mau Shira pun memilih untuk meminum minuman yang ada di cangkir itu, dan ternyata saat Shira meminumnya, itu hanyalah minuman orange juice.
“Habiskan, jangan sampai tersisa,” ucap Tuan Hellboy.
Shira menurut karena ia tidak mau dirinya disiksa oleh Tuan Hellboy. Dan sesaat setelah itu, ia diseret kembali, dibawa ke dalam sebuah kamar yang gelap, hanya ada remang-remang cahaya di dalamnya.
Shira dikunci di ruang tersebut, lalu Shira pun berteriak meminta tolong berharap akan ada orang baik yang menerobos masuk ke dalam kamarnya dan menyelematkannya bagaikan super hero.
“Tolong ....” Shira kembali terisak, menggedor-gedor pintu kamar sambil terus menangis.
Tidak ada respon apapun dari luar, ia pun beranjak menuju jendela, membuka tirai jendela, membuat ruangan gelap tersebut langsung terang meski tidak sepenuhnya.
Tiba-tiba, lelaki berbadan gendut dengan kumis tebal di atas bibirnya, serta matanya yang sipit, ke luar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan kimono putih yang melekat di tubuhnya.
Dari postur tubuhnya, sepertinya lelaki itu adalah patner dari Tuan Hellboy. Dan akan menjadi pelanggan pertama untuk Shira.
“Siapa kau?!” tanya Shira ketakutan seraya memundurkan langkahnya, gemetar.
“Ternyata, kau cantik sekali, Babe. Ayo, kemari, layani aku sekarang juga,” ucap pria setengah baya itu.
Shira menggeleng pelan, menyusut sisa-sisa air matanya menggunakan punggung tangan. Ia benar-benar sangat ketakutan melihatnya. “Tidak! Aku tidak mau,” teriaknya histeris.
Lelaki itu tampak marah saat mendengar penolakan mentah-mentah dari Shira. “Sialan! Aku sudah membayarmu mahal dan kau malah menolakku! Dasar wanita ******!”
Lelaki itu pun langsung mendekat, menarik lengan Shira, dan menjatuhkan tubuh Shira di atas tempat tidur, membantingnya dengan kasar.
Shira terus berteriak meminta tolong. Dan saat si pria gendut itu hendak membuka kimononya, terdengar gubrakan pintu membuatnya mengurungkannya.
Shira semakin mengencangkan teriakannya, berharap Akash datang dan akan menolongnya.
Brak!!!
Gubrak!!!
Dan benar saja, Akash yang datang, dan dia pulan yang mendobrak pintu kamar. Akash langsung merasakan emosinya memuncak saat melihat pria gendut itu tengah mengungkung tubuh Shira.
“Dasar brengsek!” Satu tendangan kaki Akash melayang di bahu lelaki gendut itu, membuat lelaki itu terjatuh dan terguling di lantai.
“Beraninya kau menyentuh wanitaku!” teriak Akash geram.
Shira langsung bangkit, dan saat itu juga langsung memeluk Akash, memohon padanya untuk segera membawanya keluar dari rumah ini.
“Tenanglah, aku akan menyelamatkanmu,” ucap Akash.
Tapi, saat mereka hendak keluar, tiba-tiba, empat anak buah Hellboy sudah berdiri menghadang di pintu.
“Mau ke mana kalian hah?!”
Bersambung....
jangan lupa ramaikan kolom komentarnya ya gaes. Terima kasih.
Follow my instagram @dela.delia25
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Neni Triana
mau kemana thoor...disini aja lanjut...
2022-02-17
0
Lilis Nurhayati
tenang tuan Akash nanti kamu yg dpt untung dr perbuatan hell boy. bs jd kamu akan berterima kasih ke hell boy karena SDH memberi minuman khusus buat Shira hi..hi...hi
2022-02-12
0
Tuti Nurjanah
maaf ya aku benci KLO baca novel cewek nya bodoh
2022-02-11
0