Akash menaiki gedung tak terawat yang cukup menyeramkan, melalui tangga bata yang disebagian sisinya sudah roboh. Berjalan terus, menuju lantai tiga.
Terlihat di sana, seorang pria muda yang seumuran dengan Akash, tengah duduk di atas kursi besar yang terbuat dari kayu jati. Di dampingi oleh dua orang bodyguard di sampingnya.
"Tuan Orion Atkinson ... ah, akhirnya kau datang juga," ucap seorang pria tua yang tengah menyesap rokok di bibirnya. Menatap Akash dengan tatapan yang sulit di jelaskan.
"Apa petunjuk yang kamu dapatkan hah? Cepat katakan!" seru Akash tidak santai dan tampak sedikit kesal.
"Ho ho ho ... santai saja dulu dong boss ... tidak perlu terburu-buru seperti itu," ucap lelaki bernama Kai atau lebih dikenal dengan panggilan Tuan Kai. Seorang ahli mata-mata, yang terkadang bisa menjadi duri di dalam daging.
Kai mengeluarkan sebuah amplop merah yang di dalamnya terdapat informasi penting yang Akash inginkan.
"Kemarikan!" titah Akash, menatap tajam ke arah Kai.
Kai berjalan pelan mendekati Akash, masih dengan amplop merah yang di apit di antara telunjuk dan jari tengah tanganya.
"Kau menginginkan ini?" Kai mendekatkan amplop merah itu ke wajah Akash. Akash hendak mengambilnya, akan tetapi lebih cepat Kai menjauhkannya dan malah ia sembunyikan di balik punggungnya.
"Mana cek yang kau janjikan?"
"Berikan dulu amplop itu padaku!"
Kai menyeringai sambil tertawa mengejek. "Haha, tidak semudah itu, Tuan Orion."
Akash, mendengus kesal. Ia memejamkan kedua matanya, harus ekstra sabar menghadapi orang semodel Kai yang kerap kali membuat emosinya membuncah.
"Kemarikan, Kai!"
"Mana cek milikku?" tatapan Kai kian serius.
Di sisi lain, Akash ingin memberikan cek itu agar ia langsung bisa mendapatkan amplop merah itu, akan tetapi, di sisi lain, ia tidak percaya sepenuhnya begitu saja pada Kai, karena lelaki itu kerap mempermainkannya. Ingin rasanya, Akash membunuh pria itu sejak dulu, akan tetapi, semua info penting, mengenai rencananya hanya ada pada lelaki sialan itu.
"Baiklah, dalam hitungan ketiga, kau memberikanku amplop itu dan aku akan memberikan cek yang kamu minta, setuju?" tanya Akash.
Kai menengok terlebih dahulu ke belakang, menatap dua bodyguardnya secara bergantian.
"Hm, baiklah," jawab Kai menyeringai.
"Baiklah aku akan menghitungnya." Akash merogoh saku di dalam jasnya, lalu mengeluarkan selembar cek yang sudah bertuliskan sejumlah nominal uang yang begitu besar. Yaitu sebesar 100 juta rupiah.
Keduanya bersiap-siap, mata mereka saling bertatapan penuh waspada satu sama lain. "Satu ...." Akash mulai menghitungnya perlahan. "Dua ... tiga ...." Dan dengan cepat, keduanya berebut apa yang mereka inginkan. Hingga pada akhirnya keduanya pun mendapatkan masing-masing dari apa yang diinginkannya.
Akash langsung membuka amplop tersebut, dan ternyata benar, ada beberapa bukti dan informasi di dalam amplop tersebut yang sangat ia butuhkan.
"Ingat, Kai. Aku tidak akan segan menyuruh orang-orangku untuk membunuhmu, jika apa yang kau berika padaku ini adalah palsu!"
Kai menyeringai. "Hm, kutunggu waktu pembunuhannya," jawab Kai tersenyum tipis.
Mendengar ucapan Kai, Akash sedikit lebih percaya padanya tentang apa yang ada di tangannya saat ini. "Hm."
"Thanks, ditunggu next projectnya lagi, Tuan Orion Atkinson," ujar Kai, tersenyum miring. Akash tak menjawabnya, ia pun bergegas pergi dari sana dan kembali ke mobil.
Akan tetapi, sesuatu yang mengejutkan terjadi padanya. "Shira?!" Ia langsung mengedarkan pandangannya ke area luar mobil, setelah kehilangan jejak Shira di dalam mobilnya.
"Shira?!" Akash semakin mengeraskan suaranya memanggil nama wanita itu.
"Kemana wanita bodoh itu?" gumamnya, mengusap rambut ke belakang seolah frustrasi. Kini, sebelah tangannya merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel miliknya dan dengan cepat, jari-jairnya itu mencari-cari riwayat panggilan dari Shira tadi.
Ia pun menemukan nomor ponselnya, dan mencoba menelepon Shira, akan tetapi, tidak ada jawaban sama sekali.
"Sial! Ke mana dia? Kenapa nomor handphonenya enggak aktif," ucapnya panik.
Berulang kali, dan terus menerus Akash mencoba memanggil nomor Shira, akan tetapi, tetap sama, jawaban dari operator mengatakan, "nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di luar service area."
"Argah!" Akash memukul mobilnya dengan kencang. Lalu ia pun terpaksa harus mengitari gedung terlebih dahulu untuk mencari keberadaan Shira, di dalam pikirannya yang tengah kacau ini, Akash masih berusaha untuk berpikir yang positif.
"Aku harus mencarinya di sini. Jika dia memang pergi, tidak mungkin jauh dari sini, atau mungkin dia ke toilet?" pikirnya.
Akan tetapi, sayang ... sudah sekitar 20 menit ia mengitari seiri gedung kosong itu, mencari dari toilet kosong yang di depan hingga ke belakang, tetapi tetap saja ia tidak bisa menemukan keberadaan Shira.
Akash yang frustrasi, akhirnya ia pun memutuskan untuk meminta bantuan Edwin.
"Ed, siapkan sepulu bodyguard sekarang juga, dan bersiaplah, nanti aku akan meneleponmu lagi," ucap Akash melalui sambungan handphonenya kepada Edwin.
Kini, sepintas pikiran ia layangkan pada lelaki tua bernama Tuan Hellboy. "Apa ... mereka menculik Shira?" pikirnya. Dan tanpa basa-basi, Akash langsung masuk ke dalam mobilnya, memacu mobilnya dalam kecepatan di atas rata-rata, membelah jalanan di kota besar, Jakarta.
Dan tiba-tiba ....
Bersambung....
Bonus up buat nemenin malam kalian hehe...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
أندني سهيلا جترا
Shira NII bodoh amat siih.. nga harus pula buka kaca mobil keseluruhanya
2022-03-01
0
Fikah Herawati
ini sih mavia ky uji nyali z y sndirian Mulu mntng mntg introped
2022-02-18
0
Adila Nisa Ardani
ini akash seorang mafia apa gmn ya
2022-02-15
0