Setelah siap, Shira keluar dari kamarnya. Kali ini dirinya memakai baju yang terlihat lebih santai, tetapi elegant. Dress selutut berwarna kuning muda dengan gambar bunga-bunga kecil berwarna orange dan hijau, membuat tampilan Shira bak gadis Eropa di zaman kerajaan. Cantik, manis dan menawan.
Ia juga memakai heells setinggi 5cm berwarna putih. Tidak lupa, sling bag miliknya yang berwarna putih ikut mencocokan penampilannya.
Kali ini, keadaan di rumah cukup ramai, banyak pelayan yang berlalu lalang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
“Ada acara apa ini? Kenapa semua orang terlihat begitu sibuk?” gumamnya merasa bingung. Ia masih merasa tidak enak hati, karena hingga saat ini, ia belum tahu siapa pemilik rumah ini.
Shira hendak bertanya kepada salah satu pelayan yang ada di dekat almari besar, tengah membersihkan barang-barang antik di sana.
Akan tetapi, ia urungkan begitu netranya menangkap sesosok lelaki yang tengah berjalan menuruni anak tangga.
Akash melihat ke arah Shira, ia menyerongkan kepalanya sekilas, memberi tanda kepada Shira untuk ikut dengannya ke luar.
Shira mengangguk, lalu berjalan cepat mengikuti langkah Akash yang ada beberapa meter di depannya.
“Tunggu di sini, aku akan mengambil mobil dulu,” ucapnya pada Shira. Shira mengangguk, lalu Akash pun pergi ke halaman belakang, di mana garasi mobil berada.
Setelah menunggu beberapa menit, sebuah mobil antik keluar. Mobil berwarna hitam dengan vibes tahun 80 an itu, terparkir di depan Shira. Membuat Shira terpukau dengan keindahannya.
Kaca mobil terbuka pelan, lalu Akash menyembulkan kepalanya ke luar. “Ayo, cepat masuk,” titahnya yang dituruti segera oleh Shira.
Shira sudah duduk, kini Akash melajukan mobilnya menuju tempat yang akan didatanginya.
“Oh ya, kalau aku boleh tahu, kok tadi di rumah ramai banget, banyak yang kerja.”
“Emangnya kenapa?” tanya Akash sekilas melirik.
“Tidak apa-apa, hanya saja aku merasa tidak enak hati, ketika pekerja yang lain sibuk, aku dan kamu malah asik keluar terus,” ucapnya. “Aku ‘kan termasuk pekerja di rumah itu, tapi sudah tiga hari aku tinggal di sana, aku sama sekali belum pernah bertemu dengan tuan pemilik rumah, apa memang tuan pemilik rumah jarang pulang ya?” tanyanya pada Akash.
“Haiiihh ....” Akash mendesah pelan. “Kamu memang keras kepala ya, kalau aku memberi tahumu juga kamu tidak akan percaya.”
“Hah? Maksudmu apa? Aku enggak ngerti?” Shira kebingungan, ia merasa obrolannya dengan Akash tidak nyambung.
“Sudahlah, nanti juga kamu akan tahu siapa tuan rumah sebenarnya, saat kita menikah nanti,” jawabnya.
Mendengar kata menikah, membuat Shira sedikit merasa geli. Ia tahu, Akash sangatlah tampan, bahkan bisa masuk ke dalam kategori pria idamannya, akan tetapi, jika dibandingkan dengan Haris—mantannya, sikap Akash jauh lebih dingin dan cuek, dan hal tersebut yang sebenarnya kurang disukai oleh Shira yang manja.
“Keluarkan ponselmu!” titah Akash tiba-tiba.
“Loh, untuk apa?”
“Untuk kulempar ke luar mobil! Ya untuk menelepon lah. Cepat!”
Shira mencebikkan bibirnya mendengar jawaban kasar dari Akash, tetapi wanita itu tetap menurut ia mengeluarkan ponselnya, yang di mana terlihat di sebagain kaca poncelnya itu terdapat retakan kecil akibat insiden malam itu.
“Telepon nomor +6289 ....” Akash memberitahukan sebuah nomor telepon pada Shira.
Shira menekan tombol hijau yang ada di layar handphonenya, dan panggilan ke nomor tersebut pun tersambung, dan dering ponsel milik Akash pun berbunyi, lalu Akash merogoh saku jasnya dan mengambil ponselnya, lalu mematikan panggilan dari Shira.
"Jadi, yang barusan itu nomormu?"
“Simpan nomorku di handphonemu,” ucap Akash, begitu dingin, saat ia kembali memasukan ponsel ke dalam saku jasnya.
Shira menggerutu, saat tahu nomor yang diteleponnya adalah nomor milik Akash. “Untuk apa juga aku menyimpan nomornya,” gumamnya pelan. Namun, masih bisa terdengar oleh Akash.
“Kau berbicara seperti itu, seperti kau tak membutuhkanku saja,” timpal Akash membuat Shira terkejut.
"Lagi pula, aku tidak merasa membutuhkanmu," jawabnya pelan.
"Aih... kamu ini, terus saja menjawab! Sudah, diamlah jangan banyak berbicara!"
Setelah beberapa lama berkendara, kini Akash menghentikan mobilnya tepat di halaman parkir sebuah gedung. Gedung yang tampak jarang dipakai. Bahkan jika dilihat dari suasananya, seperti suasana gedung angker, yang sudah bertahun-tahun tidak dihuni, kalau pun dihuni mungkin penghuninya dari alam gaibu atau jika memang dihuni oleh manusia, mungkin penghuninya adalah preman jalanan.
“Kau tunggu di dalam mobil. Jangan pernah ke luar kalau bukan aku yang menyuruhmu,” ucap Akash, membuat Shira sedikit ketakutan.
“T-tapi, Akash. Kau mau ke mana?”
“Aku akan bertemu seseorang di dalam gedung sana. Aku tidak bisa membawamu ke dalam, karena terlalu berbahaya. Ingat, jangan keluar jika bukan aku yang menyuruhmu!” tegas Akash, lalu ia pun pergi meningglakan Shira sendirian di mobil.
Shira mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, ia tidak melihat orang lain di sana selain hanya ada dirinya sendirian di dalam mobil. Dan di tempat sunyi ini, hanya terdapat beberapa mobil hitam yang sedikit rusak yang terparkir di pojok halaman sana. Mobil yang sepertinya biasa di tempati oleh kucing jalanan atau tikus-tikus kotor yang berkeliaran di area ini.
Dug, deg, dug, deg. Tiba-tiba, perasaan Shira terasa begitu kacau. Entah kenapa, tetapi rasa takut itu semakin lama, semakin menguat di dalam pikirannya.
Lima menit, tujuh menit, sepuluh menit, hingga sekarang sudah lima belas menit lamanya, tetapi Akash belum juga kembali. Hal tersebut semakin membuat Shira kebingungan.
Ia pun kembali mengeluarkan ponselnya. Ia mencoba memfokuskan dirinya dengan bermain handphone, mencoba mengunjungi beberapa sosial medianya, tetapi jaringan internet tidak mendukung.
“Ya ampun, Akash. Kamu di mana? Cepat kembali, aku takut,” gumamnya pelan begitu resah.
Dan saat ia menengok, tiba-tiba sebuah wajah sudah menempel di kaca mobilnya. Membuat Shira langsung menjerit ketakutan.
“Aaaa ....” Shira menjauhkan tubuhnya dari jendela mobil.
Wajah lelaki itu tampak menyeramkan, dengan jenggot dan kumis yang berantakan di wajahnya, sorot matanya yang tajam dilingkari oleh kantung mata hitam, dapat menjelaskan bahwa lelaki itu adalah seorang preman.
“Woy! Lo incerannya rentenir tua itu ‘kan?” tanya lelaki yang berada di luar itu, membuat Shira terkejut, karena lelaki itu bisa mengetahuinya.
“Siapa kamu? Apa maumu hah?” tanya Shira panik dan histeris.
“Serahkan hartamu sekarang juga!” titahnya menampilkan wajah garang pun penuh aura kegelapan.
“A-aku tidak mempunyai apa-apa!”
“Serahkan semua hartamu, atau lo ....”
Shira yang panik, akhirnya mau menyerahkan apa yang ia miliki. Dan saat ini yang ia miliki hanya tas sling bagnya yang senilai dua juta dan ponselnya yang senilas 25 juta rupiah, barang miliknya yang tidak di sita pada saat itu.
“Baiklah, a-aku akan memberimu semua barangku, tetapi kau harus pergi dari sini!” teriak Shira panik dan waswas, sebelum ia membuka kaca mobil.
“Baik, Nona Shira,” ucap pria itu, membuat Shira semakin ketakutan, karena bisa-bisanya dia mengetahui namanya, padahal Shira tidak pernah melihatnya dan tidak pernah mengenalnya.
Shira perlahan membuka kaca mobil itu sedikit demi sedikit. Tangan lelaki itu langsung masuk saat Shira memberi celah.
“Jangan menyentuhku!” Shira kembali menaikan kaca mobilnya membuat lelaki itu meringis kesakitan.
“Sialan! Lo mau motong tangan gue hah?! Gue masukin tangan gue buat ngambil barang dan ponsel elo, bukan mau nyentuh lo! Cepat turunin kacanya, atau lo bakalan gue bunuh!” Ancamnya seraya mengarahkan sebuah pistol di tangannya kepada Shira.
"I-iya maaf." Shira semakin bergetar ketakutan. Ia memegang ponselnya dengan kuat, ia pun berinisiatif untuk menelepon Akash. Tapi sialnya, sudah berulang kali Shira mencoba menyambungkannya, tetapi tidak bisa, dan operator selalu menjawab, “nomor yang anda tuju berada di luar jangkauan.”
“Hey, cepet serahin barang elo, atau gue tembak sekarang juga hah?!" teriak lelaki itu, membuat Shira tidak bisa berpikir jernih, dan dengan bodohnya ia pun menurunkan kaca mobil hingga setenganya, lalu saat Shira menyodorkan ponselnya pada lelaki itu, lelaki itu langsung memukul wajah Shira, hingga membuat hidung Shira mengeluarkan darah, lalu saat itu juga Shira jatuh pingsan di dalam mobil.
“Haha, rasakan lo!” gumamnya lalu membuka pintu mobil dan memboyong tubuh Shira yang tidak sadar ke dalam mobilnya.
"Akhirnya, misi pertama berhasil."
Bersambung....
Maaf ya readers tersayang, tadi ada salah update, salah kamar hehe.
Tapi tenang aja, ini author udah benerin kok. Jangan lupa bantu like, komen, vote dan share juga ya... Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Eni Purwanti
ah gaje si akash...
2022-02-27
1
Fikah Herawati
ngpa Sira d ajk ksitu situ..konyol BNR tuh akhs
2022-02-18
0
Yunia Abdullah
cwe goblog ngeselin MLS bca y
2022-02-18
0