20

Setelah acara Andy yang melamar Grace secara tiba-tiba padahal Grace belum menyiapkan mental dan jawaban, para tamu undangan sekarang sedang senggang dan menikmati pesta dengan segala kerandoman mereka, seperti Ucup yang sudah kelaparan sejak sebelum berangkat ke rumah Andy.

"Makanan nya mewah banget gila, harus dimakan ini nggak boelh sampai sisa," ucap Ucup pas iseng ke stand makanan.

Terus ada juga yang rebutan ambilin balon di sekitar tiang rumah, nih biasa nya anak perempuan yang suka pengen ambil.

"Woi, Dy," panggil Saras ke Andy yang masih mengobrol dengan Grace.

"Apa?"

"Itu balon nya boleh di ambil nggak?," tanya Saras yang tangan nya sudah gatal pengen nmengambil sepuluh biji buat oleh-oleh pulang biar sepupunya seneng.

"Ambil aja," setelah Andy membolehkan Saras mengambil balon di pegangan tangga, seketika semua temen perempuan Andy mengambil balon nya, mana kalau mengambil brutal semua.

Ada juga yang ambilin makanan terus di taruh kantong plastik buat di bawa pulang.

"Bran, lu gak ada minat bungkus makanan terus di bawa pulang gitu?, lumayan buat oleh-oleh keluarga di rumah," tanya Asep yang menawari Gibran, bisikan syaiton nih.

"Pengen nya gitu, tapi di bungkus pakek apa?, gw gak bawa kertas minyak"

"Tenang, gw udah bawa kresek nih," Asep mengeluarkan kantong plastik satu pac dari balik jas nya.

"Anjir, niat banget bawa kresek"

"Ya kan gw ke sini niat nya cari makan, ini juga makanan nya masih banyak, sayang kalau gak habis, mubazir"

"Ya udah, sini bagi kresek nya"

Ada juga yang sadar kalau temen nya gak ada satu.

"Dy, Leno mana?" tanya Grace kepada Andy yang sedang meminum sirup leci nya.

"Oh ya, dari tadi gw enggak ngelihat dia, telat mungkin, coba gw telpon," jawab Andy.

Andy pun menelpon Lenora berkali-kali ada mungkin kalau sampai 20 kali namun tidak ada satu telpon yang di jawab Lenora.

"Gak di jawab"

"Ada yang gak beres ini," May yang ada di sebelah Grace langsung  berlari keluar meninggalkan acara yang belum selesai tanpa pamit ke pemilik acara.

"Loh, May, kemana?," tanya Grace namun sayang nya May tidak mendengar nya, "May!"

***

Lenora saat ini terlihat sangat rapi dengan setelan jas coklat tua di padu dengan kaos putih dan lengan jas yang agak di naik kan keatas membuat tampilan nya lebih maco.

Setelah selesai berkaca, Lenora langsung turun kebawah dan menyambar kunci sepeda motor milik sepupunya yang dia pinjam,  Lenora tidak di beliin sepeda, padahal Mamanya bisa beli mobil, alasan nya. "Gak!, buat apa Mama beliin sepeda motor buat anak yang gak bisa banggain Mama, yang ada cuma buang-buang uang aja, Mama gak mau beliin," gitu, sangat impresif bukan.

"Mau kemana kamu?," tiba-tiba kerah jas Lenora ditarik oleh Papanya dengan wajah yang penuh amarah, bahkan tas kerja nya langsung di jatuh kan dan pintu mobil nya di tutup dengan kasar.

Lenora hanya menatap Papanya dengan tatapan datar, bahkan tidak ada niatan untuk menanggapi pertanyaan Papa nya

"MAU KEMANA?!," karena pertanyaan nya tidak di jawab oleh Lenora, si Papa pun bertanya lagi dengan nada sangat keras, mungkin tetangga sampai bisa mendengarkan suara keras Papanya.

"Apa peduli Papa kalau gw pergi?"

Plak!

Seketika sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi kanan Lenora sampai sudut bibir nya berdarah dan itu adalah tamparan pertama kali dari Papanya.

"Setelah kamu malu-maluin Papa dan Mama dengan pakai pearcing saat sekolah, kamu masih santai nya mau keluar main, gak ada rasa bersalah banget ya kamu.

"Papa gak pernah ajarin kamu untuk jadi anak nakal ya" lanjut Papanya

Saat Lenora mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Papanya, Lenora langsung mengerutkan kening nya, dia merasa kalau itu tidak benar, yang di ucapin Papa nya itu salah, "Kapan Papa ngajarin Leno untuk jadi anak baik?"

Papanya Lenora terdiam setelah Lenora melontarkan pertanyaan yang sebenar nya tidak bisa Papanya jawab.

"Leno gak pernah tau Papa mendidik Leno jadi anak baik, kalau emang Papa pernah ngajarin sesuatu ke Leno itu hanya satu," Lenora berhenti sejenak sebelum meneruskan pembicaraannya.

"Kekerasan, Papa hanya mengajarkan kekerasan ke Leno, Papa gak pernah ngajarin Leno sikap anak yang baik ke orang tua, kalau emang Papa pernah ngajarin Leno cara bersikap yang baik dan sopan ke orang tua coba Papa sebutin apa yang pernah Papa ajarkan ke Leno, ENGGAK ADA!."

Mulut Papanya seketika lengket tidak bisa di buka, cengkraman tangan yang awal nya menarik kerah baju Lenora langsung terlepas, dalam hati dia ingin memaki anak nya sendiri, namun mulut nya seperti mencegah untuk tidak melontarkan kata makian untuk anak nya, akhir nya hanya ada opsi terakhir dan itu sangat tidak Papanya duga.

"Kurang ajar banget ya kamu jadi anak," Papanya sudah kehilangan kesabaran dan berakhir memukuli Lenora dengan sangat kejam, benda di sekitar nya di pukul ke wajah, punggung, dan kaki Lenora, hati nya terasa panas terbakar dengan kebenaran yang di ucapkan anak nya, dia tidak ingin terlihat kalah di dalam perdebatan yang dia buat sendiri

Kejam?, sayang nya dia tidak sempat memikirkan perbuatan kepada anak nya itu, yang ada di pikiran Papanya saat ini adalah.

Aku Tidak Pernah Salah.

10 menit Lenora mengalami kekerasan, dia terbujur lemas di teras dengan darah di kening dan di kedua ujung bibir nya, dada nya tiba-tiba terasa sesak membuat dia sulit bernafas dan hanya bisa mengambil nafas pendek.

Mama nya kemana?, kok gak di tolongi?, orang yang di otak hanya di isi dengan kebencian terhadap seseorang tidak akan bisa menolong siapapun bahkan mental nya sendiri tidak akan bisa selamat jika otak nya belum bersih dari kebencian.

Dengan badan yang masih lemah dan juga menahan rasa sakit akibat pukulan Papanya yang hampir menghilangkan nyawa anak nya, Lenora berusaha berdiri namun gagal sampai tenaga nya pun habis dan kesadaran nya hampir hilang.

Samar-samar dia melihat orang yang berdiri di depan gerbang rumah nya, orang tersebut meneriaki nama nya, namun Lenora tidak bisa menggerakan tubuh nya lagi, hanya bisa menganggkat jari-jari nya.

Walaupun penglihatan matanya kabur akibat terkena pukulan Papanya, Lenora masih bisa melihat sekilah benda yang dipakai orang itu. "Semanggi...ternyata masih lu pakai....selamatin anak ini.....sebelum dia mati, May," dengan terbatah-batah Lenora mengucapkan kalimat tersebut dan tak lama orang itu berlari menghampiri nya.

"Len, ya ampun, kok kamu terluka kek gini, aduh gimana ini?"

Lenora yang sudah merasa aman karena ada seseorang yang akan menolong nya, dia menyempatkan diri untuk menatap mata May dan tersenyum kepadanya, tak lama Lenora pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit di sekujur tubuh nya, May semakin panik dan tidak tau harus gimana, "Duh ini aku kudu gimana?."

"Telpon ambulan bodoh."

Saat telpon ambulan ada aja kendala nya, pertama, May lupa kalau gak ada pulsa, kedua, May ragu mau pakai hp nya Lenora atau gak, tapi karena sudah kepepet dengan tangan gemetar May ambil hp Lenora di saku celana nya, ketiga, pas sudah tersambung, May jadi kayak orang gagap pas bicara, walaupun gitu petugas ambulan nya tetep paham kok.

Di perjalanan menuju Rumah Sakit, May membersihkan darah yang ada di bibir dan kening lenora, namun May dikit-dikit melamun, ya gimana gak gampang melamun kalau di otak nya selalu terputar kehidupan nya dulu saat SMP, mulai dari pertama ketemu Lenora, sampai kejadian memalukan yang May lakukan, salah satu flashback yang selalu terputar adalah kejadian May sama Lenora terjebak di bianglala yang tiba-tiba berhenti.

Flashback 2 tahun yang lalu

Malam minggu yang cerah karena hari ini bulan nya sedang besar dan berwarna sedikit oren dengan sinar yang cerah. Lenora sudah berpenampilan rapi banget pakai hoodie kebanggan nya dan juga celana jeans yang model pensil tanpa ada bolong di lutut di tambah dengan sepatu putih membuat penampilan nya menjadi terlihat lebih tampan dari biasanya.

May yang sudah menunggu di depan gerbang akhirnya tersenyum lebar saat Lenora keluar rumah dengan diam-diam.

"Aman?," tanya May.

"Sip aman tanpa di ketehui, Ainee juga udah tidur," jawab Lenora lalu tersenyum juga.

"Bawa kunci cadangan kan?," tanya May lagi untuk memastikan agar nanti Lenora bisa pulang kerumah dan tidak tidur di luar.

"Bawa, kalau seumpama kelupaan manjat lewat pohon sebelah kamar ku aja," mereka berdua pun tertawa mendengar jawaban Lenora.

Sampai nya di pasar malam yang buka sampai subuh, mereka berdua bingung ingin naik apa, tapi kalau hasil janjian wajib naik bianglala, tapi kalau naik bianglala pas awal kan tidak seru, akhirnya mereka kulineran dulu.

"Len, beli cumi bakar yuk," ajak May dan Lenora hanya mengangguk karena dia juga bingung mau beli apa.

Sampai nya di stand cumi bakar, lirikan mata penjual nya tuh tersirat sebuah pertanyaan yang kalau di ucapin tuh takut salah, tapi karena yang jual cewek, jadi kalian taulah kalau pertanyaan nya bakal di ucapin.

"Mbak sama Mas nya pasangan ya?," tanya mbak penjual nya.

"Eee, bukan mbak, cuma temen aja tapi suka main bareng gitu, biasanya sama satu cewek lagi cuma dia nya lagi kerja," ujar May dengan sejelas-jelas nya tanpa tau keadaan yang sebenarnya.

"Ohh, kirain pasangan, soal nya cocok aja gitu"

"Mbak nya bisa aja," ucap Lenora dengan senyuman pahit nya, dan mbak yang jualan hanya bisa terkekeh.

Selesai nya makan cumi bakar mereka berdua keliling lagi, di jelajahi mulai dari bakso sotong, mi ayam, pentol cilok, dan terakhir mereka beli es krim. Mereka berdua beli es krim sebenarnya buat di makan di dalam bianglala, kan jalan nya bianglala tuh lambat banget jadi dari pada gak ada cemil-cemil mending makan es krim aja.

Di dalam bianglala mereka berdua menikmati pemandangan kota nya dari atas sambil makan es krim nya, saat sudah sepertiga jalan tiba-tiba bianglala nya mati, semua penumpang bianglala pada panik gedor-gedor pintu yang malah membuat kursi mereka goyang.

"Tenang, May, tenang, ini gak akan lama, tenang," ucap May yang berusaha menenangkan hatinya agar tidak panik banget dan berusaha tidak melihat kebawah namun gerakan jarinya tidak bisa berbohong, May mempunyai kebiasaan buruk saat panik, May akan menggigit/ memainkan kuku jarinya saat panik.

Lenora yang sebenarnya juga ketakutan tapi diam saja karena tidak mau membuat May makin panik, tidak sengaja mata Lenora melihat tangan May sedang memainkan kuku jarinya sampai berbunyi.

"Sini, May, pegang tangan ku aja nanti kalau kuku nya di bunyiin terus jadi sakit," ucap Lenora sambil mengulurkan kedua tangan nya, dan May langsung menyambar tangan Lenora lalu memegang nya erat-erat.

Tak lama anggota pemadam kebakaran datang dan menyelamat kan mereka berdua dan juga penumpang lain nya, saat sudah turun kaki May rasa nya lemas dan letoy. Setelah kejadian itu mereka berdua jadi takut untuk naik bianglala lagi.

Namun bagi May itu adalah pengalaman yang indah sekaligus menakutkan.

Dia tidak akan melupakan satu kenangan pun walaupun berulangkali disakiti, untuk saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!