17

Dimalam yang sunyi dengan suara jangkrik yang beradu dengan suara kodok, Lenora berdiri di tepi jembatan memandangi air sungai yang tenang, terlihat pantulan wajah nya yang suram dan dingin dengan mata yang malas, "Ekspresi wajah yang kesepihan, kasihan banget"

Lenora lanjut jalan dan sesekali menendang kerikil yang gak salah apa-apa, terlihat May yang sedang berdiri bersandar pada pembatas jembatan dan memandangi langit yang bahkan terlihat mendung, dengan tatapan tidak peduli dengan keberadaan May, Lenora berjalan melewati May bahkan sama sekali tidak melirik nya.

"Mau kemana?," tanya May saat Lenora sudah berjalan melewati nya, Lenora pun berhenti dan menjawab nya tanpa menoleh ke arah May. "Bukan urusan lu"

"Kamu kecewa?," tanya May dengan nada khas orang khawatir.

"Bukan gw yang kecewa, tapi dia"

May mengerutkan kening nya, bingung dengan siapa dia yang dimaksud Lenora. "Dia siapa?," tanya May.

"Dia yang sangat lu pedulikan, dia yang lu jaga selama ini, dia sekarang ada di dalam lubuk hati terdalam lagi meringkuk di dalam kegelapan menunggu orang yang mau mengulurkan tangan nya untuk menyelamatkan nya dari kegelapan," ucap Lenora dengan gestur meremehkan ditambah dengan senyum simrk nya yang baru-baru ini keluar.

Sadar dengan gerak-gerik Lenora yang berubah, May merasa Lenora yang dia ajak bicara sekarang bukan Lenora yang biasanya, "Kamu bukan Leno"

"Gw masih Leno kok, tapi gw bukan Leno yang dulu," jawab Lenora lalu tertawa kecil dan lanjut berjalan meninggalkan May yang penuh dengan tanda tanya di otak nya.

Tanpa sengaja, May melihat baju bagian pergelangan tangan kiri Lenora yang terdapat bercak darah, ragu dengan apa yang dia lihat, May menyipitkan mata nya untuk memperjelas pandangan nya.

"Pergelangan tangan mu kenapa?," tanya May dan membuat Lenora langsung melihat pergelangan tangan nya, dengan ekspresi wajah yang panik, Lenora langsung menutupi bercak darah tersebut. Lenora menghampiri May dan menatap nya dengan tajam, membuat May yang lagi di bersandar di pembatas jembatan jadi merasa semakin terpojok karena jarak mereka berdua yang dekat sekali.

Jantung May bagaikan mesin pabrik?, bahkan udah seperti motor rossy yang sedang balapan, dan dalam sekejap May seperti ingin pingsan karena baru pertama kali berada di posisi seperti ini.

"Mulai hari ini jangan pernah lu menginjakkan kaki di rumah gw atau pun mengusik kehidupan gw, lu udah bikin kecewa seseorang dengan perbuatan lu sendiri," ucap Lenora dengan nada yang lirih dan penekanan di setiap kata membuat perkataan Lenora menjadi seperti sebuah ancaman bagi May.

May terdiam membeku, dia takut dengan tatapan nya Lenora badan nya saat ini sangat panas, keringat dingin nya mulai bercucuran, May tau apa yang dimaksdu Lenora, untuk yang pertama kalinya, May menyesal karena terlalu gegabah dalam bertindak.

***

Hari pun semakin malam, Lenora yang tidak ada niatan untuk pulang kerumah akhirnya terus berjalan tanpa arah dia tidak bawa dompet nya, tapi dia Lenora yang masih anak SMA pasti di inti otak nya masih ada kata pulang walaupun sudah jam 12 malem.

"Hahhh, kenapa sih harus ketahuan, lagian juga ini tubuh kenapa makin hari makin lemah, kesamber dingin dikit aja udah menggigil," ucap Lenora sambil menggosokkan kedua telapak tangan nya dan sesekali meniup nya agar telapak tangan nya sedikit menghangat dan terlihat uap napas nya yang samar-samar karena dingin nya malam.

Semakin lama Lenora berjalan, semakin capek juga kaki nya, namun jika tidak dipaksa untuk berjalan dia tidak akan cepat sampai rumah, saat pandangan nya mulai kabur dan jalan nya yang mulai seperti orang mabuk, datanglah seorang laki-laki dengan motor vixion nya.

"Len, naik, gw antarin pulang"

"Hm?, siapa lu?, kok tau nama lu?," ucap Lenora sambil menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangan nya, namun gagal.

"Udah naik aja, udah malem banget ini, besok sekolah masih masuk," dengan keadaan yang lemas, Lenora menaiki motor vixion milik laki-laki yang tak jelas wajah nya, mungkin teman nya, soal nya dia tau nama nya.

Karena Lenora tidak kuat menahan tubuh nya lagi dan matanya sudah tidak bisa ditahan untuk tetap terbuka, akhir nya dia bersandar di punggung nya si laki-laki penyelamat ini, meski matanya tertutup, Lenora masih bertahan agar kesadaran nya tetap terjaga.

Di perjalanan pulang sebenarnya Lenora diajak bicara namun mulut nya tidak kuat untuk mengeluarkan satu kata pun.

"Len, udah sampek," ucap si laki-laki yang mengantarkan Lenora.

"Oh, makasih dah nganterin gw, besok kalau lu minta imbalan cari aja di kelas IPS 1," ucap Lenora yang berusaha berdiri tegak dengan pegangan tiang rumah.

Si laki-laki misterius itu pun pergi dan dengan tubuh yang semakin lemah, Lenora berusaha meraih pegangan pintu, beruntung nya pintu rumah belum terkunci, mungkin orang rumah lupa mengunci pintu nya, padahal sudah jam 11.30 malam.

Lenora berusaha jalan walaupun dengan mata yang susah untuk di buka dan sesekali berhenti karena napas sudah ngos-ngosan, sayang nya tenaga Lenora sudah tidak kuat untuk membuat tubuh nya tetap berdiri, pandangan nya pun semakin menghitam, dan akhirnya pingsan tepat di depan tangga.

***

Matahari pun muncul kembali untuk melakukan tugas nya menyinari bumi, Ainee yang terbangun karena semburat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah ventilasi kamar nya langsung bergegas ke depan kaca yang ada di pintu lemari. Walaupun Ainee saudara kembarnya Lenora, tapi tidak semua aktivitas favoritnya sama, kalau Lenora langsung mandi, kalau Ainee ngaca dulu lihat setiap sudut muka nya, ada jerawat atau tidak.

Setelah selesai dari kegiatan berkaca nya, Ainee turun untuk mengambil air putih di dapur, saat menuruni tangga Ainee melihat kakak nya yang tergeletak dibawah, dia langsung lari tanpa pikir panjang.

"Kak, Kakak," panggil Ainee sambil menepuk pelan pipi Lenora.

Lenora yang merasa pipi nya ada yang menepuk langsung terbangun dan melihat Ainee yang panik.

"Kakak, kenapa tidur disini?," tanya Ainee sedangkan yang ditanya masih bingung dan linglung dengan apa yang terjadi dengan diri nya.

"Badan Kakak juga panas banget, Ainee ambilin obat ya," ucap Ainee sambil berusaha membantu Lenora untuk berdiri, setelah berhasil berdiri Lenora langsung berjalan ke dapur dan mencari paracetamol di kotak P3K.

"Sini Ainee cariin obat nya, Kakak duduk aja," ucap Ainee yang mendorong sedikit Lenora untuk menepi.

"Gak usah, kakak bisa sendiri, mending kamu mandi aja, nanti Mama marah kalau tau kamu belum mandi"

"Gak apa-apa, Ainee cariin, Kakak duduk aja, badan Kakak juga masih lemes itu"

"DIBILANG GAK USAH YA GAK USAH!, kan kamu kasihan sama kakak, jadi tolong buat Mama senang karena Mama sudah tidak berharap sama kakak," ucap Lenora yang membuat Ainee terkejut, orang tua nya yang mendengar teriakan langsung turun dan menghampiri mereka berdua.

"Kenapa ini?, pagi-pagi udah teriak," kata Mamanya yang baru datang bersama Papanya.

Lenora langsung pergi dengan membawa obat nya ke kamar, sebelum itu dia pergi kedapur untuk mengisi air di botol nya.

"Leno!" panggil Papa nya dengan nada kasar. Lenora yang sedang mengisi air ke botol yang ada di meja hanya diam saja. Lenora menutup botol nya dan menoleh ke arah orang tua nya dan Ainee. "Because you all hurt him, so he changed" ucap Lenora sambil menunjuk hati nya, setelah itu dia naik ke atas untuk ke kamar nya.

***

Pagi nya saat di sekolahan, Clare yang biasanya hanya saling julid dengan May, sekarang semakin parah, Clare selalu menyebut May sebagai benalu atau apapun itu, Clare masih sangat ingin menampar May setelah dia berhasil menyakiti Ainee, lalu Andy dan Stevan yang di sebelah Clare hanya diam saja, mereka tidak tau harus berbuat apa. Saat Ainee datang, Clare langsung menghampiri Ainee dan saling bercanda mengabaikan May yang sudah menatap tajam kearah Ainee.

"Pagi, Leno mana?." tanya Andy.

Tak lama Lenora pun datang dengan penampilan yang acak-acakan, dasi yang dilonggarkan, seragam yang tidak dimasukkan ke celana, rambut yang tidak disisir dan pakai piercing clip di telinga kanan nya.

"Weh weh apa-apaan ini?," tanya Stevan saat melihat piercing Lenora.

"Apa ya?, pengen aja, soal nya nggak ada yang peduli juga kan gw kayak gini"

"Anjir, menantang maut banget lu, gw aja yang beneran ditindik kagak berani pakai piercing pas sekolah," ucap Andy.

Lenora berjalan ke belakang dan duduk di bangku nya, menaikkan kedua kaki nya keatas bangku, memakai headset nya dan menyalakan lagu di hp nya.

Teman sekelas nya diam tidak ada yang bersuara karena terkejut dengan perubahan Lenora yang tiba-tiba, bahkan hanya terjeda beberapa jam saja.

"Uwah, ini beneran Lenora?," tanya Sinta.

"Perasaan kemarin masih kek anak rajin, masih kek anak yang taat peraturan, kok sekarang udeh berubah aja." ujar Gibran.

"Bahkan gak tanggung-tanggung berubah nya," kata Asep.

Lenora yang mendengar perkataan teman nya hanya diam saja dan seperti malas untuk menanggapi setiap perkataan teman nya

'Maaf, untuk saat ini biarin dia gantiin posisi ku sebagai Lenora, aku hanya ingin istirahat sebentar'

Ting tong ting tong

Jam pertama telah tiba, masuk lah seorang guru Ekonomi yang berkumis tebal hampir menutupi mulut nya, rejeki anak sholeh memang jam pertama udah Ekonomi aja.

Di tengah pembelajaran, Lenora selalu mengeluh dan suka menghela napas, bahkan berkali-kali di tegur karena dia mau tidur di tanya sakit apa enggak, jawab nya malah, "Kalau saya sakit, saya gak akan masuk sekolah pak," dan untuk yang kesekian kali nya, dia ditegur karena LKS nya di tutup.

"Lenora, ini untuk yang terakhir kali nya, kalau kamu tidak memperhatikan bapak kamu keluar sekarang," ucap Pak Sueb, guru Ekonomi dengan nada menahan amarah.

Lenora dengan santai nya keluar kelas tanpa memandang wajah pak Sueb yang mulai memerah karena baru pertama kalinya ada murid didikan nya yang benar-benar menuruti perkataan legend dari semua guru untuk mengancam murid nya.

"Tunggu, kamu pakek anting?," tanya Pak Sueb saat Lenora berjalan melewati pak Sueb untuk keluar kelas.

"Iya," hebat bukan jawaban nya, mana ada yang berani jawab seperti itu kecuali Lenora, bahkan preman sekolahan modelan kayak Dandi anak kelas IPS 6 yang berulang kali di panggil guru BK aja tidak berani jawab seperti ini.

"Ke ruang BK sekarang, bilang kalau saya yang menyuruh kamu untuk kesana"

"Ok"

Lenora hari ini benar-benar sudah berubah, Lenora yang dulu telah hilang, semua dibuat terkejut dengan perubahan Lenora yang biasa nya anak yang rajin dan rapi sekarang jadi seperti brandalan pinggir jalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!