16

"Jadi yang merobek kertas jawaban Leno tadi si Ainee?" tanya Andy yang keberadaan nya tidak di sadari oleh May.

May melempar sebuah kamera kecil yang dia ambil dari saku tas nya, "Aku tau kalian gak akan percaya kalau aku sendiri yang bilang, jadi kalian lihat sendiri rekaman yang aku minta tadi saat jam istirahat"

Stevan pun menyalakan tombol on pada kamera kecil yang berisi data rekaman yang May curi, terlihat Ainee sedang diam-diam pergi ke meja Lenora yang ada di barisan kedua dari belakang, dengan gestur yang tenang dia mengambil buku Lenora dan merobek lembar jawaban Lenora, Stevan dan Andy terkejut dan syok, di otak mereka timbul pertanyaan kenapa seseorang bisa bersikap seperti itu kepada kembarannya sendir?.

"Kaejadian itu saat kalian semua sibuk berebut contekan," ucap May sambil mengambil perekam milik nya yang sudah berhenti..

"Lu kenapa mau ngelakuin ini semua?," tanya Andy yang penasaran karena May bisa sampai bertindak sejauh ini.

"Aku hanya penasaran dari sikap Ainee yang semakin hari semakin berubah, mungkin kalian juga tidak akan sadar karena kalian baru kenal Ainee saat masuk SMA, aku hanya ingin menepati janji ku kepada seseorang, jadi kalau kalian mau percaya dengan rekaman ini aku akan sangat senang, tapi kalau kalian gak percaya juga gak apa-apa"

Lalu May pun pergi keluar kelas, meninggalkan kedua anak yang masih terdiam, terbesit rasa tidak percaya namun di rekaman itu memang benar memperlihatkan Ainee yang sedang merobek kertas jawaban Lenora.

Walaupun Andy sudah di perlihatkan rekaman video CCTV dari May masih merasa ragu akan kebenaran nya."Tapi rekaman CCTV juga bisa di edit, gw akan tetap meragukan rekaman yang dikasih May sebelum aku melihat dengan mata kepala ku sendiri"

Sementara Stevan diam-diam mulai mempercayai May. "Kita pura-pura gak tau aja sampai kita benar-benar melihat nya sendiri."

"Aku benci banget suasana kayak gini, jadi keinget kejadian waktu SMP"

"Udah gw bilang, lu kalau bicara ama gw gak usah pakek aku-kamu, jijik denger nya"

"Iye-iye, belum terbiasa gw," jawab Stevan dengan logat medok nya yang masih sedikit kentara.

"Emang nya masa SMP lu kelam banget?," tanya Andy yang kek nya agak sedikit kepo anak nya.

"Pengen tau?, kapan-kapan ae ya, udah jam 5 nih, lu gak pulang?, mau tidur sama shaiton ya?"

"Your eyes"

***

Di perjalanan pulang, Andy terus saja memikirkan soal rekaman tadi, semakin dipikirkan semakin timbul banyak pertanyaan yang muncul, kenapa Ainee tega berbuat seperti itu?, apakah selama ini Ainee pura-pura sakit?, kenapa dia lebih memilih ego nya dari pada kebersamaan saudara nya?.

"AH, GINI AMAT SIH HARI GW," teriak Andy yang membuat sopir nya terkejut sampai lepas setir, untung tidak oleng mobil nya, kalau oleng udah selesai kehidupan nya.

Tak lama Andy sampai di rumah nya yang mewah nya bikin pejabat yang korupsi iri dengan nuansa Eropa dan lampu kuning di area luar nya, tak lupa karpet merah yang terbentang dari depan pintu sampai depan tangga yang sehari sekali diganti.

"Selamat datang tuan muda," ucap pemimpin pelayan sambil menundukkan kepala dan diikuti oleh pelayan yang lain nya.

"Ingin minum apa?," tanya salah satu pelayan nya.

"Gak usah, Mama sama Papa kemana?," tanya Andy.

"Maaf tuan, mereka baru saja pergi ke Italy untuk urusan bisnis, mereka kembali 12 bulan lagi"

Makin kecewa? iya lah, bayangin orang tua kalian lebih mementingkan bisnis nya dari pada kebahagiaan anak nya, mungkin mereka kira uang bisa membuat masalah selesai, bisa membahagiakan manusia, bisa menggantikan tanggung jawab mereka sebagai orang tua, cuma orang rendahan yang berpikir begitu.

Dengan perasaan yang campur aduk, Andy masuk ke kamar nya yang ada di lantai 3, makin kesel lah dia karena harus menaiki anak tangga yang banyak, "YANG MINTA DIBIKININ RUMAH KAYAK GINI SIAPA SIH?!"

Dikamar, Andy menyalakan musik dengan keras, speaker empat dia nyalain yang masing-masing ada disudut ruangan, beda dengan teman-teman nya, Andy suka mendengarkan musik bergenre Rock karena menurut dia kalau galau jangan dengerin musik yang galau, nanti bukan nya selesai galau nya malah tambah makin parah galau nya.

Serasa dikaraoke, Andy menyanyi dengan sangat keras, namun karena dia tidak ada bakat menyanyi jadinya terdengar seperti orang teriak, pelayan rumah yang sudah senior terbiasa dengan kegiatan tuan muda mereka jika sedang galau, dan yang masih magang selalu dibuat terkejut dengan kebiasaan Andy, seperti pelayan yang sedang mengantar baju tidur Andy.

"AAAAAAAA~~~~"

"Astaga, tuan muda kenapa?," tanya pelayan magang.

"Biasa anak muda, lagi galau dia," jawab pelayan senior.

"Kok aneh banget galau nya, yang diputar malah lagu Rock bukan lagu Indie"

"Tuan muda kita berbeda"

Setelah itu mereka pergi setelah meletakkan baju tidur Andy didalam kotak sebelah pintu yang emang sengaja disiapkan kalau sewaktu-waktu Andy tidak mau diganggu, jadi pelayan bisa mengantarkan dan menaruh makanan, baju, dan lain nya disitu.

Ditempat lain, Stevan sedang ketoko bungan nya mbak Flow untuk membeli bungan Anyelir warna pink, kenapa di toko bungan nya mbak Flow lagi? ya karena tempat nya yang strategis, teknik marketing nya mantap.

"Mas nya ini temen nya Lenora ya?," tanya mbak Flow sambil memberikan bunga nya.

"Iya, kok mbak nya bisa tau?," tanya Stevan balik.

"Tau di foto wallpaper hp nya Lenora, oh aku masih sepupu nya Lenora, bunda ku kakak nya Papanya Lenora, adik ku juga satu sekolahan sama Mas nya," Stevan hanya mengangguk dan tersenyum, malu dia, lawan bicara nya cantik banget sedangkan dia merasa buluk belum lagi rambut nya masih kelihatan botak nya walaupun sudah tumbuh sedikit.

"Makasih ya mbak," ucap Stevan lalu pergi keluar toko, kalau lama-lama didalam toko takut nya ada syaiton yang tidak budiman.

Stevan berjalan kearah pemakaman yang tidak jauh dari toko bunga nya mbak Flow, kan, emang toko nya mbak Flow tuh strategis banget, udah deket taman deket juga sama pemakaman.

Di area pemakaman terlihat sunyi sekali, hanya ada 2 sampai 3 orang yang datang untuk mengunjungi makam keluarga nya, mungkin karena belum bulan Ramadhan jadi orang-orang yang datang ziarah cuma sedikit.

Di tengah pintu masuk Stevan melihat makam seseorang yang sudah lama tidak dia kunjungi, makam nya sudah penuh dengan rumput bahkan batu nisan nya sudah berdebu. Stevan pergi ke pemakaman khusus orang muslim sebenarnya ada pemakaman umum, namun keluar dari orang yang akan Stevan kunjungi sangat religius.

"Hahhh, akhir nya bisa berkunjung kesini lagi," ucap Stevan lalu berjalan kearah makam yang dari tadi dia lihatin terus di tengah pintu masuk.

"Hai, maaf ya gw lama gak ngunjungin lu, soal nya tugas kelompok gw banyak banget," ucap Stevan lalu duduk di samping makam nya.

"Aksen bicara gw udah berubah ya?, gak kayak dulu pas di desa"

"Oh ya, gw ada sesuatu nih," Stevan mengeluarkan bunga yang dia beli tadi lalu menaruh nya di depan batu nisan nya.

"Gw beliin yang imitasi aja ya, biar awet hehehe"

"Oh ya, gw mau bilang sesuatu ke lu," Stevan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya.

"Gw kangen banget sama lu kampret," ucap Stevan dengan senyuman yang terukir di bibir nya, namun tak lama ekspresi nya berubah menjadi tangisan. "Gw rindu banget sama lu, kok lu bisa tega banget sih, Azka?"

"Gw kangen main PS sama kamu, sekarang gw selalu main PS sendiri, padahal gw selalu nyiapin 2 stick PS," kata Stevan dengan nada yang sesenggukan.

Dia diam termenung sambil memagang batu nisan yang bertuliskan nama Azka, mulut nya berlahan mengucapkan doa untuk Azka walaupun air mata nya masih terus mengalir, untung diarea pemakaman tidak ada teman nya yang lewat, kalau lewat bisa-bisa difoto terus dikirim digrub angkatan kan gak seru.

"Haaaah, maaf ya gw gak bisa lama-lama ngunjungi lu, keburu malem takut kehabisan bus, kapan-kapan gw datang lagi deh, janji," setelah itu Stevan pergi berjalan keluar pemakaman, memori tentang Azka perlahan bermunculan, membuat nya semakin sedih karena harus meninggalkan nya sendirian.

Sesampai nya dirumah, Stevan disambut dengan kedua orang tua nya, namun Stevan tidak senang disambut oleh ibu nya yang membuat ayah Stevan agak membentak nya.

"Kok baru pulang nak?," tanya ibu nya Stevan.

"Tumben peduli banget, biasanya aja bodo amat aku mau pulang jam berapa, oh mungkin karena ada ayah jadinya kamu sok baik di depan ayah"

"Stevan!!!, dia ibu mu loh, kamu gak boleh gitu sama ibu mu, durhaka ya kamu," bentak ayah nya.

"Ibu?, emang aku ada ibu?, oh mungkin yang ayah maksut ibu yang tega ninggalin anak nya yang masih kecil di panti asuhan?, dia bukan ibu ku lagi, atau ibu yang ini?," ucap Stevan sambil menunjuk ibu nya yang duduk di sebelah ayah nya, "Dia bukan ibu ku juga, bahkan aku gak keluar dari rahim nya, terus ibu yang mana yang ayah maksut?," tanya Stevan dengan kedua alis yang terangkat ke atas.

Seketika emosi ayah nya keluar dan otomatis menampar Stevan dengan keras sampai-sampai ibu tiri nya terkejut, "Satu nya lagi dong yah, biar sama rata sakit nya, kalau cuma sebelah gak asik nanti," saat tangan ayah nya sudah terangkat dan ingin menampar lagi, ibu tiri nya menahan tangan ayah nya agar tidak jadi menampar Stevan lagi.

"Udah mas, dia masih labil emosi nya," kata ibu tiri nya.

"Tapi dia udah kurang ajar sama kamu"

"Udah gak apa-apa kalau emang Stevan gak menganggap aku ibu, gak apa-apa aku paham"

"Apa ayah juga gak merasa kurang ajar sama aku?, nikah diam-diam dengan wanita ini tanpa persetujuan ku, kalau ayah tau,  aku lebih sakit hati daripada ayah, nyesel aku ikut pindah ke kota sama ayah," dengan wajah dingin nya, Stevan berjalan ke kamar nya dan menutup pintu nya dengan keras, inilah alasan kenapa Stevan sangat tidak suka jika harus pulang kerumah nya, rumah nya kini sudah terasa berbeda, tidak ada rasa kasih sayang nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!