"Lebih baik kamu gak usah lahir dari pada terus ngerepoti kita semua"
Kaget dengan ucapan yang Papanya lontarkan, Lenora terdiam dengan raut wajah lelah menjalani kehidupan yang sangat tidak adil untuknya.
"Leno juga gak minta dilahirin kok, Pa, Leno juga lahir ke sini juga karena kalian yang minta, kalau aja Leno bisa memilih, Leno gak mau dilahirin di keluarga ini, Pa, Leno lebih baik lahir di keluarga sederhana yang orang tua nya bisa menerima keadaan anak nya apa ada nya"
"Jadi kamu nyalahin kita?, berani-berani nya kamu," saat tangan Papanya Lenora sudah di atas dan siap menampar, dengan cepat tangan Papanya di pegang dan Lenora menatap Papanya dengan tajam, dan dengan kasar Papanya melepas genggaman Lenora.
Lenora menunduk sebentar, dia mengelakan nafas yang panjang dan seketika tatapan Lenora berubah menjadi dingin, matanya menjadi sayu, dan senyum yang terkesan meremehkan dikhususkan untuk Mamanya.
Tawa Lenora tiba-tiba menggelegar ke seluruh ruangan. "Papa percaya banget sama omongan Mama yang banyak banget bohong nya, Mama juga jago banget akting nya sampai bikin Papa percaya, kapan-kapan ajarin gw juga dong, dan buat lu-" Lenora menunjuk Ainee yang sedari tadi berdiri di belakang Mamanya, "Lu jadi cewek lenjeh amat, lemah amat, cari perhatian neng?, duh kasihan banget hidup lu"
Tok tok tok
"Oh, ada tamu nih," Lenora tersenyum miring lagi dan berjalan mengarah ke pintu untuk membuka kan pintu untuk tamu, namun saat pintu dibuka, hanya ada paper bag kecil, saat Lenora sudah mengambil paper bag nya dan mau balik badan, tiba-tiba dia merasa seperti ada sesuatu yang keluar dari tubuh nya, dia menoleh ke arah orang tua nya yang kini terlihat bingung dan terkejut, saat Lenora menatap mata Ainee, secara tiba-tiba Ainee menundukan pandangan nya dan pergi di ikuti oleh Mamanya.
"Papa kecewa sekali sama kamu," ucap Papanya dan pergi menyusul Mamanya dan Ainee.
" Hah?,What happened?"
Matahari berganti bulan, burung-burung ganti shift dengan jangkrik, kupu-kupu telah menyelesaikan tugas nya membantu penyerbukan tumbuh-tumbuhan, dan Lenora yang sudah lelah ingin segera tidur namun ditahan oleh banyak nya tugas dari guru yang sangat tidak bisa di ajak kompromi kalau soal tugas, dan sial nya itu tugas Matematika yang selalu dikasih 25 soal, ngelihat soal nya aja sudah membuat malas.
"Matematika, ilmu yang mematikan~, yuk bisa yuk kurang 20 soal lagi"
"TAPI AKU UDAH PUSING WOI"
Akhirnya Lenora menyerah untuk mengerjakan, "Minta contekan ke Ainee aja deh," saat Lenora sudah mau membuka pintu kamar, dia teringat dengan kejadian siang tadi yang tiba-tiba aja semua orang takut dengan dia termasuk Ainee, "Enggak jadi, minta ke Clare aja deh, semoga aja dia udah selesai"
Ternyata Clare juga belum sama sekali, dan sekarang Lenora bingung mau mencari contekan kemana lagi, soal nya semua teman sekelas nya udah ditanyain tapi kebanyakan gak ngerjain, katanya besok aja di kelas nyuri jawaban punya anak ambis kalau pada belum ngerjain semua.
Tapi karena memang hari ini keberuntungan Lenora agak telat, jadi saat dia udah mau ikut temen-temen nya buat nyuri contekan tiba-tiba ada notif pesan dari Ainee yang isi nya contekan Matematika. Kepintara Lenora kemana?, masih ada tapi bukan di bidang Matematika.
"Haaa, akhirnya tanpa aku minta contekan nya datang sendiri, makasih, besok aku kasih susurupris deh"
Gak kalah dari Lenora, May juga sedang bertarung dengan tugas Matematika yang sama, ya beruntung nya dia udah dapat contekan dari kelas sebelah yang kebetulan minggu lalu dikasih pr yang sama, dan disaat itu lah dia teringat dengan Lenora yang payah kalau soal Matematika, sama seperti dia sih tidak ada bedanya.
"Kasih Leno contekan gak ya?"
"Tapi kayak nya udah dapat dari Ainee"
"Tapi kalau Ainee juga gak bisa gimana?"
"Gak mungkin, dia kan nak ambis, sebelas duabelas sama Melani," bimbang nya lagi kambuh, padahal tinggal kirim, bilang kalau itu dapat dari kelas sebelah, selesai. Tapi bagi May itu sama dengan uji nyali di hutan belantara yang banyak ular dan bisa menggigit kaki nya kapan saja.
"Gak usah deh, nanti dia marah lagi," dan akhirnya dia menyerah untuk memberikan contekan kepada Lenora.
Jam 9 malam, May selesai menyalin jawaban tugas Matematika nya, bahagia?, oh tentu saja, karena beban terberat dia sudah hilang, kecuali beban percintaan nya yang masih menempel tidak tau kapan lepas nya, dan sekarang dia sedang memandangi langit namun posisi badan nya menghadap ke arah rumah keluarga Lenora.
May Menyenandungkan salah satu kesukaan nya dengan perasaan hati yang ikut dikeluarkan membuat suara nya terdengar indah dan sedikit menyanyat hati. Air mata May jatuh tanpa diperintah, dia selalu teringat dengan masa-masa dulu saat Lenora masih ramah dengan nya, dan masa yang paling dia rindu adalah saat May berjanji kepada Lenora.
"Leno"
"Ya?"
"Karena kamu selalu melindungi Ainee, dan kamu selalu lupa untuk menjaga dirimu sendiri, jadi mulai hari ini aku yang akan selalu melindungi mu"
"Tapi kan kamu cewek"
"Emang cewek gak boleh melindungi cowok?"
"Yaa, boleh aja sih tapi-"
"Ini janji ku, Len"
Itu adalah masa yang paling berkesan untuk May, dirinya yang tidak bisa melupakan janji nya kepada Lenora, meskipun dulu Lenora mungkin menganggap itu hanya sebuah bualan anak SMP dan akan terlupakan saat mereka SMA, namun bagi May itu benar-benar janji yang harus dia tepati walaupun maut memisah kan.
May sekarang beralih membuka loker meja belajar nya, yang disitu terdapat sebuah kotak lengkap dengan pita merah di sebelah atas kiri, didalam kotak tersebut terdapat sebuah album kecil khusus untuk fotonya dan teman-teman nya
Saat membuka halaman yang memperlihatkan foto nya dengan Lenora yang tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya yang rapi, May langsung membalikkan foto tersebut dan terdapat sebuah tulisan 'Untuk May yang selalu membuat hari ku berwarna :)'
"Apakah sekarang hari mu menjadi kelabu jika aku ada didekat mu?," dan May jatuh meringkuk, memeluk foto nya dan menangis lagi.
***
Pagi yang cerah, matahari dengan sinar yang hangat seperti mataharinya teletubies yang tersenyum setiap terbit, dan anak kelas IPS 1 sedang berdemo dengan tugas Matematika nya yang sepertiga murit nya belum selesai dan jadinya mereka gak perlu repot-repot curi jawaban dari Melani.
"WEH BAGI JAWABAN NYA NAPA," dimulai dari teriakan Yoga, si maniak olahraga yang datang-datang minta contekan, bukan nya salam, setan emang.
"SAT!, JANGAN DIAMBIL GW BELUM KELAR NYALIN NIH," nah ini Asep yang kertas contekan dari Saras di rebut sama Yoga, padahal baru nulis angka 10 udah di rebut.
SREKK
"BABI JAWABAN GW!!!, GANTI WEH, TANGGUNG JAWAB, DAH CAPEK-CAPEK NGERJAIN MALAH DISOBEKIN," karena Yoga dan Asep rebutan jawaban, alhasil contekan dari Saras sobek jadi setengah-setengah, padahal Saras kalau ngerjain sampai begadang dan di marahin Maknya karena frustasi ngerjain nya, tapi akhirnya selesai juga jam 4 subuh.
Parah nya lagi ada yang sengaja memvideo keributan kelas nya, kayak anak satu ini. "Ya gaes inilah kegiatan kita pada hari ini, mereka-mereka para orang tolol sedang mencari contekan, sangat primitif, gaes say hai ke kamera dong, lagi live IG nih"
Buagh
"GAK USAH SOK-SOK AN YE LU, MENTANG-MENTANG UDAH KELAR NGERJAIN PR, BILANG KITA NAK TOLOL," nah kan ada yang sensi, emang mulut nya Ucup tuh lemes banget kayak mulut cewek.
"YA GAK USAH DI GEBUK PAKEK KAMUS JUGA NJING," ini Amel yang gebuk kepala nya Ucup, ya agak-agak ambis juga dia, tapi kalau masalah contekan dia masih mau bagi-bagi.
"WOI, BU SUSI WEH, BU FATMA," teriak Gibran sambil sok ngos-ngosan padahal cuma dari tong sampah. Semua nya langsung berhamburan dan duduk di kursi masing-masing, "Tapi boong"
"Ketua kelas biadab emang"
"Bu Fatma 5 menit lagi bakal datang ke kelas," ucap Melani yang baru saja masuk kelas, kayak nya dia diam-diam manggi bu Fatma nih.
"Dih, si caper beraksi gaes," bisik Sinta bandar gosip di kelas IPS 1.
"Belum pernah ngerasain di semprot cabe sama Clare kayak nya," kata Tita
"Apa salah ku, apa salah hidupku?"
"Si goblok malah nyanyi" sahut Stevan
***
6 menit kemudian 25 dari 36 anak IPS 1 di hukum perdiri di tengah lapangan sambil mengerjakan tugas Matematika nya termasuk Lenora yang ternyata kurang satu soal yang belum dia, malu?, gak kok itu udah jadi kebiasaan kelas mereka, jadi sebagian murit kelas lain gak akan kaget kalau tiba-tiba ada segerombol siswa yang berdiri di tengah lapangan, ya masih mending dari pada harus membersihkan area kolam yang bau nya sangat tidak bisa ditolerir.
"Kejam," ucap Asep sambil menyipitkan mata dan melihat ke arah bu Fatma yang sedang cengar-cengir mengulang sisa anak yang masih bertahan di kelas.
"Sangat kejam," sahut Ucup yang ikut dihukum karena salah ngerjain tugas, bodo emang.
"Ih bedak gw luntur semua ini gara-gara keringetan," kata Tita cabe-cabean nya kelas, semua anak langsung menatap sinis ke Tita, ya soal nya bentukan nya udah buluk, badan bantet, cari perhatian ke semua cowok termasuk ke guru baru yang ganteng nya kebangetan.
"Len, kok lu diam aj adari tadi?, bukan nya lu dah selesai ngerjain satu soal," tanya ketua kelas yang ada di sebelah Lenora, namun matanya masih fokus menyalin tugas.
"Aku lagi pengen di hukum aja"
"LAH," semua langsung menoleh ke Lenora yang dengan gampang nya dia menjawab seperti itu.
Tidak, Lenora sebenarnya tidak ingin dihukum, namun dia tau kalau ada seseorang yang sengaja merobek jawaban nya, dan Lenora baru tau saat Bu Fatma akan masuk kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments