Pagi hari yang cerah, dengan matahari yang terbit dari timur dan semburat cahaya nya yang menyilaukan mata, Lenora bangun sedikit terlambat hari ini karena lelah dengan hari kemarin yang penuh dengan drama mimisan. Untung nya badan Lenora sudah sedikit membaik kesehatan nya.
"Pagi ku cerah ku, matahari bersinar, nafas ku bau jigong karna baru bangun," kayak nya hari ini yang bangun Lenora versi sengkleh deh, sekali-kali ya kan, jangan seperti mayat jalan, baru bangun, rambut acak-acakan, muka pucet karna belum skincare an, terus langsung ngaca, masyaallah, bisa retak kaca nya.
Tok tok
"Kak, makanan nya aku taruh depan pintu ya," Ainee kira kakak nya baru bangun padahal udah 10 menit yang lalu, soal nya Ainee hafal Lenora bakal bangun jam berapa, tapi karena tadi jam 5 di cek Lenora masih tidur jadi Ainee kira masih tidur sekarang.
Seperti biasa, rutinitas baru Lenora setelah bangun tidur, adalah meratapi wajah pucatnya di kaca kamar mandi. Sebenarnya Lenora takut untuk melihat wajah nya yang semakin hari semakin lesu, bahkan sekarang bibir nya sangat pucat mau dikasih liptint juga masih akan terlihat pucat.
Lenora membuka turtleneck nya dan betapa kaget nya saat Lenora melihat badan dia sendiri yang semakin kurus, seperti orang yang kekurangan gizi. Lenora juga setiap pagi selalu batuk-batuk, bahkan semkain parah, seperti saat ini dia tiba-tiba terbatubatuk sampai dadanya merasa sesak karena sakit yang muncul saat batuk, darah yang keluar juga tidak sedikit, Lenora takut.
"Semoga aku masih bisa bertahan setidaknya sampai aku lulus SMA"
***
Hari ini karena Lenora libur sekolah, Lenora berencana untuk pergi ke taman bersama Grace, karena ada sesuatu yang mau Grace bicara kan, Lenora sudah siap dengan memakai turtleneck warna putih polos dengan di rangkap pakai hoodie biru dongker terus celana jeans, tak lupa sepatu sneakers warna hitam putih yang banyak dimiliki para remaja. Udah gitu aja, tidak usah neko-neko, tidak usah aneh-aneh, entar malah jadi sorotan massa karena faishon yang aneh.
Waktu turun, terlihat Ainee dan Mamanya sedang sibuk menyiapkan sesuatu, Ainee sibuk mendekor ruang tamu dengan balon dan juga sedikit pernak pernik ulang tahun dan tidak sengaja mata Lenora menangkap sebuah tulisan 'Welcome, Papa'
"Papa pulang hari ini?, kok kakak gak tau?," tanya Lenora.
"Oh soal nya Papa baru ngabarin tadi subuh, Ainee mau kasih tau ke kakak tapi, kakak masih tidur, ya udah, terus ini kakak mau kemana?"
"Oh, kakak mau ke taman, janjian sama Grace, maaf ya gak bisa bantu, pamitin ke Mama"
"Mau kemana kamu?," tanya Mamanya yang baru keluar dari dapur sambil membawa panci besar dari bau yang Lenora cium, sepertinya rawon. Lenora langsung pergi tanpa menjawab pertanyaan Mamanya, dia sempat menepuk pundak Ainee seperti memberi berbisik "Tolong jelasin ke Mama"
"Heh!, jangan jadi anak yang gak sopan ya kamu, di tanya bukan nya ngejawab malah nyelonong pergi aja," ucap Mamanya sambil menunjuk-nunjuk Lenora, untung rawonnya sudah diletakkan di meja, coba kalau belum, bisa di lempar ke Lenora itu rawon satu panci.
"HEH, LENO!"
"Udah, Ma, kakak ada janji sama Grace, kakak juga baru sembuh, biarin aja"
***
Lenora memilih berjalan untuk ke taman, jarak nya agak jauh sih tapi karena sekarang hari minggu bus pasti rame penumpang, Lenora yang tipikal orang tidak suka berdesak-desakan jadi jalan kaki saja, kalau naik taksi ya sama saja bakal kenak macet malah tambah lama.
Sebelum sampai di taman, Lenora mampir sebentar ke toko bunga milik kenalan nya yang masih kakak kelas nya untuk beli bunga Krisan yang nanti akan diberikan untuk Grace, sekali-kali gitu beliin bunga teman ya kan, tidak cuma kekasih saja yang harus dikasih bunga, sekali-kali teman juga boleh di kasih bunga.
"Kak Flow, beli bunga Krisan 3 batang bungkus yang cantik ya terus pakek ika aja jangan kertas nanti kebesaran, bikin yang simpel aja tapi cantik"
"Oh ya, dicampur warna kuning mau?" tanya kak Flow.
"Iya kak, gapapa"
Lenora melihat proses pembungkusan bunga nya biar jadi buket bunga yang cantik, gak lama kak Flow tanya sambil memberikan buket nya, "Buat temen nya ya?"
"Iya, kak" jawab Lenora sambil memberikan kartu kredit nya karena Lenora tidak sempat mengambil uang cash, ATM nya agak jauh dari toko bunga kak Flow.
Kenapa bunga Krisan?, kok bukan mawar aja atau tulip, karena dari yang Lenora tau, bunga krisan melambangkan rasa simpati, menunjukkan bahwa kamu selalu ada untuk mendukung sahabatmu dalam suka maupun duka, mau nya tadi di campur bunga mawar kuning tapi di etalase kayak tidak ada atau mata nya Lenora aja yang tidak melihat keberadaan mawar.
Saat sudah sampai di taman, terlihat Grace yang sudah menunggu duduk di bangku sebelah sungai memakai dress panjang dengan perpaduan warna biru tua dan hitam di bagian rok, tak lupa juga dengan rambut yang tergerai dan sedikit dia curly.
"Wihhhh, tumben banget kamu pakai dress, lagi kesambet model mana nih?," tanya Lenora setelah memandangi Grace dari atas ke bawah, dari ujung sepatu sampai ujung ubun-ubun.
"Model di Paris, Partigaan ciamIS," jawab Grace ngasal.
"Pertigaan neng, bukan Partigaan"
"Biar pas"
"Serah deh"
Mata Grace tiba-tiba melirik buket bunga yang dibawa oleh Lenora, dan untung nya Lenora menotis nya, "Oh ini bunga buat kamu, tadi sempet lewat di toko bunga nya kak Flow"
"Makasih, tumben banget kamu beliin bunga, lagi ada syukuran kah?," tanya Grace setelah menerima buket nya.
"Enggak, ya cuma sekali-kali aja kan kasih bunga buat teman, gak cuma pasangan doang," Grace hanya tersenyum sebagai jawaban.
"Oh ya,kamu mau ngomongin apa?"
***
Di sisi lain, Ainee yang masih sibuk membersihkan rumah dan juga mendengarkan ocehan Mamanya yang sedang menjelek-jelekan Lenora karena depresi nya kambuh lagi, karena telinga nya tidak kuat menahan panas nya ocehan Mamanya, akhinya Ainee pergi ke kamar Mamanya untuk mengambil obat depresi.
"Sampai kapan Mama menahan penyakit depresi Mama?," ucap Ainee sambil memandangi obat yang sudah ada di tangan nya, ingin sekali Ainee melempar obat itu keluar jendela, tapi Ainee masih membutuhkan Mamanya.
Saat Ainee kembali ke ruang tamu, terlihat Mamanya yang mulai tidak terkendali, semua sendok yang ada di rak sendok di lempar semua, wadah garam di banting, wajan yang di gantung di lempar ke arah kamar mandi, untung pisau nya sempet diamanin dulu sama Ainee, kalau tidak bisa-bisa di otak Mamanya terbesit buat ngelukain dirinya sendiri atau lebih parah nya bunuh diri.
Ainee sedih sebenarnya melihat Mamanya yang depresi karena kejadian dulu, ditambah dengan obsesinya denga derajat tinggi dan haus akan pujian orang membuat depresi Mamanya semakin parah, Ainee ingin Mamanya sembuh, tapi mungkin tidak dengan Mamanya.
"Nih, Ma, minum dulu," ucap Ainee yang memberikan obat depresi ke Mamanya yang hampir melempar gelas limited edition punya Papanya yang susah nyari nya sampai harus ke luar negeri hanya untuk mendapatkan gelas bentuk burung merpati.
"Ainee, kakak mu benci ya sama Mama?,"tanya Mamanya yang membuat Ainee terkejut, karena jarang-jarang Mamanya menanyakan hal ini, bahkan ini tanya nya disaat Mamanya sudah tenang, setenang air di sungai. Ainee senang karena akhirnya Mamanya menanyakan soal kakaknya.
"Gak kok, Ainee yakin kakak gak benci sama Mama," jawab Ainee sambil tersenyum, biar hati Mamanya ikut senang.
"Tapi kok Leno gak pernah mau ngobrol sama Mama sekarang?"
"Mungkin kakak mau menenangkan hati nya dulu," ucap Ainee lalu memeluk Mamanya.
"Tapi gapapa sih kalau Leno benci Mama, anak bodoh kayak dia mana bisa sukses?, yang ada malah ngeropotin," ekspresi Ainee seketika langsung berubah setelah mendengar ucapan Mamanya.
"Nyesel aku meluk keturunan mak lampir, tau gini gak aku peluk tadi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments