7

Saat hari sudah mulai senja, dan Latte nya Lenora sudah habis yang arti nya Ainee sudah di rumah dan kafe semakin malam semakin banyak para couple yang datang membuat dirinya insekyur akhirnya, memutus kan untuk pulang saja.

"Grace, aku pulang dulu ya," ucap Lenora kepada Grace yang lagi membuat pesanan pelanggan.

"Oh iya, hati-hati dijalan, salam buat Ainee semoga sehat terus"

Setelah berpamitan dengan Grace, Lenora juga tidak lupa untuk berpamitan dengan May, "May, aku duluan," hanya dengan kalimat yang singkat namun sangat berarti bagi May.

Lenora pulang dengan jalan kaki karena jarak antara rumah dan kafe tidak ada 3 km, kalau kata Lenora gini, "Jalan kaki aja dari pada naik taksi malah harus keluar uang, kalau jalan kaki kan bisa dapat sehat nya juga," terserah Lenora saja.

Dirumah, Ainee sedang menunggu Lenora yang dari tadi belum pulang, dia telfon berulang kali tapi tidak ada jawaban, di chat pun tidak di baca, sudah coba telfon ke May malah jawaban May nyolot banget walaupun aslinya May tau kalau Lenora lagi perjalanan pulang, tanya ke Andy katanya tadi di panggil kepsek dan itu yang buat Ainee negatif thinking, tapi ada satu sisi dimana Ainee senang dengan tidak ada nya Lenora dirumah.

"Ma, kakak kok gak pulang-pulang, sudah hampir jam 8 malam loh di telfon juga gak di angkat," ucap Ainee sambil mondar-mandir di depan tv sambil menggigit jari kuku nya, menandakan bahwa Ainee sangat panik untuk saat ini. namun itu hanya cover saja, di dalam hati dia membatin,  'Mana sih ni anak lama banget pulang nya'

"Di tunggu aja, habis ini dia bakal Mama habisin, berani-berani nya dia nongkrong di kafe dan nggak ikut jemput kamu," kata Mamanya yang emosi karena tau Lenora memilih untuk pergi ke kafe dari pada ikut menjemput Ainee di rumah sakit.

Ainee diam saja dan Mamanya mondar-mandir di depan tv dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada nya dan dengan raut wajah yang sangat marah membuat Ainee takut untuk berbicara tapi entah kenapa dia malah tersenyum.

"Mending kamu tidur aja deh, biar Mama yang nungguin sampai jam 8.30, kalau lebih dari jam itu kakak mu belum pulang Mama kunci pintu nya, biar dia tidur di trotoar aja sama gelandangan"

Ainee syok dengan ucapan Mamanya dan karena dia tidak mau dikira anak durhaka dan takut berdebat dengan Mamanya, akhirnya Ainee memilih untuk menuruti ucapan Mamanya tak lupa sebelum dia pergi ke kamar nya Ainee sempat mengucapkan kata-kata yang menurut Ainee sangat lah indah di dengar walaupun agak beresiko untuk dirinya. "Mama sekarang seperti orang asing dimata Ainee, Mama berdoa saja semoga Ainee masih mau mengakui kalau Mama adalah Mama ku, bukan orang asing"

'Ya walaupun aku udah malas sih sama kelakuan Mama, tapi bertahan dulu'

Mamanya, Jules,  berhenti mondar-mandir dan menatap Ainee dengan tatapan terkejut, anak kesayangan nya tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang seperti itu di depan Mamanya sendiri. "Kamu bisa ngomong kayak gitu gara-gara si anak sialan itu kan?!. Ainee!, JAWAB!," teriak Mamanya, namun Ainee mengabaikan nya dan langsung masuk ke kamar.

'Kalau kak Leno Mama anggap anak sialan, maka sama aja Mama menganggap Ainee sebagai anak sialan juga'

Tanpa Mamanya sadari, Lenora sudah ada di dalam rumah dari 10 menit yang lalu, mendengar percakapan Ainee dan juga Mamanya, Lenora tidak ada niatan untuk melerai nya karena dia tidak ingin situasi makin memanas.

"Lenora pulang," ucap Lenora setelah percakapan Ainee dan juga Mamanya selesai, Lenora langsung berjalan ke kamar nya tapi oleh Mamanya tangan kiri Lenora di tarik yang membuat Lenora reflek menarik balik tangan nya.

"Kamu kan yang buat Ainee jadi berani sama Mama, kamu apain Ainee?, kamu cuci otak nya?, iya?!, oh kamu juga bukan nya bantuin Mama jemput Ainee di Rumah Sakit, kamu malah seenak nya main di kafe sama dua teman bodoh mu itu, kamu mau bikin Mama mati arena kecapean?, iya?," tanya Mamanya sambil menunjuk tepat di depan wajah Lenora. Dia hanya diam tanpa menoleh ke arah Mamanya.

"JAWAB ANAK SIALAN!," teriak Mamanya dengan nafas terengah-engah.

'Mama kenapa tau aku ada di kafe?, ada yang mengikuti ku? siapa?'

Lenora melirik Mamanya yang terlihat sangat marah sekali dengan Lenora, wajah nya menjadi merah menyala, dia mengambil amplop dari kepsek dan menaruh nya di meja makan setelah itu kembali jalan ke kamar nya. Mamanya yang tidak mendapat jawaban dari Lenora langsung melempar cangkir teh nya dan mengobrak-abrik barang di etalase dekat tv bahkan sampai melempar semua sepatu yang ada di rak dekat pintu.

Kalau di tanya kenapa Mama mereka jadi seperti itu, karena 10 tahun yang lalu tepat saat Lenora dan Ainee berumur 7 tahun, Papa mereka harus bekerja di luar kota untuk melakukan bisnis dengan perusahaan lain, tapi nama nya orang iri dengan kehidupan keluarga Lenora yang adem ayem tanpa masalah, akhir nya masuk ke lingkaran keluarga Lenora dan membuat masalah.

Mama mereka yang sudah tidak kuat menahan gosipan dari tetangga karena hadir nya si benalu keluarga akhirnya mendatangi langsung kerumah si benalu keluarga mereka, dengan tekat dan keberanian, mama mereka langsung menodongkan pisau kearah benalu keluarga dan menyuruh nya untuk pergi dari keluarga mereka selamanya.

"Pergi dari hadapan kita atau hanya tinggal nama mu yang tersisa di rumah ini"

Setelah berhasil membuat si benalu keluarga Lenora pergi, Mama mereka memutuskan untuk bercerai dengan Papa mereka, namun karena Papa mereka menolak bercerai dengan alasan akan membuat Lenora dan Ainee sedih akhirnya berceraian mereka dibatalkan, dan itu semua membuat Mama mereka semakin stres dan akhirnya mengidap depresi disorder tingkat berat.

***

"Ainee, itu tadi kakak taruh surat dari pak Yana di meja makan," ucap Lenora di balik pintu kamar Ainee.

"Surat untuk Ainee?," tanya Ainee.

"Iya," Setelah itu Lenora masuk ke kamar nya, mengunci pintunya dan menyalakan musik melow dengan volume lumayan keras untuk melepaskan beban stress nya.

Beda dengan teman-teman nya yang lain, kegiatan yang selalu Lenora lakukan saat menjelang malam adalah menunggu bulan dan bintang muncul, ditemani dengan teh hangat dan juga brownis sisa yang di bawa Mamanya dari rumah sakit, mungkin pemberian teman nya, tapi karena sekarang sudah malam jadi bulan nya tidak perlu ditungguin.

Dulu sempat pernah diajak nongkrong dengan Andy, tapi karena perbedaan status yang agak jauh, Lenora jadi sepert orang miskin banget, padahal ya tidak miskin-miskin sekali, rumah juga lumayan besar, ada taman nya juga di belakang, tapi masih kalah sama rumah nya Andy yang terkesan seperti mansion.

Saat Lenora melihat langit yang di penuhi bintang, dia selalu teringat dengan masa kecil nya yang selalu melihat bulan bersama Ainee dan selalu berantem antara bagusan bintang atau bulan tapi ujung-ujung nya malah bicarain kunang-kunang.

"Kak, bagusan bulan atau bintang?"

"Kalau menurut kakak malah bagusan bintang"

"Kenapa?"

"Karena bintang tuh udah kayak gliter nya langit, pelengkap hiasan, dan yang paling penting membuat bulan gak sendirian tanpa diminta pun bintang akan datang untuk menemani bulan menyinari bumi, walaupun kadang ada yang menjauh tapi itu gak lebih dari satu atau dua bintang aja"

"Kalau Ainee suka nya apa?"

"Ainee suka nya kunang-kunang"

"Kok kunang-kunang?"

"Karena kunang-kunang gak takut saat ditangkap orang, cahaya nya juga gak pernah mati, bisa untuk penerangan walaupun gak seterang senter atau lampu, apalagi kalau lagi mati lampu terus ada kunang-kunang lewat rasanya kayak jadi tenang dan gak takut lagi, kayak kakak yang suka menyinari jalan kehidupan Ainee"

Lenora tersenyum kalau mengingat hari dimana dia disamakan dengan kunang-kunang oleh Ainee, terdengar konyol tapi memang begitu ada nya, mungkin memang sebagian anak kembar di dunia merasa kalau kembaranya itu seperti cahaya kehidupan nya, tanpa kehadiran kembaranya maka hidup nya akan terasa gelap.

Seperti merasa terpanggil, tak lama setelah Lenora mengingat kejadian dia disamakan dengan kunang-kunang, tiba-tiba ada kunang-kunang yang melintas tepat di depan Lenora. Secara spontan bibir Lenora bergerak memanggil Ainee, "Ainee, ada kunang-kunang nih"

Ainee langsung berlari ke balkon dan melihat kunang-kunang yang terbang memutari kepala Lenora. "Aaaahh, bagus nya, cahaya nya selalu terang seperti biasa, Aku kasih nama Lino deh biar sama kayak nama kakak"

"Gak usah dikasih nama, cuma binatang juga hidup nya juga gak bakal lama, lebay amat jadi anak, enggak usah sok imut deh lu"

Ainee terkejut karena Lenora yang berbicara dengan nada sedikit kasar dan dengan suara yang sedikit lebih berat dari suara Lenora yang biasanya, Ainee merasa Lenora seperti mengeluarkan hawa tidak suka dengan Ainee seperti bukan Lenora yang berbicara.

"Kak, kok gitu bicara nya?," tanya Ainee dengan raut wajah terkejut dan mata sedikit terbelalak.

"Hah?, gimana?, kakak tadi ngomong apa ke Ainee?," kata Lenora yang nada bicara nya sudah kembali seperti biasanya.

Ainee mengerutkan kening nya, seperti ada yang aneh dengan kakak nya. "Kakak kenapa?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!