6

Saat jam pulang sekolah sudah bunyi, semua murid termasuk Lenora langsung merapikan buku-buku nya, lalu waktu ulangan sejarah gimana nasib nya Lenora?. Tenang, ternyata ulangan Sejarah nya di undur minggu depan karena anak gurunya lagi sakit jadi cuma bisa mengajar setengah jam aja, ya itung-itung buat syarat biar gurunya bisa menerima gaji dengan perasaan udah melaksanakan tugas nya sebagai guru dengan benar.

Waktu yang lain masih membereskan buku-buku nya karena mau pulang ke rumah masing-masing, tiba-tiba ada seorang manusia yang tak diundang menabrak pintu kelas dengan sangat keras.

Gubrak!

"ALLAHUAKBAR LAILAHAILLAH MUHAMMADARRASULLAH," latah nya Stevan sangat menyentuh hati nurani, jarang jarang loh dia mengucap mungkin kemarin baru melihat kajian di feed instagram nya.

"Lenora nya ada?," kalau dilihat dari nametag nama anak yang menabrak pintu tadi adalah Ali dan kalau dari bet di lengan baju, dia anak kelas IPA.

"Ya?," Lenora yang masih merapikan bukunya langsung menoleh ke arah Ali yang masih berdiri di depan pintu dengan kaki yang agak ngecengklak sedikit, kaki nya kesleo kayak nya.

"Di panggil kepsek, di suruh ke ruangan nya sekarang"

Semua murid langsung menoleh ke Lenora, karena tau lah guru yang paling ditakuti setelah guru killer dan guru bk tuh ya kepala sekolah, biasanya kalau ada yang di panggil kepala sekolah pasti gak jauh-jauh sama yang nama nya kasus tingkat elit, bagaikan kriminal yang baru lahir ke dunia. Namun beda dengan Lenora, dia tau alasan kenapa kepala sekolah memanggil nya. Lenora hanya mengangguk sebagai jawaban dan langsung berdiri, lalu jalan meninggalkan kelas dengan kaki yang mulai bergetar.

Di perjalanan ke ruangan kepala sekolah tubuh Lenora gemetaran seperti orang kedinginan, saat sudah tinggal satu langkah menuju pintu ruangan kepala sekolah, jantung udah kayak mesin berkecepatan 100km/detik.

"Ok, tenang kan pikiran, hati, dan jiwa," ucap Lenora layak nya orang yang mau meditasi sebelum mengetuk pintu ruangan kepala sekolah.

Tok tok tok

"Permisi, pak Yana"

Saat memasuki ruangan kepala sekolah, hawa nya langsung berubah menjadi hawa kesunyian, tidak ada suara apapun kecuali jam dinding yang berbunyi dan bunyi nya akan menjadi sangat horor disaat situasi paling mencekam, saat itu juga mata Lenora langsung menangkap adanya selembar amplop coklat dengan cap sekolahan yang sedang di ambil kepala sekolah.

"Oh, Lenora ya?," tanya pak Yana sambil membawa amplop yang baru saja di ambil dari lemari dekat jam dinding.

"Iya, ada apa ya pak?," tanya Lenora dengan senyuman yang agak di paksa dan dia pura-pura tidak tau.

"Ainee sudah sehat?," tanya pak Yana.

"Hari ini seharus nya dia pulang dari rumah sakit, kenapa ya?"

"Ini ada surat untuk Ainee, mau minta persetujuan orang tua buat daftarin Ainee ikut olimpiade Geografi tingkat Nasional di kota sebelah 2 hari lagi," jelas pak Yana sambil memberikan surat ke Lenora.

"Ohhh, iya pak nanti saya berikan ke Mama saya" ucap Lenora setelah menerima surat nya dengan tangan gemetar bahkan harus di pegang pergelangan nya baru bisa berhenti gemetar. Lenora bergetar bukan tanpa alasan, hari ini tidak tau kenapa badan Lenora terasa lebih lemah dari hari sebelum nya di tambah Lenora sebenarnya tidak setuju jika Ainee harus ikut olimpiade bukan karena dia takut Mamanya semakin menjauh dari dia, tapi karena olimpiade itulah Ainee jadi suka tidur setelah jam 12 malam.

"Terima kasih ya," ucap pak Yana.

"Iya pak, saya permisi dulu"

Saat Lenora mau membalikkan badan, pak Yana berbicara lagi, "Oh ya, kamu sedang sakit ya?," tanya pak Yana yang sudah memperhatikan pergelangan tangan Lenora yang berketar saat menerima amplop tadi.

"Oh, iya pak, kemarin habis jatuh dari pohon jadi badan saya agak demam hari ini, tapi saya masih kuat jalan kok," dan pak Yana hanya mengangguk dan entah kenapa mata pak Yana selalu mengarah ke belakang seakan-akan ada sesuatu di belakang Lenora.

Setelah itu Lenora mengucapkan permisi lagi, dan keluar dari ruangan kespek, setelah Lenora benar-benar keluar dari ruangan Yana, Lenora langsung menghela nafas panjang banget."Wah........ gila, masuk ruangan kepala sekolah udah kayak simulasi alam kubur"

Saat jalan ke kelas dengan tujuan mengambil tas, Lenora terus terpikirkan dengan apa yang pak Yana lihat, "Apa tadi yang bapak lihat tuh garis kehidupan ku ya?, emang warna nya mulai berubah ya?"

Belum juga Lenora sampai ke kelas, ternyata teman-teman nya sudah menunggu di persimpangan koridor yang kalau belok kanan menuju pintu keluar gedung sekolahan, Clare melambaikan kedua tangan nya dengan sangat keras, Stevan yang masih sok cool kalau di sekolahan, tak lupa juga tas Lenora di bawakan oleh Andy, dan terakhir May tidak ada karena Clare belum menerima keberadaan May lagi. Lenora yang melihat kelakuan teman nya langsung tersenyum lebar dan melupakan pikiran tentang apa yang pak Yana lihat, akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang bersama hari ini.

***

Tring~

"Selamat Datang di kafe Morning"

Sesuai dengan janji Lenora tadi pagi, sepulang sekolah dia langsung pergi ke kafe Morning untuk menagih traktiran yang dijanjikan oleh Grace, Latte gambar angsa. Lenora yang baru datang langsung ke arah kasir, dan saat melihat Grace lagi cuci piring dia gak mau membuat Grace terkejut takut piring atau gelas yang lagi di pegang malah jatuh terus pecah, anak baik memang.

"Oh, kamu udah datang? Fin, tolong terusin cuci piring nya," ucap Grace ke teman kerja nya yang lagi sibuk di gudang, terus temen nya langsung cemberut karena disuruh cuci piring, mana ada sih manusia yang suka kalau disuruh cuci piring, kalaupun ada pasti 1 banding 1000.

"Nagih Latte nya?," tanya Grace sambil tersenyum.

"Iya lah, apalagi, Americano juga pahit banget, mau eskrim juga tapi lagi dingin hawa nya"

"Iya-iya, sana duduk aku buatin dulu," ucap Grace sambil menggerakkan tangan nya ke bawah dan ke keatas secara vertikal dengan telapak tangan yang menghadap ke bawah.

"Dih, diusir," setelah itu Grace mulai membuatkan Lenora Latte.

Lenora memilih tempat duduk nya di tempat biasa dia duduk dulu yaitu di pojok dekat jendela yang kursi nya langsung menghadap ke jalan raya. Melihat kendaraan yang berlalu lalang sambil menunggu Latte gambar angsa nya jadi, sebenarnya Lenora lebih suka latte gambar bebek kembar tapi Grace bisanya menggambar angsa, ya walaupun bebek sama angsa enggak ada bedanya kalau di gambar.

Lenora duduk di situ sambil membayangkan dia yang pertama kali pergi ke kafe ini untuk membeli sesuatu karena dia melihat gambar angsa di spanduk yang di pasang dan saat itu sedang ada diskon, jadi Lenora masuk dan penasaran dengan minuman itu.

Grace melihat Lenora duduk di tempat yang biasa dia duduk saat mampir ke kafe Morning. "Demen banget duduk disitu," ucap Grace yang selesi bikin Latte nya lalu mengantar nya ke Lenora, Grace juga memberikan cheese cake rasa blueberry sebagai bonus.

"Wih gambar angsa nya makin bagus aja nih," ucap Lenora sambil mengeluarkan ponsel nya untuk memotret latte art buatan Grace.

"Biasa aja tuh," Grace emang suka gak peka kalau lagi di puji sama seseorang.

"Gak usah merendah kamu"

"Kamu enggak mau berusaha lagi buat hubungan mu dengan May?," tanya Grace yang tiba-tiba saja membahas May.

Lenora hanya terdiam cukup lama, dia bingu mau di arahkan kemana hubungan May dan Lenora yang sudah termasuk golongan agak spesial, dan hanya Grace yang tau, Ainee yang sebagai kembarannya tidak tau dengan hubungan mereka berdua.

"Grace, kalau kamu punya hubungan spesial dengan seseorang yang bahkan hidup nya aja nggak lama, kamu masih mau menerima dia?," tanya Lenora yang malah melenceng dari topik pembicaraan.

"Ya kalau aku sih masih tetap mau menerima dia, tapi hubungan nya akan kembali seperti semula, soal nya nanti takut ada salah satu yang tersakiti hatinya."

Lenora mengangguk mendengar jawaban Grace yang ada benarnya juga. "Jawaban dari pertanyaan mu tadi, aku enggak akan melanjutkan hubungan ku dengan May, memang kita hanya teman dan aku nggak akan mengambil langkah lebih dari itu, jujur aku takut May tersakiti suatu hari nanti"

Tring~

"Selamat datang di kafe Morning," ucap Grace saat ada pelanggan yang baru datang, seperti sudah di setting. "Ouh" Garce sedikit terkejut dengan kedatangan pelanggan yang dari tadi dijadikan bahan obrolan oleh Grace dan Lenora. Grace langsung tersenyum.

"Maaf ya aku tinggal dulu," Grace langsung pergi untuk melayani pelanggan yang baru datang tadi.

"Iya," ucap Lenora lalu melanjutkan minum Latte nya. Saat lagi enak-enak nya mendengar lagu di kafe yang kadang tiba-tiba ganti lagu sholawat, terus ganti dengan lagu rohani, tiba-tiba datang lah suara yang gak ingin Lenora dengar saat ini lebih tepat nya Lenora sedang menjauh dengan orang itu.

May berjalan ke arah kasir untuk memesan Caramel macchiato, yang baru-baru ini menjadi minuman kesukaan nya setelah jus jambu, dan May tidak sadar dengan adanya Lenora yang sudah ada terlebih dahulu di kafe itu. Setelah dia membalikkan badan untuk mencari tempat duduk, May langsung melihat sosok Lenora yang sedang menikmati latte nya.

"Lenora"

Lenora menoleh dengan tatapan biasa tapi tidak dengan matanya yang sedikit berbinar, "Kenapa?"

"Kenapa kamu disini?," tanya May yang rambut nya sedikit basah karena keringat, cuaca diluar yang sedikit panas jadi May mampir ke kafe Morning, dan May juga tidak tau kalau Lenora ada di kafe yang sama.

"Cuma minum Latte sama nungguin agak malam," May hanya terdiam, bingung bagaimana harus menghadapi Lenora, dia sudah kehabisan topik. Sebenarnya May sadar, selama ini yang membuat Lenora menjadi agak berbeda kepadanya itu karena perbuatan nya sendiri, sejak kejadian kemarin di taman kota, dia mulai untuk sedikit tidak ikut campur dalam urusan Lenora dengan Ainee dan Jules, Mamanya, namun jika Mamanya sudah melewati batas, dia akan maju yang paling depan untuk membela Lenora.

"Kamu mau terus berdiri di depan pintu?, nanti pelanggan lain jadi nggak bisa masuk"

May langsung gelagapan dan langsung duduk di kursi depan Lenora, May merasakan detak jantung nya tiba-tiba berdegup lebih cepat dari biasanya dan wajah May terasa sedikit panas.

Lenora melihat May sebentar dan mata dia langsung tertuju ke kalung pemberian nya kemarin senja, bibir Lenora langsung tersenyum tipis diiringi dengan perasaan senang yang luar biasa. "Kamu masih pakai kalung nya?, aku kira sudah kamu buang"

"Oh ini? makasih ya, kalung nya bagus jadi masih aku pakai," ucap May sambil memegang kalung pemberian Lenora. 'Tapi ini juga barang yang paling spesial untuk ku'

Tanpa mereka berdua sadari, Grace di belakang diam-diam memotret mereka berdua, "Momen langka jadi harus diabadikan," setelah itu baru mengantarkan pesanan May dan ikut duduk mengobrol ber-tiga.

Dari kejauhan ada yang sengaja bersembunyi untuk melihat kegiatan mereka ber-tiga di kafe, dengan senyuman licik dia juga ikut memotret namun hanya Lenora saja, "Kena kamu, rasain akibat nya nanti anak sialan”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!