Entah apa angin yang melintasi mereka, tiba-tiba Lenora teriak, “GAESS TOLONG”. Semua langsung panik dan saat di tengok ternyata jari Lenora tercepit di lubang meja nya Andy.
“Bodoh!” Andy yang emosinya belum sepenuhnya reda langsung memberikan kata-kata mutiara kepada Lenora yang memang terkesan bodoh.
“Jari lu kenapa lu masukin ke situ bego”
“Ya tuhan, Clare sabar kok di beri teman yang agak-agak otak nya”
Lenora yang hampir di getok kepala nya sama Andy malah tersenyum dengan polosnya membuat hati Andy makin dongkol. Setelah beberapa kali percobaan di pakai namun tidak ada membuahkan hasil, akhirnya Andy ikhlas untuk memecahkan kaca meja, dan tanpa rasa bersalah Lenora langsung berpamitan pulang, “Makasih ya gaes aku pamit pulang dulu” Ekspresi teman-teman Lenora langsung kecut dan batin mereka mengumpat semua.
Lenora pulang dengan menggunakan bus lagi, disepanjang jalan Lenora menatap ke arah luar jendela sambil mendengarkan lagu dengan instrumen melow kesukaan dia, menutup matanya dan menyenderkan kepala nya di jendela adalah kegiatan favorit nya saat naik bus.
Saat sampai di depan rumah nya, Lenora melihat pintu rumah nya tidak tertutup, "Loh kok pintu nya kebuka?, emang Mama udah pulang jam segini?", Karena khawatir terjadi apa-apa, Lenora langsung lari kedalam rumah dan berharap hal yang paling dia takuti tidak terjadi. Tapi harapan Lenora seketika pupus, Ainee sudah terkapar di depan tangga. Kaki Lenora seakan ditahan oleh sesuatu.
"Ainee!" Lenora bergegas menghampiri Ainee yang sudah tergeletak di lantai dengan nafas yang sesak dan sedikit terbatuk-batuk, Lenora langsung mendudukan nya dengan posisi ke depan dan sedikit membungkuk agar sesak nafas nya berhenti walaupun untuk sementara waktu. Sial nya waktu itu inhaler Ainee habis.
"Mama pulang", mendengar suara Mamanya di luar rumah, tiba-tiba badan Lenora bergetar dan nafas nya jadi sedikit berat, hal kedua yang paling dia takuti datang di saat yang tidak tepat. Melihat anak perempuan nya sedang terbatuk-batuk dan dengan kecemasan yang menyerang, Mamanya tidak bisa lagi berfikir jernih dan positif, dia berfikir bahwa semua kejadian ini terjadi karena Lenora, "Kamu apain dia?!" tanya Mamanya dengan nada berteriak.
Seketika Lenora menjadi linglung seperti orang kebingungan, dengan nafas yang berat dan suara yang sulit untuk di keluarkan, Lenora hanya bisa menjawab dengan terbatah-batah, "Aku-aku gak apa-apain dia, Ma, aku-aku cuma habis pulang belanja terus-terus pas masuk rumah tiba-tiba Ainee udah kayak gini"
Mamanya melihat posisi Ainee yang menurut nya tidak benar dan salah untuk orang sesak nafas, Dia dengan rasa tidak bersalah nya langsung mendorong Lenora dan menidurkan kembali Ainee, mengabaikan jawaban Lenora "Ini kamu gimana sih malah diginiin adik nya, kamu mau adik mu tambah parah sesak nya?"
Reflek Lenora langsung menahan pergelangan tangan Mama nya agar berheti menidurkan Ainee dan tidak mematikan kipas angin nya, "Tapi itu cara berhentiin sesak nafas nya, Ma. Inhaler Ainee habis kemarin malam, Mama belum beli lagi"
"Ya kalau tau habis harus nya tadi kamu sekalian beli, emang semahal apa obat Ainee itu, cuma 500 ribu aja kamu enggak mau keluarin uang buat adik mu, kamu tau apa tentang ini, kamu bukan dokter ya, Len, udah bodoh, sok tau tentang penanganan orang sesak nafas lagi, kalau Ainee mati seumur hidup Mama enggak akan maafin kamu"
Lenora langsung shok mendengar beberapa kata yang di ucapkan Mamanya, hati nya bagaikan dihujani jarum berkali-kali, matanya seketika panas dan perih, pandangan nya mulai kabur tertutup air mata yang ingin terjun dari matanya, namun sebisa mungkin Lenora menahan nya agar tidak keluar, dengan tangan yng bergetar Lenora akhirnya menelfon Rumah Sakit terdekat.
Tak lama ambulan pun datang, tim medis langsung meletakkan Ainee ke brankar dorong dan memberi nya oksigen. Saat para medis memasukkan Ainee ke ambulan, tangan Ainee mencengkram pergelangan tangan Lenora dengan sangat kuat, terlihat Ainee menggumangkan sesuatu ke Lenora namun sayang nya Lenora mendengar dengan samar-samar membuat nya ragu apakah itu yang diucapkan Ainee.
Sebagai saudara kembar nya Ainee, Lenora otomatis ikut ke ambulan, namun saat kaki kiri nya baru menginjakkan pinggiran ambulan, Mamanya langsung mendorong Lenora keluar membuat Lenora jatuh dan siku kanan nya membentur aspal dengan sangat keras dan pergelangan tangan kiri nya terkilir karena menahan tubuh nya agar kepala nya tidak ikut terbentur aspal. Dia langsung di bantu berdiri oleh salah satu tim medis.
"Gak usah ikut, kamu gak akan berguna disana" ucap Mamanya setelah mendorong Lenora keluar, sedang kan kedua tim medis hanya bisa saling pandang dengan kejadian yang mereka lihat saat ini.
Tes~
Air mata yang sudah dia tahan sejak tadi akhirnya berhasil menerobos keluar, membasahi pipi dan kerah baju nya, Lenora berjalan masuk kerumah dan menutup semua pintu, jendelan dan juga gorden.
Malam pun datang dengan cepat, Lenora yang baru selesai mandi dan memakai pakaian nya, berjalan kearah balkon kamar dan menatap langit yang sudah ditaburi bintang-bintang yang ingin menunjukkan cahaya nya dan bulan sedang terlihat bulat terang
"Heee, terang banget sekarang sinar bulan nya" ucap Lenora sambil tersenyum tipis lalu matanya beralih fokus ke salah satu bintang
"Loh kok kamu sendirian?" kata Lenora yang melihat satu bintang sendiri jauh dari yang lain terletak di pojok langit
"Kamu mirip banget ya sama aku" ucap Lenora lalu tersenyum lembut seakan tau rasanya sendirian di tengah kegelapan.
"Uhuk uhuk"
Seluruh tubuh Lenora kembali bergetar dan jantung nya mulai berdetak dengan cepat membuat dia berkeringat banyak, "Kenapa ada keluar darah?," dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Lenora tiba-tiba batuk dan di telapak tangan nya ada darah yang keluar bersamaan dengan batuk tadi.
***
Keesokan hari nya, Lenora harus pergi ke sekolah sendirian, Ainee harus di rawat di Rumah Sakit selama tiga hari atau sampai sesak nya benar-benar hilang untuk sementara waktu, dan untuk hari ini Lenora memilih jalan kaki ke sekolahan dan untuk sementara waktu dia tidak naik bus dulu karena Lenora tau kalau selama Mamanya tidak di rumah, maka uang jajan dan bahan masak juga tidak ada, oleh karena itu dia akan menghemat uang nya demi melanjutkan hidup selama tiga hari.
"Pagi"
"Loh Stevan?, kok kamu disini?"
"Tadi gw kebetulan mampir dulu ke rumah sepupu buat balikin komik, tapi sial nya ban motor gw meledak pas di depan gerbang rumah nya terus gw inget kalau rumah lu deket sini jadi ya udah sekalian mau jemput lu eh malah dah nongol duluan.
"Tumben sendirian, Ainee udah berangkat duluan?" kata Stevan dengan santai nya, goblok nya kumat. Lenora otomatis memasang wajah datar seperti mengatakan 'Kan emang selalu sendirian', Stevan yang sadar dengan perkataan nya tadi langsung panik, "Aduh maaf-maaf, enggak sadar gw tadi ngucapin nya"
"Ainee, sakit nya kambuh" jawab Lenora dengan wajah yang terus menatap kedepan namun masih terlihat raut sedih nya dari samping, Stevan yang melihat nya langsung berhenti bertanya apapun soal Ainee untuk hari ini.
Ditengah perjalanan mereka jalan kaki ke sekolahan dengan keadaan hening, Stevan yang bosan selalu mengedarkan pandangan nya kearah mana pun, sampai dia tidak sengaja melihat Lenora yang memakai dalaman turtleneck berwarna hitam. "Len, emang hari ini dingin ya? kok lu pakek dalaman turtleneck? " ucap Stevan sambil menunjuk dalaman turtleneck yang memang akan terlihat walaupun semua kancing kemeja dia kancingkan.
"Eeee.......gapapa, kemaren kesrempet motor aja pas pulang terus jatuh dan sekarang aku agak demam tapi gapapa, nanti siang juga bakal sembuh" ucap Lenora diakhiri dengan senyuman kaku.
"Beneran?" tanya Stevan yang sedikit tidak percaya.
"Sumpah, ini aku pakai gegara aku tempelin koyo cabe tiga biji, takut bau nya kemana-mana"
"Hmmm, enggak percaya sih tapi ya udah lah"
Sementara di Rumah Sakit, Ainee yang masih suka kambuh sesak nafas nya sedang menikmati fasilitas ruangan VIP bintang 5 seperti tv yang lebar dan tipis banget, AC, dan juga makanan yang walaupun kelihatan hambar tapi masih enak dimakan, beda dengan vasilitas biasa yang hanya dikasih ruangan tanpa AC, satu ruangan isi 5 ranjang, makanan nya pun cuma tahu, tempe, telur, dan sayur sop yang rasa nya cuma kayak minum air putih enggak ada asin, dan gurih nya sama sekali.
"Ainee sarapan dulu ya" ucap Mamanya tapi Ainee menggeleng membuat Mamanya menghela nafas karena kalau tidak sarapan, Ainee juga tidak bisa minum obat.
"Ma" panggil Ainee dengan nada suara khas orang sakit namun di campur dengan perasaan sedih.
"Kenapa sayang?, mau sarapan?" tanya Mamanya dengan ekspresi wajah tersenyum dan tangan nya sudah siap untuk mengambil sarapan.
"Menurut mama, aku sama kak Leno beda ya?" tanya Ainee membuat Mamanya melunturkan senyuman di wajah nya menurun kan tangan ke bawah, dengan senyum yang dipaksa, Mamanya menjawab dengan suara selembut-lembut nya dan juga berharap setelah ini Ainee mau sarapan, "Enggak kok sayang, kamu sama Leno tuh sama, kan kalian kembar"
Belum puas dengan jawaban Mamanya yang terkesan di paksakan akhirnya Ainee memancing dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak ingin di tanya kan ke Mamanya, "Terus kenapa mama suka maksa kak Leno?", tiba-tiba Jules melempar nampan berisi sarapan Ainee tepat di sebelah ranjang Ainee, makanan nya pun berceceran di lantai dan terlihat raut wajah Mamanya yang berubah menjadi merah padam seperti sudah menahan amarah sejak tadi.
"LENO ITU SEHAT, DIA GAK PERNAH SAKIT, BAHKAN GARIS KEHIDUPAN NYA KALAU DI LIHAT PAKAI MATA JUGA BAKAL LEBIH TERANG DARI PADA GARIS KEHIDUPAN PUNYA MU, AINEE!!!"
Ainee terkejut mendengar jawaban Mamanya badan nya bergetar, mata nya memanas dan tak butuh waktu lama air mata nya pun jatuh, Mamanya yang tersadar dari emosinya langsung menghampiri Ainee yang sedang menangis dengan ekspresi wajah terkejut.
"Maafin Mama, Mama gak bis-"
"Mama keluar sebentar, aku lagi pengen sendiri" ucap Ainee dengan nada lirih namun masih bisa didengar. Ainee menunduk dari tadi, otak nya masih memikir kan kejadian kemarin saat Lenora didorong keluar dari ambulan oleh Mama nya.
Lenora dan Stevan sampai di sekolahan setelah jalan kaki selama 30 menit, sekolahan juga sudah mulai ramai, guru-guru juga satu persatu mulai datang ke sekolahan, itu menandakan tidak lama lagi bel masuk akan bunyi.
"Pagi Len" sapa Clare yang kebetulan baru datang ke sekolahan dengan wajah yang ceria dan serasa di sekitarnya ada gliter yang berjatuhan. Dia bahkan seakan sudah melupakan kejadian kemarin.
"Oh pagi" jawab Lenora dengan senyuman ramah nya tak lupa gaya peace kekanan andalan nya.
Sadar ada yang kurang, Clare langsung bertanya ke Lenora, "Ainee mana?"
"Kambuh, lagi di Rumah Sakit dia" jawab Lenora dengan wajah sedih.
"Kok bisa?!, pasti kamu gak jagain Ainee kan, seharusnya kemarin kalian pulang bareng aja kemaren" ucap Clare heboh dan terkesan menyalahkan Lenora.
"Clare!" tiba-tiba Andy membentak Clare, seketika kelas menjadi hening. "Jangan pernah lagi menyalahkan orang tanpa tau keadaan sebenarnya". Clare terdiam, dia lagi-lagi lepas kendali terhadap emosinya. Clare juga lupa dengan nasihat Stevan kemarin. Tapi memang bagi Clare, Ainee sudah seperti adik sendiri yang harus dia jaga.
"Kan diem kan"
"Udah gaes, jangan bertengkar, masih pagi loh ini, Ainee nya juga 2 hari lagi pulang kok" . Lenora melerai teman nya agar tidak ada yang terluka hati nya.
"Obsesif banget sama Ainee" Semua langsung menoleh ke sumber suara yang ada di belakang mereka, dan raut wajah mereka tiba-tiba berubah dengan wajah yang tidak suka dengan orang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments