“Minggu depan, kita pendakian. Mau ikut?” Linggar yang telah kembali duduk di samping Rindi sesaat setelah breafingnya selesai.
“Gak usah deh, napas kamu pendek kayaknya. Kamu jarang olah raga kan?” Lanjutnya.
“Kakak mau bilang aku gendut juga kan? Kayak yang lain?” Rindi yang kembali teringat saat sayup-sayup pendengaranya menangkap sindiran saat mereka mulai digosipkan berpacaran.
“Gak bukan kayak gitu, Rin. Pendakian tuh butuh energi ekstra jadi buat yang gak terbiasa akan cepat capek,.......”
“Iya, tahu. Bilang aja kamu endut gak bisa mendaki. Gitu kan beres!” Rindi yang segera memotong ucapan Linggar.
“Ya sudah-sudah. Aku Cuma mau bilang, hari Jum’at depan aku pendakian jadi harus pulang cepat dan gak bisa antar kamu pulang. Itu aja!” Linggar yang kembali menggenggam tangan Rindi.
“Ayo ah, pulang!” Dengan sedikit tarikan agar Rindi mau beranjak dari duduknya. Sebelum kembali merajuk.
“Linggar!” Terdengar suara dari belakang saat mereka telah berada di parkiran.
“Aku ikut!”
“Aku bareng Rindi gak papa?” Linggar yang telah menatap Dhea yang masih mengatur napas. Nampaknya gadis ini baru saja berlari mengejarnya.
“Iya gak papa, asal pulang!” Dhea.
“Ya sudah ayo!” Linggar yang terus saja menggenggam tangan Rindi meskipuan sang gadis telah berusaha melepaskan.
Beberapa saat mereka berada di atas mobil yang sama, tak menimbulkan percakapan dari ketiga orang itu.
“Kak rumahku lewat.” Saat sebuah lorong besar yang baru saja terlewati begitu saja.
“Kita antar Dhea dulu yah!”
“Kenapa gak langsung di turunkan saja?” Dhea yang duduk di kursi belakang.
“Kalian udah jadian?” Lanjutnya.
Tapi tak ada jawaban dari depan. Suasana mobil kembali hening seperti sebelum rumah Rindi terlewati.
Membuat gadis yang dibelakang semakin penasaran. Hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Bukankah itu sesuatu yang sulit?
“Kalian benar pacaran?” Dhea yang kembali dijawab dengan keheningan.
Masih tak ada jawaban dari keduanya.
Rindi yang memang belum mengetahui hubungan apa yang sedang mereka jalani. Terlalu abu-abu memastikan hubungan ini. Kata-kata pujangga tak pernah ia dengar dari Linggar. Meski memang kata pujanggapun kadang tak dibutuhkan, hanya kepastian.
Sementara Linggar yang takut mengutarakan perasaannya karena takut jika RIndi menolak hingga membuat hubungan ini mereka menjauh dan kembali seperti semula.
Kembali saat mereka tak saling mengenal, tak saling memandang bahkan tak saling menegur.
Sementar tak bisa dipungkiri jika ia suka berdekatan dengan Rindi. Seluruh hati dan otaknya telah terpenuhi oleh gadis cantik bernama Rindi.
Beberapa saat selanjutnya.
“Sampai, Dhe!” Mobil berhenti di simpang jalan.
“Ok, thank’s!” Ucap Dhea seraya turun dari mobil Linggar.
Mobil kembali berjalan namun dengan sangat pelan, “nah, itu rumahku!” Tunjuk Linggar pada rumah yang berada di sebuah kawasan perumahan.
Berarti Linggar dengan gadis tadi bertetangga. Padahal Rindi telah berprasangka jika gadis tadi adalah salah satu penggemar Linggar yang hanya mencari kesempatan untuk bersama.
Sebenarnya Rindi tak terlalu mengetahui rumah yang tunjuk oleh Linggar karena di sana telah berjejer beberapa rumah. Meskipun tak terlalu mewah, namun nampak jika rumah-rumah di sana jauh lebih mewah dari rumahnya.
Dan rumah mereka melewati rumahku terlebih dahulu. Lalu kenapa Linggar tidak menurunkan tadi di depan rumah. Kenapa harus keliling-keliling dulu sih. Buang-buang waktu, tenaga dan bensin.
“Antar ke rumah Lilis saja?” Pinta Rindi saat telah berada di dalam mobil bersama Linggar.
“Motor kamu di sana ya? Mau malam mingguan dulu?” Linggar penuh pengharapan hanya ingin Rindi lebih lama berada di sisinya.
“Gak. aku mau nginap aja di rumah Lilis saja!” Protesnya.
Ngapain malam minggu juga. Kalau malam minggu tuh, sama pacar. Lah ini bilang sayang aja belum apalagi nembak, gak pernah!
Ia ingin segera memastikan tentang hubungan yang telah mereka jalani. Linggar yang seolah memonopoli waktunya tanpa memberinya kejelasan.
Tapi apa yang harus ia katakan?
Mulai dari mana untuk membahas semua ini.
Ia harus mempejelas semuanya. Ini terlalu lama di biarkan!
“Kak,......”
“Ayo!”
Rindi terlalu lama memikirkan hal itu, hingga tak menyadari Linggar telah menepikan mobilnya di sebuah mini market.
“Ngapain?” Tanyanya heran.
“Cari camilan.”
“Aku seperti gadis yang disog@k dengan camilan setiap temani kakak.”
“Eh bahasanya. Nyontek dari mana tuh?” Linggar yang mulai melepas seatbeltnya.
“Aku cuma mau bayar utang kerupuk yang tadi ku kasi sama Fery. Rasa rumput laut kan?” Nampak pria ini seperti menahan senyumannya sembari menatap Rindi.
Rindi tiba di rumah Lilis saat menjelang magrib, hanya karena berkeling-keling bersama Linggar.
“Ehh, yang lagi kasmaran baru pulang!” Sindir Lilis saat melihatnya masuk.
“Capek ah, aku mau nginap di sini saja!” Jawabnya yang langsung melenggang masuk ke dalam kamar Lilis dan masih menenteng kantong kresek pemberian Linggar.
“Udah telpon ibu atau kak Reno? Nanti mereka cariin loh!”
“Iya ini baru mau telpon, minta dikirimin baju ganti buat besok.”
“Mau kemana? Ngedate.”
“Gak ada. Gak ada date-date-an segala.”
Rindi tak menghiraukan ucapan temanya, ia langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya.
“Kak, minta baju dong. Aku mau nginap di rumah Lilis.” Ucapnya ketika panggilan telpon telah diangkat oleh kakaknya.
“Gak aneh-aneh kan?” Tanya sang kakak.
Ia sempat tersentak saat mendengar pertanyaan sang kakak, pasalnya ia baru saja sampai di rumah Lilis saat menjelang magrib dan tanpa minta ijin terlebih dahulu, terlebih lagi ia keluar bersama seorang pria.
The new rekor buatnya.
“Aneh-aneh gimana? Cuma mau nonton!”
“Ok, mau diantarin kapan?”
“Kalau bisa ya sekarang. Malu mau pakai baju Lilis, terlalu sering minjam.”
“Beuh, gayanya padahal dari dulu juga minjam mulu!” Lilis yang telah mengetahui pembicaraan mereka.
“Iya, tahu. Tadikan udah bilang sering minjam bajumu makanya sekarang pake malu!” Ucapnya pada Lilis yang turut dipedengarkan pada sang kakak.
“Iya tunggu, nanti kakak bawain.”
“Aku mandi sekarang yah, jadi kalau sudah mandi bisa langsung ganti baju!”
“Iya, oke deh. Tuan putri!”
Dan panggilan tertutup, ia pun segera melangkah masuk ke kamar mandi.
“Kalian beneran jadian gak sih?” Lilis yang memulai interogasinya setelah berganti baju kiriman dari rumah sendiri.
“Gak ada. Aku juga bingung tiap kali jalan sama kak Linggar.”
“Tau gak, tanganku sampai keringatan karena gak pernah lepas dari tanggannya. Benar-benar gak pernah lepas. Kalaupun lepas, gak sampai hitungan menit udah dipegang lagi. Pegel tau?”
“Kak Linggar suka kali sama kamu?” Lilis yang mulai memeriksa kantong kresek Rindi.
“Tapi gak pernah ngomong. Paling Cuma dijadikan pengisi waktu, atau teman jalan tanpa mengikat.”
“Aku takut nanti bisa baper sendiri eh tau-tau dia jadian sama cewek lain. Lah aku gimana dong?”
“Aku gak mau terlalu berharap. Di traktri ya kita nikmatin aja.” Meskipun sedikit demi sedikit hatinya mulai menerima kehadiran Linggar dalam kesehariannya.
“Kak Linggar sering traktir?” Lilis.
“Tuh yang kamu makan, dari dia.”
“Dia sering kasi gituan apalagi saat nyulik aku tuh, pasti dapat gituan.” Sambil menunjuk pada roti yang sedang di nikmati Lilis.
“Enak banget yah, jadi kamu! Eh tapi kak Linggar gak ngapa-ngapainkan?” Lilis yang kembali mencondongkan kepalanya.
“Ngapa-ngapai gimana? Cuma pegangan tangan trus antar pulang, itu aja!” Rindi yang mulai mencari camilan untuk dirinya sendiri.
“Aman dong! Tapi tetap waspada, dan jangan main hati!”
“Kalau main hati, sampai detik ini masih bisa. Tapi gak tau besok-besok!” Rindi mengangkat kedua bahunya.
Diberikan perhatian setiap bertemu bisa-bisa membuat hatinya benar-benar terbuka lebar.
To Be Continued!
Jangan lupa memberi like sejak membaca Bab Baru. Di lanjutkan dengan Like berikutnya untuk episode berikutnya.
Hanya sebuah sentuhan jari mampu membuat Dinda melayang.
Dan buat kalian yang telah memberikan sentuhan jari, Dinda ucapkan banyak-banyak terima kasih.
Lope Yu!
Lope Yu!
Lope Yu!
Lope Yu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Erna M Jen
ceritanya bagus tidak berbelit belit
2024-09-05
1
Melisa Triyani
bagus ka.kata2nya aku suka....ga bikin pusing lgsung paham...sederhana ky d kehidupan sehari hari....semangat trus thor😍😘👍
2022-02-22
3