“Aku sekarang sudah tidak apa-apa,” ucap Scarlesia.
“Lalu apakah anda mau mandi dulu?” tanya Erin.
“Tidak, suruh pelayan lain untuk membawakan aku makanan,” ujar Scarlesia memberi perintah.
Segera Erin pergi ke dapur untuk memberitahukan bahwa Scarlesia sudah sadar sekaligus meminta pelayan lain untuk membawakan makanan ke dalam kamar. Scarlesia menunggu dengan sabar, ia menatap dinding berwarna biru muda di depannya.
“Aku bisa merasakan sejak awal kalau tubuh ini dipenuhi oleh racun sehingga membuat ruang geraknya terbatas, lemah, bahkan berbicara saja terbata-bata. Malangnya dirimu Sia, melihatmu yang seperti ini mengingatkanku pada diriku dulunya,” batin Scarlesia tersenyum miris.
“Nona, sementara anda makan apakah saya perlu menyiapkan air mandi untuk anda?” tanya Erin yang baru saja balik dari dapur.
“Boleh,”
“Anda ingin aroma apa hari ini?”
“Melati merah muda,”
Seketika raut wajah Erin sedikit terkejut namun dia dengan cepat menghalau rasa kejutnya itu.
“Baiklah, saya akan segera menyiapkannya,”
Erin langsung pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air.
“Entah kenapa hari ini Nona terlihat aneh. Biasanya dia tidak menyukai aroma melati merah muda tapi tiba-tiba dia ingin aroma ini,” batin Erin.
Scarlesia menghela napas panjang, ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi dengannya sekarang. Kehidupan bersantai di akhirat yang dia impikan kini sirna sudah, dia bertekad di dalam hati bahwa dia akan menyelesaikan tugas ini secepatnya kemudian kembali lagi ke tempat peristirahatannya.
Disaat dia sedang melamun, seorang pelayan masuk ke dalam kamarnya dan membawakan makanan untuknya. Akan tetapi, setelah ia melihat makanan yang disuguhkan selera makannya menjadi hilang. Di atas nampan hanya tersedia sedikit nasi, semangkuk sup yang sudah dingin, lalu sepotong daging yang sudah tidak segar.
Scarlesia menyerngitkan keningnya, ia menoleh ke arah pelayan yang berdiri menegakkan dagunya. Bahkan dia tidak menunjukkan sedikit pun rasa hormatnya pada Scarlesia sebagai tuan rumah.
“Siapa namamu?” tanya Scarlesia.
“Untuk apa Nona menanyakan nama saya?” tanyanya balik.
Terdengar sangat lancang, Scarlesia mencoba untuk tidak marah tapi ternyata pelayan ini berhasil memancing kemarahannya.
“Hei kau pelayan tak bernama dan tidak tahu diri, makanan macam apa yang kau berikan pada tuanmu?”
Pelayan itu tersentak mendengar nada suara Scarlesia yang terkesan menekan dirinya.
“Itu adalah jatah makan anda Nona, biasanya juga anda memakannya tanpa berkomentar tapi kenapa tiba-tiba hari ini anda bertingkah sok di depan saya?” balasnya.
“Tidak apa-apa, ini adalah perintah dari Nyonya. Dia tidak akan bisa melawan karena ada Nyonya di belakangku,” batin pelayan tersebut sambil menyeringai.
Prangggg
Scarlesia geram, ia tidak bisa lagi menahannya. Seluruh makanan dilemparkan ke atas lantai tepat di hadapan pelayan itu. Scarlesia bangkit dari duduknya, dia berjalan mendekati si pelayan yang terkejut oleh suara pecahan tersebut.
“Sepertinya kau perlu aku beritahu siapa tuanmu yang sebenarnya,”
Plaakkkk
Satu tamparan yang cukup kuat melayang ke pipi pelayan itu. Tubuhnya seketika bergetar melihat Scarlesia yang tiba-tiba berani menerjangnya. Scarlesia yang biasanya penakut, pendiam, dan sedikit cengeng itu sekarang berubah menjadi sosok yang sangat berbeda.
Terlihat di sela-sela poninya, matanya yang berwarna merah delima seolah ingin menerkam si pelayan.
“M-maafkan saya Nona,” mohon pelayan tersebut sembari berlutut di hadapan Scarlesia.
“Kau tahu apa yang terjadi jika aku mengadukan semua ini pada duke? Aku bahkan tidak yakin duke akan melepaskanmu begitu saja,”
Scarlesia memandang rendah pelayan yang tengah berlutut seraya menundukkan dalam kepalanya.
“Saya mohon Nona, saya mohon jangan adukan semua ini pada Yang Mulia Duke. Saya mohon Nona,”
Pelayan itu terus memohon di kaki Scarlesia, air matanya berlinang dan terus berjatuhan. Scarlesia menyentuh dagu pelayan tersebut lalu mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk.
“Mungkin kau pikir kalau duchess akan melindungimu tapi aku rasa kau akan dicampakkan setelah duke menghukummu. Duchess itu bukan tipe majikan yang mau melindungi bawahannya, jadi seharusnya kau tahu siapa yang lebih pantas menjadi majikanmu, apa kau mengerti?” tutur Scarlesia seraya menyunggingkan bibirnya.
“Y-ya Nona, saya mengerti,” jawabnya gelagapan.
“Bagus. Sekarang bawakan aku makanan lagi,” perintah Scarlesia melepaskan tangannya dari dagu si pelayan.
“Baik Nona, akan segera saya bawakan,”
Pelayan itu kemudian berdiri dan segera melaksanakan tugasnya.
“Eh tunggu dulu,” cegat Scarlesia.
“Ada apa lagi Nona?”
“Siapa namamu?”
“Hana,”
“Hana ya? Oke, kamu boleh keluar sekarang,”
Scarlesia menghela napasnya, dia hanya ingin menikmati waktu santainya namun malah disuguhkan oleh kejadian yang merepotkannya. Ia kembali ke tempat tidurnya dan berbaring sejenak. Pikirannya mulai bercabang karena mengingat bahwa dunia yang kini dia tinggali sangatlah berbeda. Tidak ada motor, mobil, bahkan smartphone pun juga tidak ada.
Biasanya ketika sedang luang seperti ini dia sibuk berkutat dengan ponselnya atau menonton drama hingga dini hari. Sekali lagi dia menghela napas panjang, ia memikirkan bagaimana langkah dia selanjutnya. Mengenai apa yang harus dia lakukan untuk bertahan hidup, bagaimana cara dia memperlakukan semua orang yang menyebalkan di rumah ini, dan ending yang bagaimana harus dia ciptakan? Semua sungguh terasa berat.
“Ehemm apakah kau mendengarku Sia?”
Suara Xeon terdengar lagi oleh Scarlesia, ia berdecak sebal mendengar suara Xeon di dalam pikirannya.
“Ya, ada apa?” tanyanya dengan nada malas.
Tak ada semangat yang terpancar dari dalam dirinya, seperti seseorang yang tidak memiliki harapan hidup lebih lama.
“Bersemangatlah sedikit Sia!” tegur Xeon.
“Aku tidak ingin bersemangat karena di sini sangat membosankan. Tidak bisakah kau memberikanku sebuah smartphone atau laptop?”
“Kau banyak permintaan! Aku tidak akan memberimu hal semacam itu tapi kau boleh meminta senjata padaku,”
“Senjata ya? Aku rasa itu cukup berguna,” batin Scarlesia.
“Oke, kalau begitu berikan aku pistol,” ujarnya.
“Pistol? Apakah cukup kalau hanya pistol?”
“Cukup, cepat berikan saja padaku,”
Dalam beberapa detik, muncul pistol bertipe SIG Sauer P226. Scarlesia seketika sumringah saat mendapati sebuah pistol di tangannya. Dia sudah lama tidak memegang pistol, dulunya dia pernah menjadi agen rahasia jadi dia dilatih agar mahir menggunakan pistol dan busur panah.
“Apakah di dalamnya ada peluru?” tanya Scarlesia.
“Tidak ada, kalau kau ingin peluru aku sarankan kau pergi ke menara sihir dan meminta untuk dibuatkan peluru sihir,” anjur Xeon diangguki oleh Scarlesia.
“Oh ternyata di sini juga ada sihir, kira-kira apakah aku juga punya sihir?”
“Hanya segelintir orang yang mempunyai sihir, kau hanya manusia biasa,”
Mendengar kata ‘manusia biasa’ membuat kening Scarlesia mengerut. Dia pikir dirinya bisa lebih spesial tapi ternyata sama saja.
“Huhh membuatku kesal saja,”
Dorrr!
Scarlesia tak sengaja menarik pelatuknya dan mengaktifkan tembakan kosong dari pistolnya. Erin yang sedang berada di kamar mandi tergesa-gesa masuk ke dalam kamar untuk mengecek apa yang sedang terjadi.
“Nona! Ada apa? Suara apa itu?”
“Ha ha ha kelepasan,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ᭄
beneran ini sia gak ada kekuatan nya
2025-04-09
0
Lyssa Ly Alex
best nya dtp chat sama dewa.... hahahha
2023-06-08
0
Vyrena
wah klw begini tinggal tembak siapa aja yg mengancam Sia,tinggal Dorrrr selesai😀
2023-03-11
0